Seluruh rangkaian resepsi membuat tulang Clarence rasanya mau rontok. Alhasil, ketika dia dan Landon memasuki mobil untuk pulang ke rumah Landon, dia tidak berniat mengatakan apapun dan memilih untuk memejamkan matanya sebentar.
Mereka memang tidak ingin ada acara honeymoon. Toh, Clarence juga tidak mau disentuh jika bukan saat yang diperlukan."Capek?"
Suara Landon yang duduk di sebelahnya membuat Clarence membuka matanya, dan mengangguk.
Tidak ada lagi yang bersuara sampai mobil itu sampai ke pekarangan rumah Landon. Clarence tidak pernah tahu kalau Landon ternyata punya rumah sendiri. Maksudnya, dia berpikir Landon akan memilih hidup di apartemen. Seperti pria single umumnya.
Tanpa berkata apapun Landon berjalan keluar mobil. Clarence membuka matanya hendak membuka pintu namun didahului Landon yang lebih dulu membukakan pintu untuknya.
Clarence menatap Landon sebentar kemudian keluar dari mobil.
"Ini rumah saya semoga kamu betah."
Kata betah terdengar sangat asing di telinganya. Kesan pertama Clarence saat memasuki rumah itu adalah, luas. Ia tidak tahu ada berapa kamar di rumah ini yang jelas pasti lebih dari lima.
"Bukannya ini terlalu luas buat kamu sendiri?"
Landon menendikkan bahunya. "Saya selama ini tinggal di apartemen. Saya beli rumah ini awalnya untuk investasi. Tapi karena sekarang kita sudah menikah, jadi sebulan yang lalu saya putuskan untuk tinggal di rumah ini."
Clarence mengangguk paham.
"Ayo saya tunjukkan kamar kamu."
Kamar aku? Ya tentu saja Clarence, kamu berharap satu kamar?
Mereka menaiki anak tangga dan sampai di depan di sebuah pintu putih. "Disini kamar kamu," kata Landon kemudian menunjuk sebuah kamar di seberang kamar tadi. "Itu kamar saya."
Clarence mengangguk lagi. Landon kemudian membuka pintu kamarnya. Dan, astaga Clarence jatuh cinta dengan kamarnya.
Kamar itu bernuansa serba putih dan memiliki balkon yang menghadap ke taman belakang. "Kamu suka?"
Clarence mengangguk cepat.
"Dari tadi kamu cuma mengangguk terus."
Clarence menatap pria itu kemudian berkata. "Aku suka kamarnya, Landon."
Hening di antara mereka terjadi selama beberapa saat sampai akhirnya Landon berkata, "Well, good night Clarence."
***
Clarence mengalami disorientasi saat terbangun paginya. Dia hampir saja berteriak karena membuka mata di tempat yang tidak dia kenali. Kemudian dia sadar, bahwa dia berada di kamar barunya, di rumah Landon.
Dia menatap ke sekeliling kamar, kemudian memutuskan untuk berdiri dan berjalan menuju jendela. Di luar sudah terang. Clarence melirik jam dinding dan mendapati sekarang sudah pukul setengah tujuh pagi.
Dia kemudian menuju kamar mandi. Menatap dirinya di cermin yang ada di sana membuat Clarence mendengus. Dia terlihat kacau dengan sedikit bekas make-up yang masih menempel di wajahnya. Jadi, dia memutuskan untuk mandi.
Setelah puas membersihkan diri selama setengah jam Clarence keluar dan menyadari bahwa dia tidak memiliki baju ganti. Matanya kemudian menatap lemari tempel di sana, membukanya dan terkesiap.
"Astaga.."
Lemari itu sudah setengah terisi, dengan berbagai jenis baju. Mulai dari gaun, sampai piyama.
Clarence memutuskan menggunakan dress simple selutut bermotif bunga. Dia kemudian turun ke lantai bawah untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan.
"Selamat pagi."
Clarence terkejut dan membalik badannya. Terpampanglah, Landon dengan wajah setengah mengantuk dan rambut acak-acakan di depannya. Dia tampak..... Seksi?
"Oh, hai, pagi."
"Kamu sudah mandi?" tanya Landon sambil melangkahkan kakinya ke arah kulkas.
"Iya, dan kamu belum."
Landon mengeluarkan botol air dari kulkas, kemudian meminumnya. Jakunnya bergerak seksi, tak tahu malu, ketika dia menenggak air itu.
Sadar Clarence!
"Saya tidak kerja hari ini, jadi, mandinya nanti saja."
Clarence menaikkan alisnya. "Ternyata kamu malas mandi."
Landon menatapnya datar. Lama sekali sampai membuat Clarence gugup.
"Hm, by the way, aku mau buat sarapan."
Landon menaikkan sebelah alisnya. "Kamu bisa masak?"
Clarence memutar matanya sebal. Bagaimana bisa Landon meragukan kemampuan memasaknya?
"Menurut kamu aku yang tinggal di London sendirian bisa bertahan hidup bagaimana kalau bukan masak sendiri?"
"Kamu pernah tinggal di London?"
"Kamu gak tahu?"
Landon menggaruk kepalanya yang Clarence yakini tidak gatal. "Sepertinya kita perlu banyak mengenal satu sama lain, Clarence."
Clarence mengendikkan bahunya. "Iya, setidaknya dua tahun cukup untuk pengenalan kan?"
As usual, please tap the star and comments babes❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...