I Miss You — Clean Bandit;Julia Michaels
Landon meremas botol plastik air mineral yang sudah ia habiskan sejak tadi. Cerita panjang Ava yang diiringi isakan dan permintaan maaf terasa asing di telinga Landon.
"Maaf Landon, seharusnya aku tidak pernah berniat memberikan kamu pelajaran atau menyiksa kamu. Seharusnya aku langsung memberitahukan kamu bahwa aku tidak pernah naik pesawat itu," kata Ava, air mata mengalir di kedua pipinya.
Landon membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya.
"Obsesi Mama kamu? Semuanya itu, tentang Papa aku juga, semuanya benar?"
Ava mengangguk.
Landon langsung berdiri dan berjalan berkeliling apartemen Ava. Dia melihat balkon. Membuka pintu menuju sana kemudian memegang pagar penjaga di balkon itu kuat-kuat. Langit yang tadinya terang sudah mulai menggelap. Landon berteriak keras dari lantai tujuh, tempat apartemen Ava berada.
Ava tetap terisak, sekarang ia berdiri dan menyusul Landon ke balkon.
"Kamu— apa kamu pernah cinta ke aku?" tanya Landon sambil tetap membelakangi Ava.
Tidak ada jawaban selain isakan Ava.
Landon langsung membalik badannya menghadap Ava. "Jawab aku, Va. Apa kamu pernah cinta ke aku? Benar-benar jatuh cinta? Bukan karena obsesi Mama kamu seperti yang kamu katakan?"
Ava mengangguk. "Tentu saja aku mencintai kamu bodoh! Kalau tidak aku tidak akan menyuruh Arina untuk menjebak kamu ke London! Aku tidak akan menyuruh Arina mencari tahu tempat kamu selama di London! Aku tidak akan mengemisa kepada kamu untuk tetap sama aku!"
Ava berkata sambil setengah berteriak. Landon menatap wanita di depannya dengan tatapan penuh kekecewaan. "Sejak kapan Va? Sejak kapan kamu mencintai aku?"
Ava tersentak. Matanya melebar dan isakannya terhenti sebentar.
"Aku Va, sejak kamu mencium aku di markas, aku sudah tidak bisa melihat kamu dengan cara yang sama sejak saat itu. Tapi kamu? Apa kamu bahkan sudah suka dengan aku saat malam itu aku mengajak kamu pacaran?"
Ava terdiam. Dia mencari celah untuk menjawab pertanyaan sensitif Landon. "Aku tidak tahu sejak kapan Landon. Perasaan aku dan tuntutan Mama aku, aku tidak bisa membedakan perasaan aku diantara keduanya. Yang aku tahu, aku mencintai kamu. Entah dari kapan, tapi aku mencintai kamu. Selalu begitu."
Ava berjalan mendekati Landon. Mengulurkan tangannya kemudian mengelus pipi Landon dengan satu tangannya. Landon memejamkan matanya. Meresapi keberadaan Ava di sana sekarang. Bahwa Ava benar-benar nyata dan berada di sana sekarang.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu aku kalau kamu masih hidup Va?"
Ava menarik nafasnya dalam-dalam. Dua tangannya ia kalungkan di leher Landon.
"Karena aku dengan bodohnya berpikir itu balasan yang pantas karena kamu sudah melepaskan aku, Landon. Maafkan aku karena aku begitu bodoh dan gila."
Clarence berjinjit kemudian merangkul Landon. Menaruh dagunya di pundak pria itu. Merapatkan tubuh mereka.
"I miss you so much, Va. Setiap detik yang aku rasakan setelah mengira kamu mati terasa sangat menyiksa sampai—"
Sampai Clarence datang.
Landon merasakan perasaan bersalah mulai merayapi tubuhnya. Clarence. Dimana Clarence? Apa dia sudah makan? Dia belum makan siang. Tadi Landon, tadi dirinya mengusir perempuan itu. Istr—
Ava membungkam bibir Landon dengan bibirnya. Sekali lagi pikiran Landon langsung terformat menjadi kosong.
"Aku di sini Landon. Aku nyata dan aku mencintai kamu," kata Ava diantara ciuman mereka.
Landon merasakan perasaan janggal ketika ia mencium balik Ava. Namun dengan cepat ia mengabaikan perasaan itu.
Ava di sini.
Ava nyata.
Dan, perempuan itu mencintainya.
Tapi siapa yang ia cintai?
Landon tersadar kemudian langsung melepaskan pagutan mereka. "Stop Va. Kita masih harus bicara," kata Landon setengah terengah.
Ava menatapnya lama, kemudian mengangguk. Ava melepaskan tubuh Landon dan berjalan masuk ke dalam.
"Lebih baik kita masuk Landon, di luar mulai dingin," katanya.
Landon menurut, ia kemudian masuk ke dalam mengikuti Ava. Pria itu menyempatkan diri untuk menutup pintu balkon di apartemen Ava sebelum mengikuti Ava berjalan ke dapurnya.
"Kita makan dulu ya, aku lapar. Dan kamu juga belum makan sejak tadi. Sandwich gak apa?"
Landon tersadar lagi. Clarence belum makan. Landon segera mengangguk mengiyakan.
"Aku harus menelpon sebentar," kata Landon kemudian langsung berjalan kembali ke balkon dan menutup pintunya dari luar tanpa menunggu tanggapan dari Ava.
Tangannya meraih ponsel miliknya dan dengan gerakan cepat ia langsung menghubungi nomor milik Clarence.
Satu.
Dua.
Nada sambung terus-terusan terdengar namun Clarence tidak juga mengangkat telponnya. Landon mencoba sekali lagi, namun hasilnya tetap sama.
Ia menatap layar handphonenya lama. Mungkin Clarence sedang istirahat, atau sedang tidak memegang ponselnya. Clarence bahkan tidak memiliki perasaan kepadanya. Jadi, Landon tidak perlu khawatir.
Clarence adalah seorang wanita dewasa. Dia bisa menjaga dirinya sendiri. Landon tidak perlu khawatir. Dia tidak perlu khawatir sama sekali.
Karena, sekarang ada Ava di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Affection
Romance((FINISHED)) He loves her, but his past doesn't allow him to love her. She loves him, but she doesn't let her feeling shown. They're just too afraid. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kalau seseorang bilang ke Clarence satu tahun lalu kala...