#42

1.9K 328 45
                                    

"Todoroki, kau lapar tidak?"

Menoleh sebagai respon, Todoroki memberikan wajah datar. Pikirannya menerka bingung apa maksud kalimat tanyamu. "Tidak terlalu. Kenapa?"

"Ayo jalan-jalan sepulang sekolah!" ajakmu riang. "Aku traktir makan soba, mau?"

Todoroki mengangguk. "Boleh. Tetapi kenapa tiba-tiba?"

"Eeh, enggak apa, kaan?" Kau melontar senyum manis seraya melingkari beberapa helai rambut dengan telunjukmu, membuatnya ikal. "Teman biasanya begitu, kan? Jalan-jalan bersama."

Todoroki sempat bergeming. Suaranya bergumam pelan dan kembali sibuk dengan buku sejarah yang terbuka di atas mejanya. "Untuk sekarang, belajar sejarah saja dulu."

"Alah, dasar sok rajin." ejekmu. Dibalas dengan bibir Todoroki yang mencebik dan menatapmu angkuh.

"Awas saja kalau nilai sejarahku lebih besar darimu."

"Nantang, nih? Oke, kita lihat saja saat semesteran!"

Todoroki mengangguk setuju sebagai tantangan dadakanmu. Sedetik kemudian ia terlihat fokus membaca deretan kata pada buku sejarah.

Kau terkekeh pelan, ikut membaca buku sejarahmu.

Tanpa menyadari sepadang mata legam memandangi dirimu.

Yaoyorozu menggigit bibirnya, fokus menatapmu yang tersenyum riang dan bertingkah hiper seperti biasa.

Dari kemarin Yaoyorozu tidak bisa tenang. Meski tahu bahwa kau adalah seorang teman, tetapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk berprasangka padamu.

Apalagi ini prasangka buruk. Sejujurnya, Yaoyorozu juga tidak ingin menduga bahwa kaulah pelaku semua kerusakan ensiklopedia di perpustakaan.

Kepala Yaoyorozu malah semakin pusing mengingat bahwa kau juga yang mendapat tugas untuk mengambil segala ensiklopedia waktu itu.

Apa mungkin dia tidak melihat ada satu ensiklopedia lagi sehingga tidak melenyapkan semua data Bad Fate?

Dahi Yaoyorozu berkerut.

Tidak, y/n-san orang baik.

Yaoyorozu menggeleng. Berusaha mengusir hal-hal yang mengusik fokusnya itu

Tidak mungkin dia melakukan itu!

Sekitar satu setengah jam kemudian, Cementoss menutup pelajaran dan mempersilahkan para murid pulang. Pas sekali karena kau maupun Todoroki sedang tidak ada piket hari ini, maka kalian langsung mengambil kereta dengan tujuan ke kota.

Sesampainya di stasiun, kau melongo kaget.

"Gawat," Kau patah-patah tertawa. "Aku lupa kalau jam segini pasti kereta bakal penuh banget!"

Stasiun memang penuh. Selain ini jam pulang sekolah, ini juga jam pulang kerja dan keadaan sudah sore.

Todoroki melirikmu yang berdiri lesu di sampingnya. "Setiap hari juga penuh, kan?"

"Ah, kenapa tidak boleh menggunakan quirk di tempat umum, sih?" Kau menggerutu sebal sembari tanganmu menempelkan kartu di sensor gerbang sehingga kau bisa masuk ke stasiun.

Todoroki melakukan hal yang sama. "Kalau punya lisensi pahlawan, sebenarnya tidak apa."

"Masalahnya, aku tidak punya." jawabmu kecewa. "Ah, enggak tahan pengin teleportasi!"

Todoroki termenung. Sejenak kemudian tangannya sudah mendarat di pucuk kepalamu dan mengusap rambutmu pelan. "Tidak apa. Aku tidak keberatan dengan keramaian." ujarnya dengan intonasi datar seperti biasa.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang