Dua Puluh Delapan

8.1K 482 2
                                    

"Claire..?"

Clarence mendongakkan kepalanya dan mendapati Aidan sedang menatapnya dengan raut wajah bingung. "Ya?"

"Kamu lagi ada masalah ya?"

Clarence menggeleng. "Kenapa tanya begitu?"

Aidan menyesap kopinya sebelum menjawab, "Enggak, kamu rasanya lagi di sini sama aku tapi pikirannya entah di mana."

Clarence menaikkan alisnya. Dia memang sudah daritadi duduk di salah satu bangku di Starbucks bersama Aidan. Rencananya untuk makan ice cream batal karena tiba-tiba saja rasanya Clarence lebih butuh rasa pahit daripada manis. Reaksi Landon yang membiarkannya pergi bersama Aidan begitu saja rasanya tidak benar.

Damn, sebenarnya apa mau kamu Claire?!

Aidan tiba-tiba terkekeh. "Mana aku tahu," katanya kemudian.

Clarence mengerngit. "Ha?"

"Mana aku tau mau kamu apa Clarence."

Dan Clarence kemudian sadar. Dia tadi pasti menyuarakan pikirannya dengan keras.

"Ada apa?" kata Aidan lagi.

Clarence mendesah putus asa. "Pernah gak sih, Dan. Kamu mau orang ngerubah habitnya buat kamu, tapi pas dia lakuin itu, kamu malah ngerasa itu salah. Kayak gak seharusnya dia begitu?"

Aidan memasang tampang berpikir. "Hm, aku gak terlalu paham maksud kamu. Tapi, simpelnya ya, mungkin kamu ngerasa itu salah karena sejujurnya kamu sendiri suka sama habit dia, yang mau kamu ubah itu."

Clarence diam. Dia suka Landon melarangnya dekat Aidan? Gak mungkin! Apa bagian bagusnya ketika Landon melarang dia dekat Aidan? Seharusnya Clarence lega, karena sekarang dia tidak perlu lagi berdebat terus dengan Landon jika ketemu Aidan.

"Apa ini tentang suami kamu?" Clarence menyadari ada penekanan dari Aidan saat menyebut kata suami.

Clarence diam, dan Aidan menganggap itu sebagai ungkapan, iya. Aidan kemudian merasa dia tidak ingin lagi membahas cowok itu.

"By the way, aku udah bilang kan aku diundang ke acara mertua kamu."

Clarence menyedot Frappucinonya kemudian mengangguk mantap. "Kenapa?" katanya kemudian.

Aidan menggeleng. "Enggak, aku lagi mikir. Apa lebih baik tanya langsung ke Landon atau tanya ke kamu?"

"Tanya apa?"

"Sebenarnya ada apa dengan rumah tangga kalian?"

Claence tersedak dan batuk keras. Aidan dengan sigap segera menyodorkan tisu untuk Clarence. "Pelan-pelan, Claire!"

Clarence sudah selesai batuk ketika dia diam dan berpikir apakah dia harus memberi tahu Aidan atau tidak. Bagaimanapun juga, dia butuh teman berbagi. Setidaknya Sarah. Tapi, tidak ada Sarah, dan hanya ada Aidan di depannya sekarang.

"Aidan, kamu bisa aku percaya gak?"

Aidan awalnya tidak serius ingin mengetahui ada apa di antara Clarence dan suaminya. Bagaimanapun juga itu urusan mereka, dan sebagai lelaki yang diajarkan tata-krama, Aidan tahu dia tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Tapi, Clarence dengan sadar menawarkan diri untuk berbagi, jadi Aidan menjawab, "Of course, Claire."

Clarence menghembuskan nafasnya dan mulai menjelaskan segala sesuatunya. Dia menceritakan tentang Landon yang tidak akan mencintainya, tentang ciuman mereka, tentang perkataan Landon di telepon. Tapi, Clarence tidak menyebutkan tentang perjanjian dua tahun mereka sama sekali.

"Dia bilang tidak akan mencintai kamu, tapi dia mencium kamu?" kata Aidan setelah Clarence menyelesaikan ceritanya.

Clarence mengangguk.

"Perasaan kamu gimana Clarence?" tanya Aidan lagi.

Mampus. Dia sudah mendiskusikan hal ini dengan dirinya sendiri. Dan jawabannya masih rancu. Dia yakin dia tidak memiliki perasaan apapun pada Landon. Tapi apa benar? Buktinya tadi saat Landon melepaskannya begitu saja dia merasa ada yang salah.

"Claire, tadi kamu bilang kamu ngerasa ada yang salah pas Landon ngebiarin kamu gitu aja dan bilang tidak perduli?" lagi, Aidan mengajukan pertanyaan.

Kali ini Clarence mengangguk lagi dengan ragu sebagai jawaban.

"Well, bagaimana kalau kita buktikan apa Landon benar-benar merelakan kamu begitu saja atau itu cuma omongan sambil lalu bohongan saja."

Clarence menekuk alisnya tidak mengerti. Tapi, kemudian Aidan menyeretnya ke suatu butik dan akhirnya dia mengerti ketika Aidan memilihkannya sebuah dress kekurangan bahan.

"Kalau Landon masih anteng-anteng aja pas tau kamu pergi ke pesta itu dan dilihat banyak orang pakai dress super seksi ini, berarti dia benar-benar tidak perduli Clarence."

Clarence menatap long dress hitam lengan panjang, dengan belahan di salah satu sisinya yang setinggi sepuluh senti di atas lututnya. Tidak lupa dengan bagian setengah dadanya yang tidak tertutup kain apapun. Dan, oh, bagian terburuknya ada di sini. Bagian belakangnya sama sekali tidak memiliki penutup. Jika Clarence memakainya itu akan membuat setengah punggungnya benar-benar telanjang.

"Aidan, aku yakin Landon pasti marah. Tapi itu karena istrinya menggunakan baju tidak senonoh di acara resmi orang tuanya!"

"Claire, besok adalah Masquerade ball, semua orang akan pakai topeng, tidak akan ada yang memperhatikan. Dan aku yakin akan ada orang yang berpakaian lebih tidak senonoh dari ini."

Clarence mendengus. Membuat Aidan bersuara lagi. "Claire, aku sudah ribuan kali datang ke pesta seperti ini, kamu tidak. Aku lebih tau. Dan pasti ada saja perempuan yang berlomba-lomba memperlihatkan tubuhnya lebih dari ini."

"Inilah alasan aku lari ke London. Semua pesta-pesta dan ajang pamer itu memuakkan."

"Sometimes, bersosialisasi dengan mereka itu menyenangkan. Dan, menguntungkan."

Clarence memilih untuk tidak menanggapi dan mempertimbangkan ide Aidan tadi. Dia tidak tahu apakah ini ide yang bagus atau tidak, tapi pada akhirnya dia membawa pulang dress itu.

Hope you like it!

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang