Lima Puluh Tiga

7.1K 416 7
                                    

I Like Me Better - Lauv

Clarence menatap Landon yang memakan sandwich buatannya dengan lahap. Ini sudah jam tujuh pagi dan Landon masih mengenakan kaus putih oblong dan celana pendek, menikmati sarapannya di ruang makan mereka.

"Aku kerja jam sembilan hari ini karena kemariin lembur dan nanti malam juga sepertinya lembur," kata Landon menjelaskan tadi pagi saat mereka keluar dari kamar Landon.

Clarence melihat Landon mengunyah sandwichnya membuat rahang tajamnya bergerak dengan anggun. Sadar!

"Landon, kenapa kamu tiba-tiba lembur terus?" tanya Clarence mencoba beralih dari rahang Landon.

Landon menelan kunyahannya membuat jakunnya bergerak naik turun. "Karena aku ingin bersikap manis ke kamu dan membuat kamu bahagia," jawabnya.

Clarence mengerutkan keningnya bingung. "Sejak kapan yang begini namanya manis? Kamu yang lembur setiap hari akan membuat aku bahagia begitu?"

Landon tersenyum kecil. "Kalau begitu, kamu terus-terusan ingin di dekat aku?"

Kerutan di kening Clarence bertambah. Dia memutuskan untuk tidak menjawab dan berdiri dari kursinya. Berjalan menjauhi Landon yang menelan potongan terakhir sandwichnya dan memilih untuk membuka kulkas.

"Hawab Kleyhr," kata Landon dengan mulut penuhnya sambil memutar badannya mengikuti gerakan Clarence.

Clarence memilih untuk tidak menanggapi lagi. Dan mengeluarkan dua buah lemon dari kulkas. Dia sedang ingin sesuatu yang kecut sebelum menghadapi manis-manisnya Landon.

Clarence sedang memotong lemonnya menjadi dua ketika Landon menaruh dagunya di bahu Clarence tanpa memeluknya. "Diam berarti iya? Dan kamu diam? Aku bodoh lagi ya?" tanyanya lagi seperti tadi pagi.

Clarence memerah mengingat apa yang ia lakukan tadi pagi. Kenapa kamu mencium Landon, bodoh!

"Ekhem, pagi, Tuan dan Nyonya," kata sebuah suara tiba-tiba di belakang mereka.

Clarence terlonjak kaget dan begitu pula Landon. Ia melompat ke belakang menjauhi Claire yang kini melepaskan lemon dan pisaunya.

"Pagi Ari," kata Landon sambil tersenyum. Claire berdehem canggung sebelum memutar badannya menghadap Ari dan mengucapkan selamat pagi.

"Aku mau mandi dulu, harus ke kantor," kata Landon kemudian menghilang dari dapur, menyisakan Claire dan Ari yang sama-sama berdiri canggung.

"Landon tidak pernah sebahagia itu semenjak, nyonya tahu siapa, pergi," kata Ari. Clarence hanya diam dan merasa semakin canggung. "Tapi dari dulu jujur saya tidak terlalu menyukai Non Ava."

Clarence hampir tersedak salivanya sendiri ketika Ari mengatakan hal itu. "Non Ava, dia memusatkan dunianya hanya pada Landon. Dan membuat Landon harus memusatkan dunianya pada Ava. Dia mengikat Landon, kalau boleh saya katakan. Dan Landon tidak pernah sadar itu," kata Ari.

Claire bingung dan memilih tersenyum kecut menanggapi Ari. Tidak tahu harus berkata apa, dan tidak mau terlibat terlalu jauh mendengar kejelekan Ava. Ava yang sangat dipuja Landon, rasanya seperti membicarakan Landon di belakangnya.

"Nah, Nyonya ingin membuat apa dengan lemon itu?" tanya Ari seolah-olah tidak pernah membicarakan Ava tadinya.

Clarence menoleh ke belakang. "Ah, aku ingin membuat lemon tea Ari."

Ariya tersenyum kemudian berjalan ke arah Clarence. "Saya buatkan?" tanyanya. Clarence merasa tidak enak tapi kemudian hanya mengangguk dan menyingkir, membiarkan Ari mengambil alih kerjaannya.

"Hari ini Nyonya mau ngapain?" tanya Ari. Mengingat biasanya Clarence akan pergi ke luar atau terdiam di lantai atas entah melakukan apa saat dia melakukan tugasnya mengurus rumah.

Clarence mengendikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Belum punya rencana. Mungkin aku seperti biasa akan pilates dulu baru kemudian nonton di atas," katanya. "Tapi, aku bosan di rumah saja Ari," lanjutnya kemudian.

Ari menoleh sebentar. "Kenapa tidak keluar saja?"

Clarence mendengus. "Tidak ada teman jalan. Baru kemarin aku jalan dengan Sarah, dan aku tidak ingin membuat Landon marah dengan jalan sama Aidan," katanya lesu. Sebuah ide kemudian terbersit di otaknya. "Ari? Jalan sama aku ya?"

Ari menaruh segelas lemon tea dengan es batu di atas meja di depan Clarence. "Saya Nyonya?" tanyanya sedikit terkejut. Clarence mengangguk antusias. "Tapi kalau begitu, siapa yang beres-beres?"

Clarence menggelengkan kepalanya. "Rumah ini masih rapi dan bolos sehari saja tidak apa-apa kan?" Clarence berusaha membujuk Ari.

"Ah, nanti kita beli bahan kue kemudian kita pergi ke rumah Mama Anne untuk masak di sana. Nanti aku telpon Mama juga kalau dia mau," kata Clarence entah dapat ide darimana.

Ari terlihat menimbang-nimbang sejenak kemudian mengangguk. Clarence tersenyum lebar, meneguk lemon teanya kemudian berjalan meninggalkan dapur. "Aku kasih tau Landon dulu," teriaknya.

Clarence menaiki tangga dengan cepat dan langsung menuju kamar Landon. Berhenti di depan pintunya, Clarence mengetuk beberapa kali. "Landon," katanya.

"Masuk Claire, tapi aku sedang berpakaian," jawab Landon.

Clarence mendengus dengan pipi yang memanas. Landon sedang berpakaian? Clarence buru-buru menghapus pikiran mesumnya. "Gak, aku ngomong dari sini aja. Aku dan Ari mau pergi belanja terus pergi ke rumah Mama kamu hari ini. You okay with that?"

Landon merasakan sudut bibirnya terangkat menatap pintu kamarnya dan membayangkan Clarence sedang berdiri menempel di sana. "Okay," kata Landon senang karena Clarence mendengarkan kata-katanya soal memberitahukan rencananya untuk pergi-pergi.

"Great," kata Clarence senang. Ketika ia hendak berjalan menjauh dari kamar Landon, Claire mendengar suara pintu di buka dan melihat Landon sudah rapi dengan jas yang tersampir di lengan kirinya.

"Dasi," kata Landon.

Clarence memutar matanya. "Nanti kamu benar-benar lupa cara mengikat dasi loh," katanya sambil sedikit berjinjit untuk meraih dasi Landon.

"Kan ada kamu," jawab Landon.

"Dua tahun dari sekarang?" tanya Clarence tanpa pikir panjang. Ia sendiri terkejut dengan perkataannya dan berhenti mengikat dasi Landon untuk melihat raut wajah pria itu.

Landon memasang wajah datar dan berkata, "Aku akan cari kamu setiap pagi untuk memasangkan dasi aku. Atau, aku bisa pergi kerja tanpa dasi," katanya. Clarence menelan ludahnya kemudian kembali mengikat dasi Landon.

"I wish I can stop time. Aku berharap dua tahun dari sekarang itu tidak pernah terjadi."

Clarence diam-diam berharap hal yang sama di dalam hatinya.

A/N
Kemarin ada yang bilang gasabar konflik ya? Huhu aku juga:( sumpadeh pengen cepet klimaks tapi aku suka bertele-tele(?)

Hope you enjoy

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang