Lima Puluh Dua

7K 404 4
                                    

Moonlight — Ariana Grande

Clarence terbangun pada pukul lima hari itu. Matahari belum muncul sama sekali, dan kamarnya masih gelap. Clarence bangun dari tempat tidurnya dan langsung keluar dari kamarnya. Tempat pertama yang terlintas di otaknya adalah kamar Landon.

"Sekarang apa yang akan kamu lakukan Clarence?" tanyanya kepada diri sendiri.

Saat ia berdiri tepat di depan pintu kamar Landon, Clarence hanya bisa mematung. Selama ini dia belum pernah masuk ke dalam kamar pria itu. Tangannya terulur memegang daun pintu kamar Landon tapi tidak ada satu gerakan yang ia lakukan.

"Well, siapa tahu Landon belum pulang. Lebih baik tidak usah Claire, ketemu dengan Landon besok pagi saja," katanya bernonolog.

Clarence melangkah mundur dan melepaskan pegangannya pada daun pintu itu. Ia berbalik dan hendak berjalan menuju kamarnya. Tapi lima langkah kemudian tubuhnya menolak untuk bergerak lagi. Perempuan itu malah berbalik dan kali ini tanpa ragu menarik pelan daun pintu itu. Pintunya tidak terkunci dan kini Clarence dihadapkan dengan kamar Landon yang lebih luas dari kamarnya.

Kesan kamar itu tidaklah kaku seperti apa yang Clarence bayangkan. Well, kamar itu didominasi dengan warna putih dan sedikit corak abu-abu. Tidak sekaku kamar pria yang kebanyakan ia baca di novel, tapi lebih ke tenang dan nyaman.

Ketika Clarence menutup pelan pintu di belakangnya, ia baru sadar kalau Landon sedang tertidur di atas ranjang king size dengan lampu yang menyala terang di ruangan itu. Ia masih mengenakan kemeja dan jas, dan parahnya sepatunya masih terpasang.

Clarence menelan ludanya kemudian berjalan ke arah ranjang Landon. Hampir saja ia tersandung karena undakan kecil. Ranjang Landon dan beberapa perabotan di dekatnya berada lebih tinggi dari lantai yang biasa.

"Ceroboh sekali," bisik Clarence sambil mencubit pahanya sendiri.

Dengan perlahan ia kemudian mendekati Landon, memastikan dia tidak akan hampir terdandung lagi. Pertama-tama Clarence membuka simpul tali sepatu Landon dan membukanya perlahan. Setelah dua sepatunya terbuka, Clarence membiarkan kaus kaki masih melekat di kaki pria itu karena takut ia akan membangunkannya saat berusaha membuka kaus kaki itu.

Clarence kemudian beranjak ke atas dan dengan perlahan melepas ikatan dasi yang sudah longgar di leher landon. Setelah berhasil, kini bagian yang paling susah, membuka jas pria itu.

Dengan perlahan Claire menarik bagian kanan terlebih dahulu, dan berusaha melepaskannya melalui lengan pria itu. Tanpa ia sadari, badannya kini dalam posisi terduduk di sisi ranjang sambil hampir menindih Landon.

Ketika dirinya tak kunjung berhasil memindahkan lengan Landon supaya bisa melepas jas pria itu dengan pelan, Clarence akhirnya menggunakan tenaga lebih besar.

Pfft.

Clarence mematung mendengar suara tawa tertahan Landon. Langsung saja, ia menoleh ke arah wajah Landon yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Bibir Landon kini melengkung menahan tawa dan dahinya berkerut.

"Kamu bangun," gumam Clarence.

Landon kemudian menggeleng sambil tetap menutup matanya. Clarence mendengus jengkel dan langsung berdiri. "Kamu jahil sekali Landon," katanya sambil berjalan mundur dengan wajah memerah karena malu.

Clarence dan sikap cerobohnya lupa dengan undakan yang membuatnya hampir tersandung tadi. Alhasil kakinya salah menapak dan membuatnya terjatuh dengan bokong yang mendarat lebih dahulu.

"Aduh," katanya kesakitan.

Landon yang tadi pura-pura tertidur langsung meloncat dari ranjangnya dan menghampiri Clarence yang terduduk di lantai. "Are you okay?" tanyanya khawatir sambil berlutut di sebelah Claire.

Clarence menggeleng. "I'm okay, sana lanjut aja tidur kamu," katanya kemudian mendorong dada Landon dengan pelan.

Landon mendengus kemudian berdiri lebih dulu. Clarence mengira Landon akan mengikuti perkataannya dan kembali tidur. Akan tetapi, satu tangannya terulur ke arah Claire.

"Ayo bangun, istri aku yang cepat sekali ngambek," katanya.

Clarence melirik tangan Landon tanpa berniat membalas uluran tangan itu. Landon mendengus sekali lagi kemudian mengambil posisi berlutut seperti tadi. Satu tangannya kemudian melingkar di pinggang Clarence sementara tangannya yang lain berada di bawah dua lutut Clarence. Dengan sekali tarika nafas Landon segera mengangkat Clarence yang memekik kaget.

"Are you mad Landon?! Turunkan aku sekarang!"

Landon tidak menggubris dan berjalan menuju ranjangnya kemudian melempar Clarence ke atasnya.

"Aw! Gentleman sekali Landon! Melempar istri kamu!"

Landon tersenyum lebar sambil melepas jasnya mendengar Clarence menyebut dirinya sendiri istri kamu. "Istri aku marah karena dilempar ke kasur?" godanya.

Setelah jas dan ikat pinggang beserta kaus kakinya terlepas, Landon segera bergabung dengan Clarence yang duduk dengan kesal di ranjangnya.

Landon langsung menarik Clarence ke pelukannya. Membuat Clarence langsung merubah posisinya paksa menjadi tertidur dalam dekapan Landon.

"Landon, lepasin," katanya sambil berusaha mendorong Landon.

"Ini saat diperlukan, istri aku yang pemarah, aku perlu mencharge energi aku setelah seharian duduk di depan berkas-berkas menyebalkan," kata Landon.

Clarence mendengus, akan tetapi dia memilih untuk berhenti memberontak. Suasana sangat hening diantara mereka sampai Clarence membuka suaranya lebih dulu.

"Aku pikir kita sudah terlalu banyak menyalahgunakan aturan 'saat diperlukan' Landon."

Landon mendekap Clarence lebih erat. "Hm," gumamnya sebagai jawaban.

Clarence mendengus mendengar jawaban pria itu. "Aku rasa baterai kamu sudah kembali terisi karena dekapan kamu sekarang sangat kuat Landon."

"Hm," gumamnya lagi.

Clarence merasa kekesalannya kembali. "Kalau kamu merasa baterai kamu sudah penuh, bisa kamu lepaskan pelukan kamu? Aku mau kembali ke kamar aku."

"Hm."

Clarence mendengus kesal. Ia ingin memberontak sekali lagi, tapi dekapan Landon terlalu kuat membuat tangannya susah bergerak. Akhirnya ia memilih untuk diam.

"Kenapa diam?" tanya Landon kali ini.

Clarence memilih untuk tetap diam.

"Oh, jadi ini pembalasan ceritanya?"

"..."

"Aku suka buburnya, dan kopinya, Claire Najandra. Terima kasih."

"...."

"Tadi aku pulang jam empat lebih tiga puluh menit. Dan saat kamu masuk ke kamar aku, aku baru saja baring, belum tidur sama sekali."

"...."

"I wanna kiss you right now. Diam berarti iya."

Clarence langsung menggigit dada Landon, membuat pria itu memekik dan melepaskan pelukannya.

"What the hell Claire?!"

"...."

Landon menunggu beberapa detik tapi Clarence hanya diam menatapnya. Baru hendak berbicara lagi, Clarence tiba-tiba bangun dan duduk di ranjangnya. Claire kemudian menunduk dan mengecup bibir Landon pelan. Kecupan ringan.

"Aku diam, bodoh."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang