Landon mendesah gusar, untuk kesekian kalinya. Dua tangannya mengacak rambutnya yang sudah jelas belum disisir. Raut wajahnya kentara sekali sedang lelah, dan lingkaran di bawah matanya mempertegas kalau pria itu belum tidur semalaman.
"Jelaskan dengan pelan Landon," kata perempuan di depannya.
Landon menggeram kemudian mengangkat wajahnya. Menancapkan tatapannya yang paling membunuh kepada wanita di depannya.
"Kamu yang seharusnya menjelaskan!" Landon hampir berteriak kepada perempuan itu. Pria itu kemudian berdiri dan membuka dua kancing teratas kemejanya.
Wanita di depannya jelas terlihat sedikit ketakutan. Tapi dengan cepat, wanita itu ikut berdiri dan berjalan mendekat ke arah Landon. Ketika dia sudah berada tiga langkah di depan Landon, wanita itu kemudian membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Tapi Landon lebih dulu memotong.
"Aku bahkan belum memaafkan kamu karena kejadian Tower Bridge itu, dammit Ava!"
Ava merasakan nafasnya tercekat dan dia mundur selangkah. Tapi kemudian dengan marah, dia mendekati Landon lagi.
"Aku minta maaf dan aku menyesali semua rasa sakit yang aku kasih ke kalian berdua Landon! Kamu pikir aku akan melakukan apa lagi?! Aku sudah menyerah Landon! Aku tidak akan pernah, tidak akan, Landon, berusaha untuk mengganggu kalian lagi! Aku sudah punya tujuan hidup yang baru!"
Landon menatap Ava yang kali ini menatapnya dengan amarah dan kekecewaan berkilat di matanya. Landon memejamkan matanya. Rahangnya mengatup dan mengeras.
"Kamu adalah orang terakhir yang bertemu Claire demi tuhan! Kalau bukan karena kamu terus kenapa dia menghilang tiba-tiba?!"
"Mana aku tahu!" Ava menatap Landon dengan kesal. Dirinya mulai frustasi untuk menjelaskan bahwa dia tidak tahu alasan Clarence menghilang tiba-tiba. "Kamu sudah menelpon Mamanya Claire? Atau Mama kamu?"
Landon kembali melarikan tangannya ke rambutnya. "Aku tidak mau membuat mereka panik dengan bilang bahwa istri aku yang sedang hamil anak aku tiba-tiba menghilang."
Ava ingin menjawab kata-kata Landon namun kembali terpotong karena suara derap langkah yang mendekati mereka. Aidan masuk ke sana dan langsung berdiri di sampingnya, menatap Landon yang terlihat seperti orang gila.
"Ada apa? Aku buru-buru balik ke Jakarta karena kamu bilang Claire menghilang."
Landon menatap Aidan dengan marah, walaupun dia tahu Aidan tidak salah. Emosinya tidak terkontrol dan Landon sedang panik. Sangat panik.
Ava sebaliknya, menatap Aidan dengan tatapan aneh yang Landon tidak tahu apa artinya. Aidan tersenyum ke arah Ava dan Ava langsung membuang muka. Ava menghembuskan nafasnya kemudian memutuskan untuk menjelaskan.
"Kemarin aku makan siang dengan Clarence dan kami berbicara dengan baik-baik. Clarence bahkan terus-terusan tersenyum seperti orang gila karena bilang nanti sore dia akan ke dokter bersama Landon untuk mengetahui jenis kelamin bayinya. Tapi, tadi pagi Landon tiba-tiba menghubu-"
"Wait what?" Landon tiba-tiba menyela dan menatap Ava seolah-olah wanita itu baru saja mengungkapkan bahwa alien itu ada.
Ava menaikkan alisnya, memberikan gesture bingung ke arah Landon. Aidan juga menatapnya dengan bingung. "Kenapa Landon?" tanyanya kepada suami dari sahabatnya itu.
"Ke dokter?" tanya Landon dengan hati-hati. Ava mengangguk pelan, dan Landon tiba-tiba saja mengumpat dan memukul tembok terdekat. Ava terkejut dan mundur beberapa langkah sementara Aidan maju dan menarik Landon.
"Hey, what's wrong?!" kata Aidan sembari menarik bahu Landon.
"That's why, that's why ada banyak sekali miss call dari Clarence saat aku ada meeting penting. Dan aku tidak menjawab telpon dia, karena handphone aku tertinggal di ruangan lain. Sialan! Astaga, I'm such a jerk! No wonder Clarence memilih untuk pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...