Tiga Puluh Tiga

8.5K 519 7
                                    

Landon membuka matanya karena merasa kantung kemihnya sudah terlalu penuh. Dia bangun bukan di kamarnya, dan kepalanya terasa pening. Belum lagi badannya yang terasa pegal di sana-sini. Beberapa detik kemudian dia sadar bahwa dia sedang berada di sofa ruang tengah dengan masih memakai pakaiannya semalam, minus jas.

Kebutuhannya untuk ke kamar kecil membuat Landon berdiri dengan cepat dan sedikit terhuyung. Astaga, sebenarnya berapa banyak dia minum tadi malam?

Melihat Clarence yang memamerkan badannya membuat Landon terus khawatir sepanjang malam dan tanpa sadar dia terus-terusan meminum anggur yang disediakan untuk menghilangkan kekhawatirannya.

"Kamu sudah gila Landon," katanya pada pantulan dirinya di kaca setelah dia selesai memenuhi panggilan alamnya. Dia memutuskan untuk naik ke kamarnya untuk segera mandi karena dia benar-benar terlihat kacau.

Saat kakinya menapak di lantai dua rumahnya Landon melirik pintu kamar Clarence. Dia berusaha mengingat apa saja yang terjadi semalam, dan lebih lagi, bagaimana bisa dia berakhir tidur di sofa.

Tanpa dia sadari, Landon kini sedang menggenggam kenop pintu kamar istrinya. Dan ketika Landon mencoba untuk membuka pintu itu, pintu itu sukses terbuka. Ternyata Clarence tidak mengunci pintu kamarnya.

Landon tahu dia seperti penguntit, tapi entah dorongan apa yang membuatnya melangkah masuk lebih dalam. Iris pria itu menangkap siluet Clarence yang tidur sambil meringkuk di pinggir kasurnya. Landon melirik jam di meja kecil yang ada di sana. Sekarang masih jam dua pagi, dan sepertinya Clarence sedang nyenyak-nyenyaknya.

Landon akhirnya memutuskan untuk berjongkok sehingga kini wajahnya sejajar dengan wajah Clarence. Istrinya terlihat cantik saat tidur. Tanpa riasan seperti di pesta kemarin.

"Charlene...," tiba-tiba Clarence bergumam membuat Landon mematung.

Bulir-bulir keringat mulai membanjiri keningnya, sementara Clarence terus bergumam, tepatnya merintih. Landon kemudian menyimpulkan bahwa wanita itu sedang mimpi buruk.

Dulu, Ava sering mendapat mimpi buruk dan biasanya Landon akan mengelus rambutnya untuk membangunkannya. Jadi, dia melakukan hal yang sama kepada Clarence sekarang.

Landon baru saja menyentuh puncak kepala Clarence ketika mata wanita itu terbuka lebar menatap langsung ke dalam matanya.

Untuk sesaat Landon membeku karena merasa canggung. Tangannya masih berada di kepala Clarence, dan Clarence masih memandangnya dengan mata bulat besar, yang seperti sedang tersesat.

"Kamu mimpi buruk," kata Landon tetap dalam posisinya.

Clarence masih menatapnya dalam tapi tangan perempuan itu bergerak ke atas menjangkau tangan Landon di kepalanya. Landon tersentak sedikit merasakan tangan dingin Clarence menutupi tangannya.

"Kamu nyata," kata Clarence.

"Ya, tentu saja."

"Aku mimpi buruk sekali," kata Clarence.

Landon mengangguk. "Kamu bergumam, soal Charlene, dan beberapa hal."

Clarence tersentak dan Landon bisa merasakan tubuh Clarence menegang.

Landon meneguk ludahnya kemudian bertanya. "Siapa Charlene?"

Clarence bergerak cepat melepas tangannya yang tadi menutupi tangan Landon dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kamu semalam pingsan," kata Clarence mengalihkan pembicaraan. Clarence menggeser duduknya menjadi lebih ke tengah ketika Landon berdiri dan duduk di pinggir kasurnya.

"Kamu mengubah topik."

"Badan aku pegal semua karena harus menggeret kamu dari dapur ke sofa," kata Clarence sambil merengut.

"Charlene, aku ingat kamu pernah bilang dia Kakak kamu. Ada apa sama dia?"

"Tunggu Landon, apa yang kamu lakukan di kamar aku?"

"Clarence..."

"Sekarang jam berapa?" Clarence terus saja mengalihkan topik pembicaraannya.

Landon menghembuskan nafasnya berat. "Ava adalah anak dari sekretaris Papa saya. Dia teman saya dari kecil."

Clarence mengatupkan mulutnya. Tahu bahwa sekarang dia hanya perlu menutup mulutnya dan menyimak Landon.

"Saya jatuh cinta sama dia. Dia satu-satunya perempuan yang tahu saya luar-dalam. Dan Ava itu sangat gampang dicintai, dan dia dengan mudahnya mencintai saya," kata Landon lagi sambil tersenyum pahit.

Clarence menahan nafasnya.

"Suatu hari, saya bilang ke Ayah saya kalau saya dan Ava berpacaran. Ayah saya waktu itu tidak melarang tapi tidak juga merestui," Landon menahan nafasnya sambil melirik Clarence. Ingin menilai bagaimana reaksi wanita itu.

Clarence masih menutup mulutnya dan menatap Landon di matanya. Landon menggeleng kemudian berbicara lagi. "Saya pikir Ayah saya mungkin tidak masalah dengan itu. Jadi, saya terus berpacaran dengan dia."

"Suatu hari, Ayah saya tahu kalau saya tidak mau melanjutkan perusahaan. Dia tahu saya ingin menjadi pengacara."

Landon bergerak gusar di depan Clarence membuat wanita itu ingin menenangkan suaminya hanya saja dia tidak tahu bagaimana.

"Dia selama ini diam karena ternyata dia menunggu waktu yang tepat untuk membuat Ava menjadi senjata untuk melawan saya." Landon tiba-tiba tertawa getir.

Clarence menggigit bibirnya. "Landon, kamu tidak perlu-"

Landon memotong omongan Clarence dengan mengangkat tangannya kemudian menggeleng. Clarence menelan ludahnya dan kembali diam.

"Dia bilang, saya harus memilih salah satu, Clarence. Saya harus memilih antara Ava atau sekolah hukum saya," Landon memberi jeda sebentar. "Saya naif sekali waktu itu. Saya pikir, kalau saya mengambil sekolah hukum saya dan tetap berhubungan diam-diam dengan Ava maka semuanya akan baik-baik saja."

"Tapi sialan. Ayah saya mengirim Ava sekolah keluar negeri. Dia tahu Ava benar-benar ingin sekolah di luar negeri. Sama seperti saya yang memilih sekolah hukum saya daripada Ava. Ava juga lebih memilih studinya daripada saya."

Clarence menahan nafasnya. Landon menatap matanya dalam sekali. Ekspresinya mewakili perasaannya saat itu. Clarence tahu Landon sangat kesakitan saat memikirkan cintanya.

"Saya marah karena dia memilih pergi, Clarence. Jadi saya memutuskan hubungan sampai akhirnya dia pergi," kata Landon tidak jelas. Setelah mengambil nafas dia akhirnya melanjutkan omongannya.

"Pesawat yang dia tumpangi jatuh."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang