Silence — Marshmello;Khalid
Vote dulu ayo💗
"Hai Clarence, maaf aku telat. Kamu sudah nunggu lama?"
Clarence menolehkan kepalanya menatap Arina yang kini mengambil tempat di bangku di depannya. "Nope, aku baru saja sampai. Aku sudah pesan minum, kamu mau pesan sekarang?"
"Kamu pesan apa?" tanya Arina.
"Cotton candy," jawab Clarence.
Arina mengangguk kemudian berdiri menuju tempat pemesanan. Sementara Arina pergi memesan pesanannya Clarence membuka handphonenya untuk kemudian mengirimkan pesan singkat kepada Landon. Mengabarkan suaminya bahwa ia sedang di luar bersama Arina saat ini.
"Hei," kata Arina saat kembali. Ia menempatkan dirinya di kursi tadi. "Ada apa Claire? Aku tidak menyangka kamu akan mengajak aku keluar."
Clarence tersenyum. "Aku hanya ingin memastikan beberapa hal," katanya.
Arina tersenyum lebar. "Memastikan apa?" tanyanya. Mata coklatnya yang senada dengan rambutnya melebar penuh ketertarikan.
Clarence tersenyum lagi. "Yah, hal-hal. Tentang Landon, tentang kamu," jawab Clarence.
"Tentang Landon dan aku? Wait, kamu tidak sedang cemburu atau mencurigakan hubungan aku dengan Landon kan?"
Clarence tersentak sebentar, kemudian terkekeh pelan. "Kenapa juga aku harus cemburu? Aku sama sekali tidak ada rasa cemburu dengan kamu."
Kalau dipikir-pikir, Clarence memang tidak pernah cemburu dengan pria itu. Satu-satunya wanita di hidup Landon adalah Ava. Bagaimana ia bisa cemburu dengan orang yang bahkan tidak pernah ia lihat?
"Terus, apa yang ingin kamu tahu?"
Clarence terdiam sebentar. Memilih pertanyaan apa yang bisa ia jadikan pembuka. "Kamu dan Landon, bagaimana kalian bisa kenal satu sama lain?"
Arina bergumam sebentar, tampak berpikir. "Kamu tahu Ava?" tanya Arina.
Clarence mengangguk.
"Aku teman Ava. Dia yang mengenalkan aku dengan Landon. Kata Ava saat itu, pacarnya ingin belajar boxing. Jadi dikenalkan dengan aku."
Clarence bingung. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Jika sudah menyangkut Ava, Clarence merasa dirinya tak bisa berkata apapun lagi. Apa benar ia tidak pernah cemburu?
"Claire?"
Suara Arina membuat Claire tersadar lagi. "Terus, kenapa Landon tiba-tiba ingin latihan boxing lagi?"
Arina mengedikkan bahunya. "Aku juga gak tau. Setelah Ava pergi, Landon seperti menutup diri dari semua yang menyangkut dengan Ava. Sampai akhirnya, ketika aku mendengar berita kalau dia sudah menikah," Arina menatap Clarence dalam. "Awalnya aku pikir hanya rumor. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencari tahu. Dan, aku datang ke kantornya. And guess what? Dia malah berkata kepada aku untuk membantu dia."
Clarence tahu ada yang salah dengan kata membantu yang diucapkan Arina. Akan tetapi, ia tidak terlalu tertarik.
"Atas nama Kak Arina dan Kak Claire," suara seorang pelayan yang memanggil nama mereka menginterupsi. Arina menjadi orang pertama yang berdiri dan berkata, "Aku yang ambil."
Clarence hanya mengangguk.
Beberapa saat kemudian Arina datang dengan membawa dua minuman. Menaruhnya di meja, Arina kembali duduk di depan Clarence.
"So, kamu ingin bertanya apa lagi?" katanya sembari mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan yang sudah menancap.
Claire menatap Arina. "Ava dan kamu. Kalian sudah kenal berapa lama? Sepertinya kalian dekat sekali."
Arina diam, memilih untuk melihat ke arah minumannya selama beberapa saat. Clarence kemudian menggelengkan kepalanya cepat, "Kalau kamu tidak mau berbicara tentang dia, tidak apa-apa."
Arina ikut menggeleng. "No, gak apa-apa," katanya. "Ava dan aku kenal saat SMA. Yah, kita sangat dekat, sampai tahu rahasia masing-masing."
Clarence mengangguk.
"Lalu dengan Landon sedekat apa?" tanya Claire lagi. "Jangan salah paham. Aku hanya penasaran. Murni penasaran," tambah Clarence dengan senyum tulus.
Arina terkekeh, kemudian menyedot minumannya sebelum menjawab Clarence. "Yah, dengan Landon. Aku hanya tahu sekedarnya. Hanya sebatas teman biasa."
Clarence mengangguk sambil tersenyum. Ia kemudian menyedot cotton candynya. Arina tersenyum ke arahnya. "By the way, mobil kamu warna merah kan Arina?"
Arina berhenti tersenyum selama beberapa detik. Clarence tahu ada yang salah. Dengan gugup ia kembali menyedot minumannya. Arina kembali tersenyum, ia kemudian berkata dengan hati-hati. "Ada apa dengan warna mobil aku?"
Clarence tersenyum tenang setelah menghabiskan setengah minumannya. "Kamu, mengikuti aku kan? Alasan kamu ada di swalayan waktu itu, karena kamu mengikuti aku kan? Waktu aku pergi dengan Sarah juga kamu ada di sana kan?"
Arina membulatkan matanya, membuat manik coklat di tengahnya terlihat jelas. "Maksud kamu apa?"
"Awalnya aku tidak merasa diikuti, tapi mobil merah dengan plat yang sama selalu ada di mana pun aku ada. Dan saat kamu ikut ke rumah Mama Anne, aku sadar itu mobil kamu."
Arina terdiam sebentar. Matanya menatap minuman yang sedari tadi terus diaduknya.
"Yah, karena kamu sudah tahu," kata Arina. "Aku memang mengikuti kamu Claire. Aku terlalu bodoh karena memakai mobil yang sama. Ya, salah aku," katanya dengan senyum polos.
Clarence menelan ludahnya. Kepalanya tiba-tiba terasa berat dan berkabut.
"Kamu seharusnya tidak boleh tahu Claire," katanya. Pandangan Clarence semakin berkabut. Tiga orang dengan pakaian hitam terlihat dalam pandangannya. Clarence tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ketika tiga orang itu berada di dekatnya, kepalanya terjatuh dan semuanya menggelap.
"Selamat tidur, Clarence."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...