#21

2.8K 425 190
                                    

Midoriya's POV

Malam ini sungguh ramai. Tidak heran kalau mengingat ini malam akhir pekan. Apalagi ini Tokyo, ibu kota.

"Selamat datang!"

Aku membungkuk, tersenyum kikuk pada kasir yang menyapa. Malam ini Ibu menyuruhku untuk membeli beberapa persediaan makanan, untuk membuat sup brokoli.

Aku tersenyum begitu barang-barang yang dibutuhkan perlahan sudah menumpuk di keranjang. Yosh, sebentar lagi akan selesai!

"Midoriya?"

Aku menoleh, mataku membulat. "Todoroki-kun!" Aku tersenyum lebar.

((ps; ini bukan TodoDeku.))

"Kau juga ingin membeli sesuatu?" tanyaku, sembari mengambil garam dari etalase.

"Kakakku mau membuat kare." sahut Todoroki, mengangguk pelan. "Kau sendiri? Menghabiskan malam dirumah saja?"

"Ah, iya! Ibuku mau membuat sup brokoli, jadi aku membantu mempersiapkan bahannya." sahutku riang. 

"Kau suka brokoli?"

"Eh? Y-yah, mungkin bisa dibilang seperti itu? Lho, Todoroki-kun tidak menyukainya?"

"Biasa saja, sih." jawab Todoroki. Matanya terus mengabsen barisan-barisan bumbu kare hingga ia menemukan yang menurutnya benar. "Ah, ini dia. Midoriya, aku duluan, ya."

"Ah, oke-oke. Aku masih harus mencari beberapa bahan lagi." Aku tersenyum. "Selamat malam, Todoroki-kun."

Todoroki mengangguk pelan, balas tersenyum.

"Oh ya, Todoroki-kun." panggilku mendadak. Membuatnya urung untuk pergi. "Sepertinya akhir-akhir ini kau akrab dengan y/n?"

Todoroki terlihat kaget. Maksudku--bahunya meloncat. Memang wajah datarnya itu masih sama saja, tapi terlalu gampang untuk disadari kalau mendadak segala macam gerak dari tubuhnya patah-patah seperti robot yang belum diberi pelumas. "Begitu?"

"Iya, benar. Kalian dekat sekali! Apa kalian berpacaran?"

Sekarang keranjang belanja Todoroki lepas dari genggamannya dan jatuh menampar lantai, mengakibatkan bunyi nyaring.

"T-Todoroki-kun?!"

"Maafkan aku." Todoroki meraih kembali keranjangnya kikuk. Ia membuang wajahnya yang bersemu ke arah lain. "Tapi, tidak. Kami tidak pacaran."

"Oh, o-oke." Aku tertawa renyah. "Maaf menganggumu. Sekali lagi, selamat malam!"
-----

Sebuah pesan terkirim ke ponselku.

Izuku, bisa kau mampir ke apotik sebentar dan membelikan Ibu obat oles untuk luka luar? Rasa-rasanya obat kita kemarin juga habis.

Aduh, Ibuku ini. Seriusan, deh. Memangnya obat itu murah, ya? Uang yang kubawa kan, tidak seberapa.

Anu, Ibu, memangnya uangnya cukup? Sisa belanja, lho?

Ah, dibalas.

Harusnya cukup, kok! Coba saja dulu pergi kesana.

Aku melengos. Pada akhirnya aku harus paham dan patuh.

"Memang uangnya sisa berapa, ya?" Aku membuka risleting dompet. Bodoh memang, membuka dompet di jalanan umum.

Wajar kalau beberapa uang jatuh. Apalagi yang tipe koin logam.

"U-uwaahh!" Aku panik begitu koin lima yen jatuh dari dompetku dan menggelinding masuk ke dalam gang sempit. Tanpa pikir panjang, aku menjejalkan kembali dompetku ke saku dan mengejar koin itu. Itu lima yen yang berharga untuk saat ini!

Badanku tertunduk sementara tanganku terus mencoba meraihnya. Akhirnya koin itu berhenti berputar, jatuh datar oleh gravitasi.

"Huft.." Aku mengambil koin itu, lega.

Meski rasa lega itu langsung menguap.

Aku disini, di gang sempit ini, tengah melihat seorang hero terkulai penuh darah berjarak sekitar lima meter dariku.

Dengan seseorang berdiri didepannya.

"K-Kamui Woods?" Tenggorokanku kering, mengeja nama pemilik tubuh tergeletak layu itu. Tidak mungkin, seorang Kamui?

Jantungku berdesir. Pikiranku bekerja cepat hingga aku refleks mulai mengeluarkan quirk ku sedikit demi sedikit dan beralih ke arah seseorang didepan Kamui, yang sudah pasti adalah pelakunya.

"KAU-"

Suaraku hilang, begitu sosok itu terlihat jelas. Tertepa sinar bulan, wajah tersebut seakan disorot sengaja untuk menguak semua yang disembunyikan.

Pukulanku terhenti sementara napasku tertahan.

Tidak mungkin.

"Y/n?"

Gadis itu gemetaran. Tatapan ngeri tercetak di wajahnya dengan sebilah pisau lipat berlumur darah di genggaman tangan kanannya, sementara sebuah batu ungu besar pada tangan kirinya.

Itu lebih besar dan lebih berkilau dibanding punya Uraraka kemarin.

"M-Midoriya?"

-------

WAAAA
UWEEE
WUOOH

Adsgjkladsjskks Y/n kenapa duh itu bunuh bunuh hero ee kepergok Midoriya lagi:"))))))

Hayo penasaran ga ini

Yaak terima kasih sudah membaca,
Tunggu kelanjutannya! :)

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang