Tiga Puluh

8.9K 578 2
                                    

"May I have my wife?"

Aidan dan Clarence berhenti serentak. Untung saja mereka berdansa di pinggir sehingga ketika mereka berhenti tiba-tiba tidak ada yang terganggu.

Tidak perlu melihat siapa, dari suaranya dan juga harum colognenya Clarence sudah tahu bahwa itu adalah Landon. Aidan tersenyum miring ke arah Clarence dan mencium punggung tangan perempuan itu sebelum akhirnya memutuskan pergi dari sepasang suami istri itu.

Landon dengan segera mengambil alih tangan Clarence dan membawanya mengikuti gerakan dansa Landon. Clarence menahan nafas ketika melihat rahang Landon yang sangat menggiurkan dan menonjol karena topeng yang dipakainya.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan, Clarence?"

Sialan, suara Landon terdengar sangat tajam dan mencekam di telinga Clarence. "Maksud kamu apa Landon?"

"Kamu berdansa dan membiarkan laki-laki sialan itu mencium tangan kamu. Dan, lebih dari itu, apa yang kamu pakai?!"

Clarence merasakan mata Landon seperti menusuknya dan membelahnya menjadi dua. Entah karena apa pria itu terlihat sangat marah. Diam-diam Clarence berharap rencana itu berhasil.

Apa rencananya berhasil?

Entah keberanian dari mana, Clarence berani membalas perkataan Landon dengan nada menantang.

"Aidan mengajak aku dansa, karena pasangan aku belum datang. Dan, aku menggunakan sepotong kain yang dinamakan gaun, Landon."

"Saya benci lihat kamu sama dia! Dan sepotong gaun ini, kehilangan fungsinya sebagai pakaian. Demi tuhan Clarence, bagian belakang tubuh kamu setengah telanjang!"

Landon meraba punggung telanjang Clarence, dan menarik Clarence mendekat, membuat tubuh mereka jadi menempel.

Clarence merasakan kepanikan menyerangnya. Mereka pernah berada dalam posisi ini sekali, dan berujung malapetaka. Segera saja dia mencari topik pembicaraan.

"Landon, kamu kan yang bilang aku bisa bersenang-senang dengan Aidan? Bahwa, kamu tidak perduli dengan urusan aku?"

Landon menatap istrinya tajam dari balik topengnya. "Clarence, kalau kamu sengaja berbuat begini untuk memancing emosi saya, maka selamat, kamu berhasil."

Dan dengan itu, Landon menghentikan gerakannya dan dengan segera menarik Clarence ke sudut ruangan di mana tidak banyak orang. Landon membuka jasnya kemudian bergestur seperti akan memakaikannya ke Clarence. Namun, Clarence segera menghindar.

"Landon kamu ngapain?"

Landon menghembuskan nafasnya frustasi. "Saya rasanya mau menyeret kamu pulang sekarang juga, tapi mengingat ini pesta orang tua saya, itu akan sangat tidak sopan. Jadi Clarence, tolong bantu saya dan pakai jas ini."

Clarence menelan ludahnya. 'Aku' kembali menjadi 'Saya' dan ini artinya masalah serius. Tapi Clarence dan egonya tidak mau kalah.

"Untuk apa Landon?"

"Untuk menutupi tubuh sialan kamu yang telanjang itu Clarence!"

"Kamu menyebut tubuh aku sialan?"

Landon mengacak rambutnya kasar. "Look Clarence. Semua mata pria di ruangan ini dari tadi menatap kamu dengan tatapan yang memuakkan saya. Sebelum saya melakukan seuatu yang bodoh terhadap mereka, tolong, pakai jas ini!"

"Kamu tidak perduli kan Landon? Lagi pula kita bukan pasangan sungguhan. Berhenti bersikap berlebihan!"

Clarence kemudian menyesali perkataannya. Landon tiba-tiba memutar badannya dan menabrakkan bibirnya ke bawah tengkuk terbuka Clarence. Pria itu menghisap keras di sana membuat Clarence tersentak kaget.

Clarence memutar badannya dan membulatkan matanya. "Apa-apaan?!"

Landon tersenyum puas dan menyampirkan jasnya di bahu Clarence sementara Clarence masih terkejut.

"Sekarang itu pilihan kamu Clarence. Kamu mau memamerkan tanda dari aku, atau tetap memakai jas itu?"

Clarence menahan dirinya untuk tidak menampar Landon. Dia benar-benar dongkol setengah mati dan merasa dipermalukan dalam satu pukulan telak sekaligus. Reaksi seperti ini tidak diharapkannya. Tiba-tiba saja dia menyesal tidak menerima jas itu dari awal. Sebuah tanda di tubuhnya benar-benar membuat dia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

Dia berusaha menahan air mata kemarahannya agar tidak terjatuh dan memutuskan berjalan cepat menjauhi Landon.

Landon tidak membiarkan itu, dia segera menyusul Clarence dan berjalan di sebelah perempuan itu sambil melingkarkan tangannya di pinggang Clarence.

Clarence berhenti berjalan. "Landon, malam ini kamu sangat keterlaluan," katanya tanpa menoleh.

"Kamu sangat keras kepala Clarence. Aku akan minta maaf seribu kali nanti, yang penting sekarang kamu aman dari mata sialan semua orang."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang