Excerpt

24.9K 1.1K 3
                                    

Clarence menatap kosong keluar jendela mobil. Semuanya sudah berakhir sekarang. Tidak ada lagi Nyonya Clarence Najandra. Landon sudah menemukan apa yang hilang selama ini. Tepatnya, yang hilang sudah kembali.

"C-Claire..."

Clarence menoleh ke Sarah yang duduk di balik kursi kemudi.

"Apa?" tanyanya.

Sarah, sahabatnya itu, tidak mengatakan apapun lagi, dia menunjuk ke arah depan membuat Clarence otomatis mengikuti arah telunjuk Sarah, dan dia tiba-tiba merasakan ada gumpalan besar di tenggorokannya yang membuatnya susah bernafas.

Landon, suaminya, sedang berlari ke arah mobil mereka.

"Clarence, keluar. Sekarang!"

Pria itu menggedor jendela mobil itu, sambil memaksa pintu itu terbuka.

"Buka!"

Sarah tergopoh membuka kunci pintu, membuat Landon dengan leluasa membuka pintu itu dan menarik Clarence keluar dari mobil.

"APA YANG ADA DI PIKIRAN KAMU CLARENCE?!"

Clarence mematung. Ini pertama kalinya Landon terlihat begitu murka. Sepersekian detik kemudian Landon menariknya ke dalam dekapannya, sangat erat sekali.

"Lepaskan, Landon. Kita menjadi pusat perhatian sekarang."

"Kamu hampir membuat aku gila, Clarence," Landon menghembuskan nafasnya kasar, tidak menanggapi perkataan Clarence.

"Bagaimana kamu bisa menemukan aku?"

"Kenapa kamu menghilang tiba-tiba?!"

Clarence mengatur nada suaranya. Dia tidak boleh menangis. "Aku sudah tidak diperlukan lagi Landon."

Landon melonggarkan dekapannya, kemudian menatap Clarence tepat di matanya. "Maksud kamu?"

"Cinta kamu sudah kembali. Aku harus pergi."

Landon diam.

"Lepaskan aku Landon."

"No."

Clarence menahan dirinya untuk tidak terbuai oleh perasaannya sendiri.

Dia mengatakan begitu bukan berarti karena dia menginginkan kamu Clarence!

"Aku sudah mengajukan gugatan. Kita, cerai sekarang saja, Landon."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang