#4

5K 763 70
                                    

Todoroki's POV

Aku tidak pernah percaya dengan yang namanya keberuntungan. Aku menyebut nya takdir.

Jadi, kejadian kenapa perempuan ini bisa duduk di sebelahku juga takdir. Dan siapa sangka dia tipe yang mabukan?

"Hei."

Dia menoleh, merespon lambat. Berusaha tersenyum, "Ya?" sahutnya lirih. Sedang berjuang melawan rasa mualnya.

"Kalau mau muntah lagi, bilang saja. Daripada kau muntah di sebelahku." Aku menghela napas pendek. Dia terkekeh pelan, lalu buru buru menghentikan kekehannnya karena itu membuat perutnya semakin tidak enak.

"Maaf mengajakmu bicara," bisikku. Bicara semakin membuatnya mual.

Dia menggeleng, "Tak apa, aku juga bosan kok." Dasar, pemaksaan diri. Lihatlah suara mu itu, sudah serak sekali.

Aku diam saja. Dia juga diam, ada kerutan di dahinya, matanya menyipit. Menahan perih dan melawan rasa mualnya.

Tes, tes, Todoroki, kau bisa dengar aku?

Hah? Apa?

3rd's POV

Kau merasa tidak enak, sudah membuatnya merasa bersalah mengajaknya bicara. Sebenarnya kau cukup senang dia mengajakmu bicara duluan.

Haruskah kau menggunakan kemampuanmu. Tapi.. ah, sudahlah.

Tes, tes, Todoroki, kau bisa dengar aku?

Kau melirik Todoroki, tepat. Dia sedang menatapmu juga, lamat lamat malah. Mengernyit bingung. "Barusan kau?"

Kau mengangguk, menyeringai sombong. "Ketika mabuk aku tak bisa berbicara sepatah pun, jadi aku bertelepati (bicara lewat pikiran) saja, ya~"

Todoroki mengernyit. "Telepati, ya? Hebat sekali kau bisa masuk sini hanya dengan telepati. Telepati itukah kecuranganmu?"

"Kok, langsung begitu sih, enggak usah sok tau deh, dasar murid undangan"

"Kau sendiri juga diundang kan."

"Diam kau. Kan sudah kubilang aku masuk sini karena kecurangan. Kenapa kau seperti kaset rusak yang bertanya berulang ulang sih."

"Yah, semua pembicaraan yang kau mulai juga mengarah ke kecurangan itu."

"Lama-lama kau menyebalkan, Todoroki-kun."

Todoroki tersentak. Mendadak telunjuknya yang daritadi mengetuk-ngetuk pahanya sendiri terhenti, lalu kepalanya sukses menoleh ke samping.

Kedua tatapan mata kalian bertaut. Namun ini bukan seperti drama-drama, kalian bertaut mata dengan tatapan mengerikan.

Kau meneguk liur, lama-lama pandagan Todoroki ini membuatmu merinding. Kau berusaha membuka mulutmu, "A-apa?" Dan itu sukses membangkitkan rasa mualmu, lagi.

Todoroki hening. Masih menatap wajahmu dengan khusyuk. Sampai akhirnya dia meniup poni yang menutupi dahinya. Lalu menghela pendek. Menyahut,

"Aku tidak pernah tidak dianggap menyebalkan sejak dulu."

Kali ini kau yang diam, dan mengalihkan matamu ke lantai bis.

Aku juga.
-O-
"Menyebalkan! Menyebalkan, Ibu, Ayah! Kenapa aku tidak mempunyai keistimewaan seperti teman-teman yang lain? Kenapa?!"

"Kau punya, y/n. Namun keistimewaan mu itu sangat tidak boleh digunakan. Kau tidak boleh."

"KENAPA?!"

"Istriku, biarkan dia tenang dulu. Beri dia susu panas atau semacamnya dan mari kita tidur saja. Y/n, kau hanya terlalu capek."

"B-baik, suamiku."

Sampai akhirnya kedua orang itu terlelap di ruangan mereka dan kau mengendap-endap ke arah laci yang selalu di lindungi oleh kedua orang tua mu.

Mencari map yang kau lihat dua hari yang lalu digenggaman orang tuamu.

Ketemu.

"Huh, apa-apaan?"

"HEI! SIAPA ITU!"

"TIDAK! JANGAN!"

"TOLONG!"
-O-
Kau terbangun dalam nafas menderu, keringat membasahi pelipis dan kaus mu. Jantungmu menderum kencang, bak dikejar sesuatu yang tak pernah kau harapkan untuk muncul lagi.

"Tidak, jangan lagi.."

Tolong jangan biarkan dosa itu bangkit lagi.

Kau meneguk liur, menatap seluruh bis. Semuanya tertidur lelap. Maka meski menakutkan, kau mencoba kembali kedalam gelap. Mencoba menyesuaikan.

Semua tertidur?
Itu anggapanmu.

Todoroki yang melamun sambil menunduk menatap ponselnya hanya memerhatikanmu dalam diam. Mengernyit.

Gadis ini barusan mengigau menyebut kedua orang tuanya. Juga mengigau tentang kekuatan. Ada apa?

Todoroki menelan ludahnya, masih menatap wajah pucatmu.

Perlahan tangannya bergerak, terangkat pelan.

Berhenti di pelipismu, lalu menyibak rambut yang menghalangi mata dan pelipismu. Tersentak, ada air yang menggenang di ujung kelopak matamu.

"Ma-af.. Do-sa.."

Sukses membuat Todoroki terhenyak lagi atas igauan mu itu. Tangan Todoroki masih di dalam posisi itu, lalu pria itu menggigit bibir nya sendiri.

"Maaf, aku tidak akan menyebalkan lagi."
-O-

AKHIRNYA UP JUGA YA KAANN HAHAHAHH

Maaf yaa, author sendiri disini lagi sibuk dengan segala tugas anak esempe.

Tapi hari ini aku baru saja buka wattpad dan ada banyak favorite dan komentar dari kalian. Terima kasih banyak:)

Ditunggu kelanjutannya~

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang