#62

1.4K 253 45
                                    

Sisa empat hari.

Kau menguap, mengangkat sebelah tangan ke depan mulut. Kemudian mengusap matamu yang berair.

"Baru jam pelajaran pertama." celetuk Todoroki di sampingmu, melirik sembari menulis catatan.

"Ih, bawel! Kalo ngantuk, ya, ngantuk." Kau menjulurkan lidah.

Todoroki kembali pada catatannya. "Kau bertemu Midoriya malam-malam, lagi, kan."

Bahumu tersentak mendengar ucapan Todoroki. Karena mau tidak mau, percakapan tadi malam teringat dan kau merasa itu bukan percakapan yang bagus.

"Iya." jawabmu pelan, lebih mirip menggumam. Tapi setelahnya malah melontarkan pertanyaan iseng. "Kau cemburu, yaa?"

Kau bisa melihat pensil mekanik yang tengah digunakan Todoroki untuk menulis catatannya tiba-tiba patah dan cowok di sampingmu itu berhenti menulis.

Todoroki kali ini benar-benar menolehkan postur badannya. Mulutnya terbuka, kemudian terkatup lagi tanpa mengatakan apa-apa. Sepertinya yang hendak dia katakan terasa salah kata sehingga ia segera mencari-cari yang lain karena setelah itu mulutnya terbuka lagi dan melontarkan jawaban yang membuat jantungmu mendadak terasa dicubit.

"Kenapa pula aku cemburu? Kan, aku tidak menaruh rasa apapun padamu."

Setelah itu, Todoroki membuang wajahnya cepat. Seakan tidak ingin tahu apa responmu pada ucapannya barusan.

Yah, kalau itu yang ingin dia lakukan, ya, biar saja. Toh kau juga tidak berniat menyahuti ucapan itu.

Kau diam saja, perlahan kembali pada rasa kantuk dan menopang dagu dengan sebelah tangan. Matamu dipejam. Hitam menyeluruhi pandangan.

Tenang saja.

Nikmati saja rasa sakit yang ada. Sembari berharap, kelak kau akan terbiasa.

Konsentrasi Todoroki yang tengah mengerjakan catatan mendadak pecah kembali ketika gumpalan kertas dilempar ke atas mejanya.

Todoroki menatap sumbernya. Midoriya di bangkunya mengisyaratkan agar Todoroki membaca isinya.

"Hah.." desah Todoroki. Tangannya membongkar lipatan.

Nanti bisa bicara denganku?

Midoriya kemudian mencetak cengirannya yang canggung, dibalas dengan anggukan tipis Todoroki.

Todoroki kemudian lanjut menulis.

Pensil mekaniknya patah berkali-kali setelah itu.
------

"Mau membicarakan apa?" tanya Todoroki. Posisinya berdiri bersandar pada dinding sementara dirinya tengah berada di koridor depan kelasnya.

Midoriya berdiri di sampingnya, ikut bersandar membungkuk di dinding. Awalnya ia sempat menggigit bibir sebelum akhirnya menarik napas siap.

"Aku minta maaf." ujar Midoriya pelan, memainkan sepuluh jari dengan wajah yang menunduk.

Todoroki mendongak, menatap langit-langit koridor. "Untuk?"

"Itu, yang kemarin! Euh, kau tahu, di kelas-" Midoriya berdeham. "Ketika aku menegurmu soal y/n-san."

"Ah."

"Maafkan aku. Aku malah mengatur-ngatur hidupmu untuk tidak dekat dengan y/n-san. Aku yakin itu membuatmu jengkel setengah mati padaku." jelas Midoriya lagi.

"Tidak perlu dipikirkan. Kau mengatakannya karena mengira aku suka padanya, kan."

Midoriya bungkam. Untaian kata yang diucapkan Todoroki berikutnya telah ia dengar sendiri dari penjelasanmu tadi malam.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang