#55

1.6K 259 12
                                    

Todoroki's POV

"Todoroki-chan, ada apa? Kau daritadi terlihat bengong."

Aku tersentak, melirik Tsuyu yang tengah memaku pandang padaku.

"Tidak apa, Asui."

"Begitu?" Tsuyu memiringkan kepalanya dengan telunjuk di pipi. "Daritadi sobamu kau anggurkan."

"Ah, akan kumakan sekarang."

Tsuyu tersenyum manis. Mengeluarkan suara katak khas miliknya sebagai tanda mengiyakan.

Aku menggerakkan sumpit, menjepit soba dan mencelupkannya ke kuah hitam. Memakannya sambil merenung.

Kenapa rasanya aku mulai bingung?

Yang dikatakan Midoriya membuatku kesal, tetapi di satu sisi membuatku bertanya.

Apa aku benar-benar menyukai y/n?

Awalnya, aku sudah yakin iya. Tolong, deh. Aku sudah hampir menjadikannya pacarku di kesempatan yang ada. Dua kali. Tapi selalu saja dipotong oleh ketidakberuntungan di dalam takdir hidupku ini sehingga dia tidak menangkap kodenya.

Tapi, kemudian aku bertanya lagi.

Aku hanya ingin menjadi lebih dekat dengan y/n. Aku ingin tahu beberapa misteri yang jelas-jelas dia tutupi dariku. Aku ingin menguak sisi bayangannya yang gelap itu.

Aku berpikir, kalau hubungan pacar nantinya akan bisa mendapatkan semua jawaban itu.

Tapi, bukannya itu semua cuma rasa penasaran?

"Ah-"

Mataku membulat seraya berjengit menjauhkan tubuhku. Soba yang kujepit terlepas dari sumpit, jatuh ke piring dan memercikkan kuah ke berbagai arah.

"Uwah! Kau tak apa, Todoroki-kun?" Uraraka panik, mencodongkan badannya sambil menatapku.

Aku membuang napas panjang, menjepit kembali soba di piring. Kali ini, memastikannya masuk ke mulutku. "Tidak apa. Hanya melamun sedikit."

"Anu, teman-teman, aku duluan, ya." Tiba-tiba Midoriya berdiri dengan piring kosong di nampannya. Tersenyum kikuk.

"Ada apa, Deku-kun?" tanya Uraraka, mengunyah rotinya.

"A-ah, aku ada urusan sedikit." senyum Midoriya. Kemudian dia ucap pamit dan segera beranjak dari tempat duduk kami di kafetaria.

Perasaanku saja, atau memang dia sekilas melirikku sebelum pergi?

Terserah, deh. Persetan dengan itu. Memikirkan apa yang terjadi padanya denganku tadi membuat kepalaku pening lagi.

"Todoroki-kun, kenapa makannya jadi agresif begitu?"

Aku tidak menyahut Iida. Aku kesal. Terus mengunyah soba yang masuk, melumatnya kasar dengan gigiku dan siapapun bisa lihat kalau alisku sekarang saling tertaut, membentuk rengutan.

Sampai akhirnya pergerakan mataku menangkap sesuatu yang sama sekali tidak sehat bagi perasaanku sekarang.

Midoriya ternyata bukan pergi kembali ke lorong sekolah, tetapi kembali mengantre di kafetaria untuk memesan menu lain. Kemudian cowok itu pergi membawa nampan yang menadahi semangkuk apalah itu dengan segelas teh hangat.

Barulah dia pergi ke lorong-lorong sekolah dan aku tahu persis, untuk siapa dia melakukan itu.

Dan aku paham persis, kalau aku tidak suka melihatnya.
----------
"Kenyang banget, ya!"

"Serius? Kau, kan, cuma makan roti."

"Ah, aku sudah terbiasa makan sedikit. Hehe." sahut Uraraka cengengesan, menggaruk belakang kepalanya malu.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang