Empat Puluh Tiga

7.3K 432 13
                                    

Grace;G-Eazy - You Don't Own Me

"Claire, lunch bareng sama aku?"

Clarence menaruh kuas nail polishnya kemudian membesarkan volume di handphonenya sehingga suara baritone pria di seberang telponnya terdengar jelas melalui earphone. "Apa tadi kamu bilang? Aku gak denger."

"Ayo kita lunch."

Clarence menghembuskan nafasnya kesal. "So you called me hanya untuk bilang begitu?"

Laki-laki di telepon itu tertawa. "Well, aku merasa sudah spam kamu dengan ribuan pesan ajakan lunch. And still, kamu tetap gak mau. Jadi, ya, aku telpon kamu cuma untuk ajak kamu makan siang bareng sama aku."

"Lebay kamu kalau ngaku ngirim ribuan pesan. Tapi, bener, kamu memang spam hape aku," Claire mendengus mengingat betapa seringnya handphonenya berdering dan bergetar sedangkan dia sedang sibuk dengan kuku-kukunya.

"Ayo makan siang bareng aku baby!"

Clarence mendengus sekali lagi. "Aku malas. Besok aja, atau kapan."

Suara itu kini terdengar lebih memaksa dan memelas. "Kita sudah lama tidak ketemu Clarence. Aku juga butuh kamu buat proyek baru aku."

"Proyek apa?" tanya Clarence.

"Novel baru aku. Aku mau kamu jadi orang pertama yang baca. Dan lebih lagi, aku perlu saran."

Clarence merapikan beberapa nail polish miliknya yang berserakan di meja di depannya. "Aidan, aku tadi pagi nolak ajakan Landon untuk makan siang. Dan, gak etis, kalau aku malah makan siang sama kamu!"

Ada jeda beberapa saat setelah Clarence mengatakan hal itu. Clarence hampir mengira sambungan telponnya dan Aidan sudah terputus sampai akhirnya dia harus memastikan. "Halo Dan? Kamu masih di situ?"

"Eh, iya Claire," katanya. Jeda beberapa saat lagi, kemudian Aidan melanjutkan perkataannya. "Kamu dan Landon sekarang jadi lebih dekat ya?"

Clarence menaikkan alisnya. "Maksud kamu? Lebih deket gimana?"

Clarence sadar dia mendengar Aidan menghembuskan nafasnya dengan berat di seberang sana, tapi dia memutuskan untuk tidak menanggapi.

"Seingat aku, terakhir kali aku taunya kamu dan Landon seperti complete stranger. Iya kan?"

Clarence mengerutkan alisnya. "Well, kenyataannya dia memang complete stranger yang tiba-tiba saja menikah sama aku. But then, dia suami aku Aidan. Walaupun tidak dekat-dekat banget, setidaknya aku dan Landon, bukan orang asing lagi."

"Yah, benar juga," jawab Aidan yang entah bagaimana terdengar kecewa di telinga Clarence. "Jadi, Claire, kembali ke topik, makan siang sama aku ya? Sekali ini aja."

Clarence menghembuskan nafasnya berat. "Aidan, bahkan ajakan Landon yang notabene suami aku aja aku tolak masa—"

"Okay, okay, what if, aku yang ke rumah kamu bawa makanan. And then, aku akan kasih liat kamu draft novel baru aku. Okay?"

Clarence menimbang-nimbang ajakan Aidan dalam beberapa detik cepat. Yah, setidaknya dia tidak mengkhianati Landon kan, jika Aidan datang ke rumah, dan bukannya dia yang pergi ke luar untuk makan bersama laki-laki lain. Dan by the way, sejak kapan mekan bersama Aidan masuk ke kategori mengkhianati?

"Yah, okay. Bawain aku Chinese food ya Dan. Lagi pengin. Oke?"

Aidan terkekeh. "Chinese food nih? Oke. Aku juga lagi pengen," katanya. "Will be there satu jam dari sekarang ya!"

***

Kurang lebih satu jam setelah sambungan telepon antara Clarence dan Aidan berakhir, laki-laki itu kini sudah berdiri di depan pintu rumah Clarence sambil membawa dua paper bag yang Clarence yakini sebagai makan siang miliknya dan Aidan.

"Makan di meja makan apa di ruang tamu?" tanya Clarence setelah membukakan pintu untuk Aidan.

"Setau aku, orang makan selalu di meja makan deh," kata Aidan. Clarence kemudian menyadari betapa aneh pertanyaannya barusan.

Langsung saja Clarence berjalan dengan Aidan yang mengikuti di belakangnya menuju ruang makannya yang langsung menyambung dengan dapur. Ia kemudian mengambil alat makan dan menaruhnya di meja. Sementara, Aidan membuka bungkus makanan mereka mereka dan langsung menaruhnya ke piring.

"Eh, ini ada es kelapa juga, aku lagi pengen," kata Aidan.

Clarence langsung menoleh dengan senyum lebar. "Perfect Aidan!"

Baru saja keduanya duduk di meja makan untuk mulai menyantap makan siang mereka itu, suara pintu yang terbuka dan tertutup terdengar.

Clarence menaruh kembali sumpitnya kemudian berdiri untuk melongok melihat siapa yang datang.

"Claire, ayo makan siang bareng!"

Suara Landon kemudian menggema di seluruh ruangan, membuat Aidan dan Claire saling memandang satu sama lain.

"Suami kamu pulang," kata Aidan.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang