"Y/n, kau-"
Kalian jatuh berdebum ketika proses teleportasimu selesai. Tubuh kalian bersisian, mendarat berantakan di atas pasir yang bau mineral.
"Aduh-duh!" Kau meringis. Tanganmu memegangi bahu kanan karena kau terjatuh miring dan sisi kananmu itulah yang sekarang terasa nyeri semuanya.
Todoroki langsung bangkit duduk, memegangi kepalanya. Sekarang cowok itu merasa punggungnya remuk dan pegal karena jatuh terlentang.
Kepala Todoroki menunduk menatapmu yang masih berguling di pasir. Ia menghembus napas pendek, alisnya mengerut.
"Kau harusnya tahu jelas siapa yang bersalah atas rasa nyerimu itu." sarkas Todoroki. Ia mengulurkan tangan, mengisyaratkan untuk dijabat.
"Iya, iyaa! Aduh, sakit-" keluhmu ketika berusaha menjabat tangan Todoroki dan bergerak duduk karena ditarik olehnya. "Tapi, tuh, lihat kan? Caraku ini memang paling efektif!"
Todoroki mengangguk-angguk pelan, sok setuju saja.
"Sekarang masih jam lima." kata Todoroki, melirik jam di layar ponselnya. Kemudian ia menyimpannya di saku dan menatap ke arah langit. "Gelap saja belum."
"Eeh, tapi sudah terasa menjelang sunset kok!" kilahmu. Tanganmu bergerak pelan di atas pasir, kemudian tiba-tiba terayun cepat ke arah Todoroki sehingga bulir-bulir pasir pantai beterbangan pada cowok itu.
Todoroki reflek mengangat lengan sebagai tameng, menutupi wajahnya. Kemudian ia menatapmu jengkel. "Hei."
"Bahahah!" balasmu tertawa ketika Todoroki membersihkan pasir dari seragamnya. "Reflekmu gak bagus, tuh!"
"Oh." Todoroki mengangkat alisnya. "Lalu bagaimana denganmu?"
Dahimu mengerut. Ketika kau baru menarik napas untuk menanggapi cowok itu, tiba-tiba saja tubuhmu terlempar cepat pada bibir pantai.
Kau memekik spontan dan segera berdiri kembali begitu kau merasakan seragammu meresap air laut. Membuatmu kulitmu terasa lengket. Matamu menjelajah, kemudian menyadari bahwa Todoroki memunculkan bongkahan es dari arah bawah untuk melemparmu seperti tadi.
"Sekarang siapa yang refleknya jelek?" tanya Todoroki pendek, tersenyum pongah.
"Hih! Dingin banget, tau!"
"Ah, ya. Kalau begitu, silakan terima ini."
Todoroki malah memberi semburan api dengan skala besar. Tapi kau mengangkat telapak tanganmu pada api itu, sehingga sekarang semburan itu hilang total.
Mata Todoroki membulat, kemudian ia menarik tangannya. Ia menatapmu kaget, tapi juga bingung.
"Ah." Kau meneguk liur, menggenggam kembali tangan yang terbuka. Tidak sengaja menggunakan quirk ayahmu. "Se-seenggaknya itu bukti kalau reflek ku bagus, kan!"
"Itu quirk apa?" tanya Todoroki langsung. Membuatmu berjengit, menggigit bibir ragu.
"..namanya Control. Ini membuatku bisa mengendalikan quirk orang lain ketika mereka menggunakannya.
Misal seperti tadi, kau menyerangku dengan apimu. Maka aku mengendalikannya dengan menghilangkannya. Tapi sebenarnya aku juga bisa sekadar mengurangi daya apimu, atau malah menambahnya sehingga seranganmu akan semakin besar. Aku juga bisa mengubah arah serangmu, sehingga seranganmu akan membelok ke arah lain." jelasmu. Membuat Todoroki terperangah, namun dia terlihat kalem seperti biasanya.
Todoroki mengangguk-angguk paham. Setelahnya ia tersenyum tipis, terlihat tulus. "Keren."
"Eh?" Kau mengangkat alis, bengong. "M-makasih! Tentu saja, dong, haha!" lanjutmu bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...