Lima Puluh Satu

6.9K 410 2
                                    

Levitate - Imagine Dragon

"Aku lembur, mungkin gak pulang."

Clarence tidak langsung menjawab perkataan Landon yang berada di seberang sambungan telponnya. Alih-alih, Claire melihat ke arah jam yang sekarang menunjukkan pukul sembilan malam. "Okai," kata Clarence terlal simpel.

Landon seperti kehabisan kata untuk sesaat. Bingung akan jawaban Clarence yang terlalu pendek. Clarence menyadari Landon tidak terlalu senang dengan jawabannya, jadi ia kemudian bertanya. "Kamu sudah makan malam?"

Landon tidak langsung menjawab, dan Clarence tebak jawabannya tidaklah menyenangkan. "Aku, makan malam sebentar lagi," katanya yang membuat Clarence menghembuskan nafasnya kesal.

"Aku bisa dengar kamu kesal Clarence, kamu khawatir ya?" kata Landon dengan nada bercanda.

Clarence memutar matanya. "Iya aku khawatir. Khawatir dengan diri aku sendiri. Bagaimana kalau kamu sampai kolaps lagi dan masuk rumah sakit karena makan tidak teratur? Aku harus menjaga kamu di rumah sakit kan? Dan itu, sangat buruk bagi kesehatan aku Landon. Aku khawatir sekali."

Landon terkekeh. "Kalau aku masuk rumah sakit, percuma kerja keras aku lembur terus beberapa hari terakhir," katanya.

Clarence tidak terlalu mengerti perkataan pria itu. Jadi dia mengabaikan perkataan Landon dan memilih diam.

"Kamu sudah makan?" tanya Landon kemudian.

Clarence mengangguk, kemudian sadar bahwa Landon tidak dapat melihatnya saat ini. "Iya, sudah tadi sama Sarah," jawab Clarence.

"Kamu keluar sama Sarah?" tanya Landon lagi.

"Iya, aku lupa bilang," jawab Clarence. "Well, aku keluar sama Sarah sepertinya tidak perlu izin kamu dulu kan? Sarah kan bukan Aidan."

Landon diam sejenak. "Aku senang, kalau kamu mau kasih tahu aku sebelum kemana-mana. Entah itu dengan orang lain, terlebih Aidan. Kamu tidak perlu izin aku untuk kemana-mana, tapi aku ingin tahu."

Clarence menelan ludahnya. Dia tiba-tiba merasa bersalah karena tidak memberitahu Landon bahwa seharian dia keluar dengan Sarah. Bagaimanapun juga, Landon adalah suaminya kan?

"I'm sorry," kata Clarence.

Landon terkekeh lagi. "Jangan minta maaf Claire," kata Landon. "Sudah dulu ya, kalau aku terlalu lama bicara dengan kamu di telpon, semakin lama kuta bisa ketemu."

"Oke, jangan lupa makan ya. Kalau kamu tidak ada niatan tidur semalaman setidaknya perut kamu penuh," kata Clarence.

Sebut saja ini gila, tali Clarence bisa merasakan Landon sedang tersenyum di seberang sana. Hal itu membuatnya ikut-ikutan tersenyum meskipun tahu Landon tidak melihatnya sekarang.

"Goodnight Mrs. Najandra."

"Selamat bekerja, Mr. Najandra."

Sambungan telpon mereka kemudian terputus dengan senyum yang masih bertengger di bibir Clarence. Sebuah ide terlintas di otaknya, yang membuatnya dengan cepat menelusuri aplikasi yang ada di handphonenya.

***

"Permisi," kata Arul, security gedung Landon ketika masuk ke dalam ruangannya. Landon kemudian melepas kacamatanya dan menatap pria itu. "Ada apa Arul?" tanyanya.

"Eh itu Pak, ada mas-mas Gojek yang menunggu d bawah. Katanya mau mengantar pesanan makanan untuk Bapak Landon Najandra," kata Arul sambil tersenyum.

Landon mengerutkan keningnya kemudian menoleh ke arah Alvareo yang satu ruangan dengannya. Alvareo segera menggeleng menandakan dia juga tidak tahu menahu soal hal itu.

Landon menghela nafasnya kemudian menyuruh Arul untuk mempersilahkan mas-mas Gojek itu untuk naik ke ruangannya. Dia terlalu malas untuk bangkit dari kursinya saat ini.

"Oke Pak," kata Arul sebelum hilang dibalik pintu dan balik beberapa saat kemudian bersama seorang pria muda berjaket hijau. "Pak Landon Najandra?" tanyanya sembari melihat ke arah Landon dan Alvareo bergantian.

"Saya," kata Landon menjawab kebingungan pria itu.

"Ah ini Pak, pesanan makanannya dari Claire Najandra, untuk Bapak Landon Najandra. Maaf sedikit lama ya Pak, tadi antrean untuk cream soup dan kopinya lumayan panjang, padahal ini sudah malam," kata petugas Gojek itu.

Landon masih tidak tahu harus menjawab apa sementara Alvareo sibuk tersenyum di seberang mejanya. "Eh ini Pak," kata Gojek itu sambil menyodorkan paper bag kepada Landon karena bingung harus menaruh dimana katena meja Landon penuh dengan berkas-berkas.

Landon meraih tali pegangan paper bag itu dengan cepat. "Mohon tanda tangan terima di sini ya Pak, pembayarannya sudah oleh Claire Najandra dengan poin ya," kata driver Gojek itu kali ini menyodorkan ponselnya.

Landon langsung menaruh paper bag itu di atas sebuah berkas kemudian menandatangani kolom kosong di ponsel layar sentuh driver itu. "Terima kasih," katanya.

"Terima kasih Pak, kalau gitu saya permisi," kata driver itu yang kemudian menghilang dari ruangan itu bersama Arul.

Landon memandangi paper bag di mejanya. "Wah, beruntung banget ya punya istri perhatian seperti Claire. Kayra dengan hormon hamilnya hanya akan memikirkan perut sendiri. Saya jadi iri," kata Alvareo dengan nada lelucon dari mejanya.

Landon perlahan tersenyum. "Iya, I'm a lucky bastard," kata Landon dengan senyum lebar. Claire Najandra. Landon sangat suka, karena Claire Najandra miliknya ternyata cukup perhatian kepada dirinya.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang