Tiga Puluh Tujuh

8.1K 515 7
                                    

Clarence merasakan nafasnya terengah-engah setelah Landon akhirnya melepaskan pagutan mereka. Clarence mengedipkan matanya beberapa kali, sebelum menyapukan pandangannya ke sekitar mereka. Bagus! Sekarang dia dan Landon menjadi perhatian orang-orang.

Clarence menatap Landon dengan wajah memerah. "Saya pikir itu bukan saat diperlukan kan Mr. Najandra?"

Landon menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Kita sepertinya harus merevisi isi perjanjian kita Mrs. Najandra."

Clarence meremas tas tangannya. "Dan kenapa kita harus melakukan itu?"

"Karena bukan cuma aku yang menikmati ciuman itu kan? Just admit it."

Clarence merasakan pipinya memanas. "Aku tidak menikmatinya Landon!" kata Clarence sambil merapatkan giginya.

"Oh iya, Claire. Kamu menikmati ciuman aku. Ciuman dari satu-satunya orang yang pernah kamu cium."

Clarence membulatkan matanya.

"Aku ingat saat itu di altar kamu bilang, itu yang pertama," kata Landon lagi.

Clarence menahan nafasnya sebentar sebelum memilih untuk membalik badannya dan berjalan menjauhi Landon.

Landon dengan mudahnya menyamakan langkahnya dengan langkah Clarence. Dan saat itu, Clarence ingin mengutuk kaki panjang Landon yang indah itu.

"Dan kemarin Clarence. Aku ingat kamu bilang 'Hug me husband'. Apa kamu yakin kamu tidak mau merevisi surat perjanjian kita? Atau kita bakar saja sekalian surat itu?" kata Landon menggoda Clarence.

"Kalau kamu tidak mau menutup mulut kamu Mr. Najandra. Aku yang akan menutup mulut kamu dengan paksa," kata Clarence tanpa menoleh ke arah Landon.

Landon terkekeh. "Dengan bibir kamu, ya, Sayang?"

Clarence melayangkan tangannya untuk meninju pelan perut Landon. Dan untuk sesaat dia merasakan ternyata akrab dengan Landon bukanlah ide yang terlalu buruk.

***

Ting tong!

Clarence yang sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Landon langsung menoleh ke arah ruang tamu mereka kita suara bel berbunyi. Ketika Clarence berdiri hendak membuka pintu Aria langsung muncul dari arah dapur.

"Biar saya saja, Nyonya," katanya.

Clarence mengangguk tapi dia tetap berjalan ke arah pintu depan di belakang Aria. Dia penasaran, siapa yang datang berkunjung di hari Minggu siang seperti ini.

"Mau kemana?" kata Landon yang melihat Clarence berjalan menjauhi dirinya.

"Mau lihat siapa yang datang," kata Clarence tanpa menoleh. Sementara Landon tersenyum sambil memindah-mindahkan saluran di tv.

Sesaat kemudian Landon mendengar Clarence memekik dan meneriakkan namanya dari luar. Untungnya itu bukanlah teriakan yang membuatnya panik. Dia sudah tahu apa yang membuat Clarence begitu histeris. Landon kemudian berjalan santai menuju pintu depan.

"Landon! Kamu sudah gila ya?!" adalah kata-kata Clarence saat Landon muncul di depannya. Aria dan dua orang kurir yang ada di sana menatap Clarence dan Landon aneh.

"Kamu untuk apa beli semua ini?!" pekik Clarence sambil menunjuk tiga boks berukuran sedang berisi seluruh varian parfum dari The Bodyshop.

Landon mengendikkan bahunya. "Aku beli untuk istri aku yang tadi menantang aku untuk beli seluruh isi The Bodyshop."

Sebelum Clarence sempat berkata-kata lagi Landon segera mengalihkan perhatiannya ke kurir tadi. "Dimana saya harus tanda tangan tanda terimanya?" tanyanya.

Seorang kurir langsung menyodorkan sebuah nota dan pulpen ke arah Landon. Landon kemudian langsung menandatangani kertas itu. "Terima kasih. Tapi, boleh saya minta tolong bawakan boksnya ke ruang tengah. Aria tolong tunjukkan tempatnya," kata Landon.

Aria tersenyum kemudian menuntun kedua kurir itu, meninggalkan Clarence dan Landon berdua di ruang tamu mereka.

"Landon, kamu sudah gila," kata Clarence memberikan statement.

"Apa aku yang sudah tuli atau aku kamu memang belum bilang terima kasih sama sekali?"

Clarence mengerutkan keningnya. "Landon serius, bagaimana bisa? Kapan kamuㅡ astaga aku benar-benar tidak tahu harus bilang apa."

Landon tersenyum. "Kalau gitu bilang 'Hug me, husband' seperti kemarin malam."

Clarence menganga tidak percaya dengan sikap Landon saat ini. Rasanya sampai kemarin, Landon jarang sekali tersenyum dan menggodanya seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi dengan suaminya itu? Diam-diam perubahan itu membuat Clarence takut.

"Aku hanya berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu Claire," kata Landon seolah-olah dia baru saja membaca pikiran Clarence.

"Apapun yang kamu coba lakukan Landon. Kenyataanya kita akan berpisah. Dan dari awal, kita bukan suami-istri sungguhan. Dan lagi, jangan membuat aku bingung dengan kelakuan kamu!"

Landon memejamkan matanya sambil mengerutkan keningnya. Dia kemudian melangkah mendekat ke arah Clarence.  Sambil memegang kedua pundak Clarence dia kemudian berkata, "Can you just stop talking about shit and enjoy the moment?"

"You're the one talking about shit, Mr. Najandra."

Landon menghembuskan nafasnya dan menjalankan tangannya menuruni tubuh Clarence. "Looks like you can't shut your own mouth, Claire. I'll shut it for you."

Ketika Landon mendekatkan wajahnya untuk mencium Clarence, suara deheman terdengar di telinganya. Clarence langsung mendorong tubuh Landon kasar ketika melihat Aria dan dua kurir tadi hampir saja memergoki mereka berciuman.

Astaga, Clarence, sadarkan diri kamu!

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang