Enam Belas

9K 585 3
                                    

"Apa-apaan tadi itu, Landon?"

Landon tidak menggubris kemudian berjalan ke dapur. Clarence mengikuti pria itu.

"Kamu kenapa ketus sama Aidan?!"

"...."

"Landon!"

Landon menaruh gelas yang dia pegang dengan keras di meja, membuat Clarence tersentak.

"Kamu yang apa-apaan Clarence!"

Clarence diam, Landon terlihat marah. Garis rahangnya menegas dan suaranya benar-benar keras.

"Kamu makan siang dan ketawa bahagia sekali, berdua dengan pria lain! Di tempat umum!"

Clarence merasakan nafasnya tercekat karena takut.

"Kalau ada yang lihat, Clarence, bagaimana?! Seperti yang kamu bilang, semua orang tahu kamu istri saya!"

Landon menatapnya sambil mengatur nafasnya. Dada bidangnya bergerak baik turun dengan jelas.

Clarence meremas ujung bajunya. "Kamu tidak perlu membentak..."

Landon diam. Dia menatap Clarence yang menunduk. Kemudian rasa bersalah menyerangnya secara tiba-tiba.

"It's my fault. Maaf, aku ceroboh."

Clarence menatap Landon sekilas. Dia  memutar badannya kemudian berjalan cepat ke atas, menuju kamarnya.

***

Landon menatap pintu di depannya frustasi. Yah, dia benar-benar kehilangan kendali tanpa sebab tadi. Dia juga tidak tahu apa alasannya menjadi sebegitu marahnya.

Sekarang sudah jam sembilan malam, dan Clarence belum juga keluar kamar sejak tadi siang. Dan, Landon belum juga berhenti merasa bersalah sejak tadi siang juga.

Dia menatap pintu kamar Clarence lagi dan Landon tiba-tiba merasakan perutnya sakit dan kepalanya mulai pening.

Maag sialan!

Pria itu tahu bahwa jika dia tidak segera makan sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi dia memilih untuk pergi ke ruang tengah dan tiduran di sofa. Semoga saja ketika dia bangun Clarence akan ada di sana dan dia bisa meminta maaf.

***

Clarence membuka pintu kamarnya perlahan dan melihat sekitar. Lampu-lampu di sana sudah mati, menyisakan beberapa lampu yang masih menyala, menandakan Landon sudah tidur.

Clarence bernafas lega kemudian turun ke bawah. Dia berniat tidur tapi dia terlalu lelah menangis dan kelaparan sekarang.

Sejak kecil, dia tidak bisa dibentak. Dan Landon baru saja membentaknya membuatnya menjadi emosional seperti anak kecil yang dimarahi.

"Ava! Maafin aku!"

Clarence membeku karena terkejut, di anak tangga paling bawah. Itu suara Landon. Dan, pria itu berteriak keras dan sedih seperti baru saja tertusuk sesuatu.

"Ava!"

Suara lengkingan itu seperti berasal dari ruang tengah. Clarence berjalan pelan ke ruang tengah karena penasaran dengan apa yang dilakukan Landon.

Ketika sampai di sana, Clarence mendapati Landon yang sedang terbaring di sofa depan tv dengan masih menggunakan bajunya yang tadi siang.

"Va... Jangan..."

Clarence mendekati Landon. Sepertinya pria itu mengigau. Dan, Ava, Clarence masih ingat kalau dia adalah alasan Landon tidak akan pernah mencintainya.

Landon merintih di dalam tidurnya, dan keringat memenuhi sekujur tubuhnya. Clarence menyentuh pundak Landon, kemudian menggoyangkan tubuh pria itu pelan, berusaha membangunkannya.

"Landon.."

Tiba-tiba saja Landon membuka matanya dan terlihat sangat gusar. Dia menatap Clarence lama. Clarence buru-buru melepaskan tangannya dari pundak Landon. Namun, gerakannya tertahan ketika Landon mencengkram kuat tangannya.

Clarence belum selesai terkejut ketika tiba-tiba Landon menariknya membuatnya terjatuh dan menimpa tubuh pria itu. Landon kemudian membungkus badan Clarence dengan kedua tangannya.

"Sorry..."

Clarence menahan nafasnya. Tubuh mereka berdua menempel erat. Jantungnya juga tidak tahu malu dan berdetak kencang, begitu juga milik Landon. Dia sampai bingung membedakan mana detak jantungnya dan mana detak jantung Landon. Detakannya terasa..... identik?

Clarence mengumpulkan seluruh kesadarannya kemudian berkata, "Landon, wake up. Ini aku, Clarence."

Landon tidak menjawab, tidak juga menggerakkan badannya sedikitpun.

"I'm not her, Landon."

"Saya tau, Clarence. Maafin saya, dan, please, diam seperti ini dulu."

Clarence berniat memberontak dan melepaskan dekapan Landon tapi tertahan oleh dirinya sendiri yang mulai merasa nyaman.

"Ini tidak benar..." Clarence mendesis di dada bidang Landon.

"Ini saat diperlukan, Clarence. Saya perlu ini sebentar."

Clarence membisu. Dia merasakan perutnya geli seperti ketika mengendarai mobil dengan cepat saat turun dari tanjakan, dan...

Ini tidak benar Clarence. Jangan pernah coba-coba berpikiran kesitu!

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang