Tiga Puluh Dua

8.4K 548 5
                                    

Landon bergerak cepat keluar dari pintu kemudi dan berputar untuk membukakan pintu bagi Clarence. "Keluar, Clarence."

Clarence setengah mati ingin memprotes nada bicara Landon saat ini, tapi kemudian dia sadar. Banyak bicara saat ini hanya akan membuatnya dalam masalah. Clarence dengan cerdas memilih keluar mobil dengan anggun dan mengikuti Landon yang dengan cepat masuk ke dalam rumah.

Suara nyaring dari sepatu hak tinggi Clarence yang menghantam lantai adalah satu-satunya kebisingan yang menyelamatkannya dari hening tak nyaman. Clarence terus bergerak secepat mungkin berharap dia bisa sampai ke kamarnya dalam sekejap mata. Tapi, Landon menariknya ke dapur tepat sebelum Clarence berjalan lurus ke arah tangga.

Landon mendudukkan Clarence kemudian mengambil dua gelas air dan menempatkan dirinya sendiri di kursi di seberang Clarence. Clarence menggigit bibirnya menahan pertanyaan, kenapa ke dapur?

"Minum dulu," kata Landon sambil menyodorkan segelas air tadi.

Clarence menaikkan alisnya. "Aku gak haus. Fyi, aku lebih ke ngantuk seka-"

"Minum, Claire. Kamu tadi minum anggur dan saya perlu kita berdua tidak terpengaruh alkohol untuk bicara."

Claire!!!!

Landon barusan menyebutnya Claire. Clarence bimbang antara harus mempertanyakan sebutan Landon atau minum. Dia sadar sekarang dia dalam posisi terpojok jadi dia menaikkan bendera putih dengan meneguk air dari gelas itu sampai setengahnya.

"Done, Mr. Landon 'Bossy' Najandra!" Clarence rasa sebenarnya dia setengah mabuk sekarang. Sebutan bodoh macam apa yang barusan dia lontarkan?

Landon menaikkan alisnya. "Dulu, saya mencekoki Ava dan diri saya sendiri anggur supaya lancar pas mau nembak dia." Oh, Clarence merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini. "Sekarang, saya harus memastikan diri saya sadar sepenuhnya untuk ngomong ke istri saya."

Giliran Clarence yang menaikkan alisnya. "Maksud kamu ngomong gitu?"

"Saya harus tetap sadar Clarence. Kalau saya minum beberapa gelas anggur lagi, mungkin sekarang kita tidak ngomong di sini, mungkin saya sudah menyobek baju sialan kamu itu dengan cara yang sama sekali tidak baik untuk memastikan kamu tidak pernah memakai baju itu lagi. Jangan pernah pakai baju itu lagi, Claire!"

Clarence tidak bisa mencegah rahangnya jatuh. Dia menganga lebar karena shock mendengar perkataan Landon. Dia mengatakan sesuatu yang gila tentang merobek baju dengan santainya disaat suasana mereka sedang tidak baik. Landon pasti sangat mabuk.

Landon kemudian sadar telah membuat istrinya terkejut jadi dia berkata, "Sialan, aku setengah mabuk. Asal kamu tau Claire, aku sensitif soal alkohol."

Clarence masih terkejut dan tidak menanggapi. Ditambah, sekarang Landon memanggilnya Claire. Perempuan itu memilih diam saja kemudian mengalihkan pandangannya dari Landon ke gelasnya yang kini hanya berisi setengahnya itu.

"Okay. Sekarang kembali ke topik. Kamu sadar kan kenapa aku marah?"

Clarence menampar kesadarannya untuk beralih dari perkataan Landon tadi. Menaikkan kepalanya untuk menatap Landon lagi, dia kemudian menjawab dengan ragu, "Ya... nggak... I don't know..."

Alis Landon menukik. Jelas sekali dia tidak menerima jawaban Clarence sama sekali. Bahkan Clarence sendiri merasa aneh dengan jawabannya. Clarence kemudian menyerngit dan meminum sisa airnya sampai habis untuk menjernihkan pikirannya.

Setelah merasa dirinya cukup sadar, Clarence kemudian berkata, "Maksud aku Landon. Mungkin kamu marah karena baju aku yang sedikit—" Tatapan suaminya itu makin tajam dan Clarence mengoreksi perkataannya. "—lumayan banyak terbuka. Tapi, balik lagi, reaksi kamu yang menandai aku itu berlebihan! Kita bukan anak SMA lagi yang main cupang-cupang kayak gitu. Dan, kamu bilang kamu gak begitu perduli. Jadi, I let Aidan help me, and he choose-" Clarence mengatupkan mulutnya.

"Aidan? Dia yang milih baju ini?! Dia yang nyuruh kamu?!" Landon menaikkan satu oktaf suaranya. Astaga, dia keceplosan. Kebencian tak beralasan Landon ke Aidan akan semakin besar karena ini. Sialan, anggur, sialan.

Clarence meneguk ludahnya dan memilih diam. Baru sekali ini dia menghadapi Landon yang seperti ini dan Clarence masih belum menyiapkan tanggapan yang pas.

Landon menghembuskan nafasnya frustasi. "Look Clarence. Saya sepertinya sedikit mabuk dan tidak akan bisa mengontrol emosi saya lagi." Landon mendesah frustasi lagi. "Intinya, saya perduli sama kamu karena kamu istri saya. Dan persetan pernikahan ini betulan atau bohongan, berakhir atau tidak, saya terlanjur mencap kamu sebagai kepunyaan saya. Dan saya orang yang posesif. Mungkin saya tidak bisa mencintai kamu. Tapi, bukan berarti kamu sama saja dengan perempuan lain di mata saya. Saya.., I adore you, and unexpectedly, I want you to be only mine."

Dan, dengan itu, tiba-tiba saja Landon kehilangan kesadarannya dan menjatuhkan kepalanya di meja di depan Clarence yang sedang speechless.

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang