Lima Puluh Lima

7.1K 389 4
                                    

It's Gotta Be You - Isaiah

"Kamu buat semua ini sediri Clarence?"

Clarence menggeleng. "No, sebenarnya yang paling banyak kerja itu Ari dan Mamanya Landon. Aku hanya bantu sedikit."

"Still, ini enak sekali," kata Alvareo sambil mengunyah cookiesnya.

Landon mendengus kemudian mengambil stoples kecil yang dibawa Clarence. "Claire bawa ini untuk suaminya," kata Landon. Clarence menyerngit kemudian tertawa geli mendengar perkataan Landon.

"Wah, Najandra kamu sekarang ini sedang cemburu dengan saya?" tanya Alvareo sambil menyipitkan matanya.

Clarence hanya tersenyum melihat keduanya. Dia kemudian menyadari bahwa ada yang berbeda dengan Landon saat melirik ke arahnya. "Aku baru tau kamu pakai kacamata," kata Clarence.

Landon menoleh ke arahnya kemudian membuka kacamatanya. "Ya, ada minus dan silinder sedikit. Tapi cukup menganggu kalau harus baca banyak berkas."

Clarence mengangguk.

"Kamu lebih suka Landon dengan kacamata atau tanpa kacamata Claire?" tanya Alvareo sambil sekali lagi mencuri cookies Landon.

Clarence melihat ke arah Landon lagi kemudian menatapnya lama. Clarence merasakan pipinya memerah saat Landon balas menatapnya dalam.

Aku suka Landon.

Perkataannya malam itu saat Landon menanyainya soal hal yang ia sukai kembali terputar di otaknya. Clarence langsung mengalihkan pandangannya ke Alvareo. "Sama aja," jawab Clarence pada akhirnya.

"Kalian sedang sibuk banget ya?" tanya Clarence berusaha mengalihkan topik mereka.

Alvareo mengendikkan bahunya. "Well, biasanya memang sibuk. Tapi sekarang, karena Landon ingin menyelesaikan banyak hal sebelum dia perg—" Alvareo tidak menyelesaikan kalimatnya membuat Clarence mengerutkan keningnya.

Clarence menoleh lagi ke arah Landon yang sekarang menatap Alvareo dengan tajam. "Sebelum dia apa?" tanya Clarence membuat Landon menoleh ke arahnya.

"Sebelum aku mengurus kontrak baru," kata Landon.

Clarence jelas tahu bahwa Landon baru saja berbohong. Clarence menghela nafasnya. "Kalau gitu aku balik dulu. Kalian pasti sibuk."

Landon menghembuskan nafasnya. Kemudian ikut berdiri ketika Clarence berdiri. "Kenapa Landon?" tanya Clarence sementara Alvareo berdehem dan kembali menuju mejanya.

"Aku antar," katanya kemudian mendekati Clarence dan melingkarkan tangannya di pinggang Clarence, menuntunnya berjalan menuju ke bawah.

"Kamu dijemput Arko kan?" tanya Landon.

Clarence menggeleng. "No, aku bawa mobil sendiri. Well, mobil kamu yang ada di rumah Mama Anne sih sebenarnya. Aku pinjam."

Landon mengangguk. Mereka kemudian sampai di depan pintu lift. Landon menjadi orang yang memencet tombol. "Kamu marah?" tanyanya ketika keduanya hanya diam.

Clarence menggeleng. "Nope. Apa yang membuat aku marah Landon?" tanya Clarence. Sebenarnya pertanyaan itu ia ajukan kepada dirinya sendiri.

"Karena aku menyembunyikan sesuatu?"

Pertanyaan lain dari Landon membuat Clarence membuka mulutnya. "Kamu baru saja mengaku sedang menyembunyikan sesuatu Landon," kata Clarence mengingatkan suaminya akan perkataannya sendiri.

Landon hanya mengangguk. "Ini bukan hal yang merugikan kita ataupun hal yang akan buat kamu tidak senang," kata Landon menjelaskan.

Clarence tertawa dan hendak menjawab perkataan Landon. Akan tetapi, pintu lift terbuka dan dua orang pria-wanita yang sedang berdebat langsung menyambut Landon dan Claire.

"Kamu harus jadi pacar aku Jendra!"

Yang dipanggil Jendra hanya menghembuskan nafasnya kemudian menoleh ke arah Landon dan Claire, hendak pergi dari perempuan itu. Matanya langsung melebar kaget ketika melihat Landon sedang berdiri di depannya sekarang.

"Pak," katanya sambil sedikit membungkuk.

"Jendra," kata Landon sambil mengangguk kemudian melirik perempuan di sebelahnya.

"Ah, dia teman saya Pak, maaf. Saya sudah melarang untuk ikut sampai di sini tapi dia terlalu keras kepala," kata Jendra lagi dengan ekspresi datar.

Landon menaikkan alisnya dan hendak berbicara tapi Clarence mendahului. "Tidak apa-apa," katanya.

Landon menoleh dan mendelik. "Tolong selesaikan masalah kamu dengan pacar kamu di bawah," katanya kemudian menarik Clarece masuk ke dalam lift.

Jendra terlihat bingung sebentar antara harus keluar dari lift atau ikut turun bersama mereka seperti kata Landon. Pada akhirnya pria itu diam di sana dan mereka berempat dalam keadaan canggung.

"Dia bukan pacar saya," kata Jendra tiba-tiba. Si perempuan langsung meninju perut pria itu. "Aku pacar kamu. Titik."

Clarence berdehem canggung.

"Saya tidak pernah setuju jadi pacar kamu Raquel," kata Jendra mengabaikan keberadaan Clarence dan Landon. Perempuan yang baru saja dipanggil Raquel oleh Jendra menghembuskan nafasnya kesal, "Terserah kamu, pacar," katanya dan saat pintu lift terbuka dia langsung berjalan cepat meninggalkan mereka di sana.

Clarence diam sebentar, menoleh ke arah Jendra yang memasang tampang datar, sebelum akhirnya menoleh ke arah Landon. "Kamu antar sampai sini saja Landon," katanya kemudian berjalan ke luar lift.

Landon kemudian berjalan keluar lift. Bibirnya bertemu dengan kening Clarence dalam satu kecupan cepat. "Kamu istri aku dan kamu sudah setuju ya?" katanya kemudian masuk ke dalam lift yang langsung menutup.

Clarence sempat melihat ekspresi Jendra yang terkejut, persis sama seperti ekspresinya sekarang. Buru-buru ia melangkah menuju mobilnya. Clarence masih memikirkan ucapan Landon di depan lift bahkan ketika ia berada di salah satu lampu merah yang cukup jauh dari kantor Landon.

Clarence menggelengkan kepalanya untuk menghapus ingatan itu. Tanpa sengaja, matanya menangkap siluet mobil yang familiar beberapa meter di belakangnya. Clarence mengerutkan keningnya dan mengabaikannya.

Sudah cukup semua keanehan di hari ini.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang