"Y/n sudah pulang?"
"Sudah." Shigaraki mendekati Kurogiri yang tengah membereskan papan catur. "Langsung teleportasi begitu aku memberi perintah baru."
"Begitu? Kali ini siapa?" Kurogiri menarik laci, lalu meletakkan papan catur didalamnya dan mendorongnya menutup.
Shigaraki kembali duduk di tempatnya. "Anak bungsu Endeavor. "
Kurogiri mengangguk paham. "Yang mempunyai luka bakar di sebelah kiri wajahnya, ya."
Shigaraki mengangguk. Tangannya menggaruk-garuk lehernya kasar.
"Aku tidak percaya kau sudah memperbudak y/n dari umurnya dibawah lima tahun hingga sekarang." ucap Kurogiri. Kurogiri mulai membersihkan tiap-tiap cangkir di bar tersebut.
Shigaraki terkekeh berat. "Bagaimana perkembangan pembangunan shelter bawah tanah?"
Kurogiri meletakkan satu gelas mengilap di rak dan berhenti. Ia nampak teringat sesuatu. "Ah ya, aku lupa memberitahumu. Shelter itu sudah selesai tadi pagi."
"..Serius?"
Kurogiri mengangguk mengiyakan nada tidak percaya Shigaraki. Lalu setelah itu yang terdengar adalah tawa histeris Shigaraki. Suaranya melengking melukiskan rasa puas.
"Kalau begitu, perintah-perintah yang kuberikan y/n hanya untuk iseng selama beberapa tahun ini akhirnya bisa berhenti, ya?" sela Shigaraki di tengah tawanya. "Akhirnya proyek itu akan segera terjadi,
Kebangkitan Si Legenda!"
Shigaraki masih tertawa. Sementara Kurogiri terus mengusap gelas, bergumam pelan.
"Aku jadi penasaran raut wajah y/n jika tahu perintah bunuh-membunuh yang ia lakukan selama ini dari kecil hanya iseng untuk mengisi penungguan kita semata."
Shigaraki menepuk-nepuk bahu Kurogiri. "Tidak perlu khawatir, karena dia hanya seorang bocah. Yang kita butuhkan hanyalah apa yang ada didalam dirinya."
Kurogiri terkekeh pelan. "Memainkan perasaan bocah, memang akan selalu jadi gampang sekali, ya."
------------"Bagaimana kalau aku beri kau waktu dua minggu?"
Jangan bodoh. Mau Shigaraki memberi waktu hingga hayatnya berakhirpun, kau tidak bisa membayangkan melakukannya.
Langkahmu terseok-seok, terasa berat meski sudah diseret paksa. Untuk teleportasi pun rasanya sulit. Jiwamu seakan sudah mati dengan asa yang sepenuhnya meninggalkan diri.
Tidak biasanya kau kembali dari markas Liga Penjahat dari keadaan masih senja. Karena biasanya begitu perintah lain datang, kau akan mengerjakannya tuntas sampai larut malam.
Memang benar, perintah lain datang.
Dan targetnya adalah Todoroki Shouto.
Kedua lututmu semakin lemas hingga kau tidak yakin kau terlihat berjalan dengan normal atau tidak. Tiap memikirkan namanya ataupun perkataan Shigaraki membuatmu sulit bernapas dan itulah yang lagi-lagi membuat sesak.
Apa karena Todoroki adalah teman dekatmu?
Harusnya, tidak apa. Memangnya pas SMP kau tidak pernah dapat perintah untuk menghabisi teman-teman akrabmu sendiri? Kau ingat benar Shigaraki memerintah untuk membunuh enam anak saat kau masih SMP dulu.
Kenapa membayangkan Todoroki yang menatapmu lemah sekarat, rasanya benar-benar mencubit hati?
Padahal sudah berpuluh kali kau tanpa tega mengambil paksa kehidupan seseorang yang juga berhak untuk terus tinggal di bumi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...