Tiga Puluh Lima

8.3K 499 4
                                    

Pagi itu, Clarence bangun di ranjangnya seperti biasa. Tapi, pagi itu dia bangun karena kepanasan. Dan pagi itu, Clarence bangun dengan tubuhnya yang dibelit Landon.

Butuh waktu lama untuk bisa melepaskan diri dari Landon tanpa membangunkan pria itu. Semalam, setelah adegan melodrama mereka, entah bagaimana tiba-tiba saja mereka langsung tertidur di kamar Clarence. Dan Clarence dapat memastikan bahwa tidak ada yang terjadi malam itu.

Memilih untuk mandi, Clarence kemudian masuk ke kamar mandi miliknya. Clarence merengut ketika menatap dirinya di cermin. Matanya bengkak karena semalam dia menangis. Detak jantungnya tiba-tiba meningkat ketika dia mengingat alasannya menangis. Karena Landon menyuruhnya untuk melupakan semua perkataannya malam itu.

"Bisa-bisanya dia meminta aku hidup sama dia sehabis dia bilang dia cuma cinta sama satu orang." Clarence mendesah kemudian mengambil sikat giginya.

Ketika Clarence keluar dari kamar mandi, Landon masih tertidur pulas di kamarnya. Sepertinya pria itu tidak akan bangun sampai siang, dan untungnya ini adalah hari Minggu. Clarence mengambil bajunya dari lemari kemudian berjalan ke kamar mandi lagi untuk mengganti bajunya. Dia biasanya mengganti di kamarnya, tapi dia tidak bisa mengganti bajunya ketika Landon ada di sana. Walaupun pria itu sedang tertidur.

Ketika dia sedang memasukkan oatmeal ke mangkuknya untuk sarapan, Clarence tahu dia tidak akan bisa menghadapi Landon dulu seharian ini. Tidak setelah apa yang terjadi tadi malam.

Clarence mengambil handphonenya kemudian memutuskan untuk menelpon Sarah. Untungnya saja, sahabatnya itu mengangkat telponnya di dering pertama.

"Halo Claire, kenapa lo nelpon pagi buta gini?"

Clarence melirik jam di dinding dapurnya. "Udah jam sepuluh gini lo bilang pagi buta? Dasar!"

Sarah terkekeh.

"Sar, jalan yuk," kata Clarence to the point.

Clarence bisa mendengar suara berat seseorang mengatakan 'where's my morning kiss love?' di seberang sana. Pasti itu Rion, suami sahabatnya itu. Ketika suara Sarah yang cekikikan menjadi samar-samar, Clarence tahu bahwa Sarah sedang menjauh dari suaminya.

"Lo bilang apa tadi Claire?"

"Lo masih honeymoon-phase ya?" tanya Clarence.

Sarah tertawa. "Apasih, biasa aja kali. Kayak lo sama Landon gak pernah aja."

Memang gak pernah.

"Jalan ayo? Mau ya?" kata Clarence lagi.

Suara dengusan Sarah terdengar kemudian diikuti serentetan omongannya. "Sorry babe, gue hari ini rencananya mau ke rumah mertua. Udah janji dari kemarin nih. Kalau besok aja gimana?"

Clarence menahan rasa kecewanya. "Gitu? Oh iyadeh, gak apa-apa. Kita jalannya lain kali aja."

"Claire lo jangan marah dong ya?" Sarah memelankan suaranya sehingga terdengar sedikit memelas.

"Enggak, gue gak apa-apa kok. Santai aja lah," kata Clarence berbohong. Jujur, dia merasa kecewa berat tapi, tentu saja itu bukan salah Sarah bahwa dia tidak bisa pergi dengan Clarence hari ini.

"Besok kita jalan deh, gue janji."

Clarence memaksakan tawa. "Enggak besok juga kali."

Sarah ikut tertawa kecil. "Yaudah, secepatnya deh ya?"

"Iya. Yaudah, gue mau sarapan dulu. Bye!"

Clarence mematikan telponnya setelah Sarah mengucapkan salam perpisahan. Clarence baru saja duduk di meja makan dan hendak menikmati sarapannya ketika sebuah suara mengusiknya.

"Kamu mau pergi ke mana?"

Clarence menoleh dan mendapati Landon yang sekarang duduk di depannya.

"Morning too," kata Clarence memutuskan untuk tidak menjawab Landon.

Landon mengambil gelas Clarence dan menengguk seluruh isi gelas itu. Clarence hendak protes tapi dia teringat kejadian semalam dan memutuskan untuk berbicara sesedikit mungkin dengan Landon hari ini.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku," kata Landon.

"Aku, ada butuh beli sesuatu," kata Clarence asal. Sebenarnya dia juga belum tahu akan pergi ke mana.

"Sesuatu apa? Aku anterin." tanya Landon lagi. Kali ini dia mengambil sendok Clarence dan menyendokkan sesuap penuh oatmeal ke mulutnya.

"Bukan urusan kamu Landon," kata Clarence. "Dan lagi, kenapa kamu mencuri sarapan aku?!"

"Lapar. Aku punya maag, ingat?"

Clarence mendorong mangkuknya ke depan Landon sambil mendengus. Dia kemudian berdiri, memilih untuk menyelesaikan sarapannya dan segera kabur dari hadapan Landon.

Tepat ketika Clarence berjalan tiga langkah, Landon langsung berdiri dan menarik lengan Clarence.

"Jangan bilang yang semalam itu tidak berdampak apapun sama kita Claire."

Clarence memutar tubuhnya menghadap Landon. "Maksud kamu?"

Landon menghela nafasnya. Perempuan di depannya ini benar-benar selalu susah ditebak. "Aku pikir kita bisa jadi lebih dekat setelah semalam."

Clarence mengedipkan matanya. Ya, benar juga. Kalau dia terus-terusan bertingkah menjauh seperti ini bukannya itu menjelaskan bahwa dia memiliki sesuatu yang lain untuk Landon? Untuk membuktikan bahwa dia tidak memiliki rasa apapun terhadap Landon, harusnya dia bisa bersikap biasa saja walaupun Landon melakukan hal termanis kepadanya sekalipun.

"Pertama Landon, lepaskan tangan aku," kata Clarence.

Landon menaikkan alisnya, kemudian menghembuskan nafasnya berat. Landon akhirnya melepaskan cengkramannya di tangan Clarence. "Clarence, kenapa kamu selalu bertingkah sesulit ini?"

"Dengerin aku dulu," kata Clarence membuat Landon menatapnya diam. "Kedua, habiskan sarapan kamu. Ketiga, kamu harus mandi dan ganti baju. Keempat, kita berangkat untuk membeli sesuatu aku."

Deep AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang