Havana - Camila Cabello;Young Thug
Tap the star babe🌟
Clarence menatap dirinya di cermin. Rambutnya masih basah setelah keramas barusan. Kepalanya masih terasa sedikit pening. Sepertinya untuk pertama kalinya, ia merasakan motion sickness. Tapi bukan itu yang membuatnya terganggu. Fakta mengenai hal gila apa yang baru saja ia lakukan bersama Landon lah yang membuatnya menjalani satu jam dalam hidupnya di dalam kamar mandi pesawat pribadi kepunyaan keluarga Landon.
Clarence mendengus kemudian memastikan ikatan jubah mandinya sebelum membuka pintu kamar mandi itu.
Landon, sedang duduk di atas ranjang sembari fokus menatap laptop yang ada di pangkuannya dibalik kaca mata miliknya. Yang membuat Clarence susah bernafas adalah, Landon, sedang bertelanjang dada. Di atas ranjang. Ranjang yang berantakan.
"Kamu sudah selesai?" kata Landon, sembari melepas kacamatanya dan menaruh laptopnya di meja kecil dekat sana.
Clarence mengangguk.
"Giliran kamu," katanya, merujuk kepada giliran Landon untuk mandi.
Landon mengangguk kemudian berdiri mendekati Clarence. Bibirnya bersentuhan dengan puncak kepala Clarence. Clarence dapat merasakan ujung bibir Landon tertarik membentuk senyuman saat mencium puncak kepalanya. Jantung Claire sepertinya akan rusak sebentar lagi. Dentumannya terlalu kuat.
Dengan perlahan, Clarence mendorong tubuh Landon menjauh darinya. "Sana cepat masuk. Aku mau ganti baju. Terus tidur," kata Clarence.
Landon tersenyum. "Tidur dengan aku?"
Clarence memutar matanya. Cepat-cepat ia berjalan menjauhi Landon agar pria itu tidak melihat rona di pipinya.
"Tidur aja. Masih ada lima jam sebelum kita sampai di London," kata Landon sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Clarence menghembuskan nafasnya lega. Mengenakan pakaian yang ia dapatkan, Clarence langsung berjalan menuju ranjang di sana. Niatnya untuk tidur sirna ketika melihat kekacauan yang mereka sebabkan pada ranjang itu.
Pipinya merona sekali lagi. Clarence tidak tahan dan memilih untuk keluar dari master suite itu menuju main cabin.
Seorang pramugari langsung menyambutnya dan menawarkan beberapa makanan yang pada akhirnya Claire pilih secara random. Kalau dipikir-pikir, ia ternyata lapar. Setelah dicekoki obat tidur oleh Arina, Clarence tidak mendapat kesempatan untuk makan sama sekali. Dan bicara soal Arina, Clarence harus memberi pelajaran untuk dalang penculikannya itu.
Tunggu, bukannya Landon yang ada dibalik semua itu?
Clarence memutuskan untuk tidak ambil pusing dan memakan makanannya yang diantarkan oleh pramugari yang sama.
"Aku juga lapar."
Untung Clarence tidak sedang menelan pada saat Landon muncul di dekatnya, kalau tidak ia pasti sudah tersedak sekarang.
"Kalau lapar, makan," kata Clarence dengan nada sarkasme.
Landon bergabung bersamanya. Pria itu memilih duduk di depannya. "Ini cuma aku atau kamu sedang salah tingkah Claire?"
Clarence menatap Landon yang kini tersenyum jahil ke arahnya. Dengan kesal Clarence mengutuk jantungnya yang sama sekali tidak bersahabat hari ini.
"Aku tidak salah tingkah," sanggah Clarence. "Aku, masih marah karena kamu memukul Aidan, ingat?"
Landon langsung berhenti tersenyum. Pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menutup matanya. Clarence berhenti menggerakkan garpu dan pisaunya.
"Jangan sebut Aidan selama kita di London, janji?" kata Landon, matanya kini menatap Clarence. Tubuhnya ia tegapkan sementara berbicara.
Clarence merasa salah tingkah dengan tatapan dan intonasi pria itu. Buru-buru ia mengambil air dan meminumnya. Tunggu, baru saja ia mengaku sedang salah tingkah?
"Diam berarti iya," kata Landon.
Clarence menaruh kembali gelasnya. Ia menekan tombol di dekatnya dan seorang awak pesawat datang.
"Tolong bawakan saya air, dan suami saya makanan. Samakan dengan saya," katanya ramah kepada perempuan itu.
Landon tersenyum lebar saat pramugari itu pergi untuk mengambilkan apa yang diminta Clarence.
"Suami saya? I like the way it sounds. Sepertinya sebentar lagi kamu akan mengaku bahagia kan?"
Clarence memutar matanya. "Pernyataan bahagia aku tidak semudah jalan-jalan ke London, Landon."
Landon mengedikkan bahunya. "Well, at least aku tahu kamu senang kita akan ke London."
"Bagaimana kamu tahu?"
"Jantung kamu terus-terusan berdetak terlalu kencang. Saat kita berdekatan aku bisa rasain. Dan, kamu jadi lebih tidak berekspresi dari biasanya. Yang aku anggap, kamu sedang salah tingkah."
Clarence melebarkan matanya. Tangannya terasa dingin. Ia seperti tertangkap basah melakukan kejahatan.
"Teori kamu sangat aneh," kata Claire.
Landon kemudian menumpukan kedua tangannya di meja dan mendekatkan wajahnya dengan milik Clarence. Clarence bisa merasakan nafas Landon, begitu pula sebaliknya.
"Aneh tapi benar," katanya.
Tanpa bisa menjawab, Clarence lebih dulu dibungkam dengan bibir Landon. Tidak ada nafsu, hanya ciuman ringan. Clarence tahu, teori Landon benar. Dia salah tingkah dan jantungnya sebentar lagi akan meledak. Kenapa Landon menjadi sangat agresif akhir-akhir ini?
Suara batuk kemudian menginterupsi mereka.
"Permisi, saya mengantarkan air dan makanan yang dipesan oleh Ibu Clarence."
Landon langsung kembali menyandarkan badannya ke kursi. Sementara itu, Clarence merasakan darahnya terpompa cepat ke pipinya. Siapa yang butuh blush on dan lip-balm saat ada Landon Najandra?
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...