#64

1.5K 255 72
                                    

Tiga hari lagi.

"Y/n." seru Pak Aizawa.

Tidak ada yang menjawab.

"Y/n." Pak Aizawa kembali memanggil. Kali ini kepalanya terangkat, melirik bangkumu. Kosong. Kemudian matanya memicing ke arah Iida. "Dimana y/n?"

Iida mengulum senyum. Dia sejak tadi sudah menunduk ketika Pak Aizawa masuk dan mulai mengabsen murid-murid sebagai rutinitas pagi.

"Maaf, pak. Saya sendiri juga tidak tahu. Begitu pula dengan Todoroki-kun. Mereka berdua sama-sama tidak memberi keterangan." sahut Iida pelan, tapi gugup.

Pak Aizawa membuang napas pendek. Sempat bingung kenapa bangku Todoroki di sampingmu juga kosong.

"Sudah jelas bolos, cih." Bakugou mencebik. Suara seraknya itu menggelegar mengoyak hening. "Mereka sudah jelas melipir kencan berdua."

"Mulutmu memang luar biasa, ya." komentar Mina.

"Apa, kau tidak percaya, hah, keparat? Mau kita buktikan?"

"Ih ampun, gak usah galak pagi-pagi, say." balas Mina cepat. Menutup percakapan.

Midoriya daritadi sudah menggigit bibir. Kakinya bergerak-gerak pelan di bawah meja sementara otaknya berpikir bahwa kemungkinan yang dikatakan Bakugou adalah hal yang mungkin benar-benar terjadi.

Todoroki-kun, y/n-san, kalian kemana, sih?!

"Terserah mereka mau bolos atau tidak." Pak Aizawa menutup buku absen, dengan santai berbalik mengambil kapur di pinggiran papan tulis.  "Maka terserah Bapak pula hendak menulis apa di laporan studi akhir mereka kelak."

Seisi kelas meneguk liur. Niatan untuk mencoba bolos kelas untuk sementara ini luntur dari pikiran mereka masing-masing.

Tapi, Bakugou tidak salah.

Bersamaan dengan itu di suatu tempat lainnya, dahi Todoroki tengah berkerut dalam dan memandangmu dengan penuh tanda tanya.

Kau tertawa riang, menarik tangan Todoroki masuk ke gerbang berputar ke dalam taman hiburan pagi itu.

"Jangan bingung, gitu, dong, Todoroki!" Kau berseru.

"Tidak, aku bingung sekali." jawab Todoroki cepat. "Semalam kau memang menyuruhku untuk menjemputmu di pagi hari. Menjemputmu untuk berangkat bersama ke sekolah."

"Yaa, tinggal di ralat saja, kan?" Kau menjulurkan lidah. "Biar saja kita pakai seragam. Anggap saja kita sedang cosplay sebagai pelajar."

"Kita memang pelajar."

Kau merengut. Tanganmu meraih kerah Todoroki dengan kedua tangan dan menariknya tepat ke depan wajahmu.

"Aku bertaruh kau akan menyesal seumur hidup kalau tidak mencoba membolos sekolah. Apalagi denganku." kekehmu. Mengedipkan sebelah mata.

Todoroki mengerlingkan matanya ke arah lain pelan. "Atau malah menyesal karena mencobanya."

"Kita akrab semau kita, kan! Ya sudah, kubelikan kau dan diriku tiket kesini dan kita akan bersenang-senang sampai mampus." Kau melepas peganganmu dan mengibaskan rambut. Kemudian melangkah maju dan membelakangi Todoroki

"Kenapa tidak akhir pekan ini?" tanya Todoroki. Tangannya merapikan kerah baju.

Langkahmu terhenti.

Kau menoleh, mengulum senyum. "Waktuku tidak sampai akhir pekan."

Todoroki terdiam. Kau tahu dalam diamnya, laki-laki itu sedang mencerna tiap sekrup otaknya untuk menafsir kalimatmu.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang