"Claire, kamu inget kan nanti kita ada lunch bareng keluarga Najandra?"
Clarence memoles bibirnya dengan lipstick matte favoritnya. Memandang penampilannya sekali lagi di kaca besar kamarnya, Clarence kemudian membalik badannya.
"Udah yuk Ma turun, bentar lagi dia dateng."
"Siapa sih Claire?" Giana menatap anaknya penasaran.
"Surprise Ma. Nanti ajadeh liat langsung pas dia dateng."
"Cowok?"
Clarence tidak menanggapi dan memutuskan menggandeng tangan Giana lalu berjalan menuruni anak tangga menuju ruang depan.
Ting!
Landon Najandra : Clarence saya sudah di depan gerbang.
Claire : Masuk aja, atau saya yang samperin ke mobil?
Clarence menunggu balasan dari Tuan Muda Najandra itu. Tapi tidak ada pesan apapun yang masuk. Sampai akhirnya bel rumahnya berbunyi.
"Nah, itu orangnya dateng Mah. Yuk."
Giana berjalan di depan Clarence, lebih bersemangat dari putrinya. Tangan Giana terulur membuka pintu dan seketika mulutnya menganga sebentar.
"Landon?"
Landon tersenyum. "Selamat pagi Tante."
Giana mengangguk, "Pagi."
"Saya mau pinjam Clarence sebentar. "
Giana tersenyum manis. "Lama-lama juga boleh."
Clarence menghentakkan kakinya, membuat heelsnya berbunyi keras ketika berantukkan dengan lantai. "Mama apaan sih."
"Udah, kita langsung berangkat aja," kata Clarence menatap Landon.
Landon tersenyum ke arah Giana kemudian berkata. "Saya permisi dulu Tante, sampai ketemu nanti siang."
Tidak ada satupun yang berbicara selama di mobil. Sampai akhirnya Landon memarkirkan mobilnya di parkiran salah satu cafe yang cukup ramai.
Saat seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. Landon dan Clarence kompak memesan vanilla latte.
"Jadi?" Clarence membuka suara.
"Saya bingung harus mulai dari mana dulu."
"To the point saja."
Landon menatap tajam Clarence. "Saya sudah bilang kan malam itu, kalau sebenarnya saya juga tidak setuju kalau sampai orang tua kita benar-benar menjodohkan kita?"
Clarence mengangguk.
"Tapi, saya juga sudah bilang kan saya tidak bisa menolak?"
Clarence memotong. "Jadi kamu mau saya yang menolak perjodohan itu?"
"Bukan," Landon mendesah. "Sebaliknya, saya mau kamu mengiyakan perjodohan itu dan menjadi istri saya."
Clarence tidak bisa menahan keterkejutannya, dia hampir saja memekik keras kalau saja seorang pelayan tidak menginterupsi mereka dan mengantarkan pesanan mereka.
Clarence menatap cangkirnya tanpa minat kemudian berkata, "Apa sebenarnya maksud kamu?"
Landon mengusap wajahnya gusar. Dan detik itulah Clarence baru mengadari bahwa Landon dianugerahi dengan wajah yang sangat tampan.
"Jadi begini Clarence," Landon menatap Clarence intens membuat perempuan itu tidak fokus. "Dulu saya sebagai anak sulung diwajibkan untuk kuliah bisnis, supaya bisa jadi pewaris. Tapi saya tidak suka dipaksa ini itu. Jadilah saya memberontak dan kuliah hukum, sampai akhirnya perusahaan Papa saya diwariskan ke Adik saya, sementara saya hidup sesuai kemauan saya sebagai pengacara."
"Lalu apa hubungannya sama perjodohan ini?" Clarence bertanya to the point.
"Terakhir kali saya membangkang saat itu. Sesuatu yang sangat buruk terjadi."
Sekilas Clarence dapat melihat kesedihan, dan segala macam emosi di mata pria itu.
"Dan sesuatu itu apa, Landon?"
Pria itu tidak menjawab. Dia melarikan tangannya ke wajahnya dan mengusapnya kasar.
"Saya kehilangan orang yang paling saya sayang."
Hope you like it! Tap the star✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...