Satu piring lagi ikut tertata di rak. Keadaannya yang basah membuat beberapa tetes air menghujani meja dapur. Keran wastafel diputar dan air berhenti mengalir.
Bibi mengusap tangannya dengan lap kering, membuang napas lega. Itu tadi piring terakhir dari segala tumpukan kotor cucian malam ini.
Bruk.
Telinga Bibi bergerak. Meski dentuman itu samar, Bibi bisa kenal jenis suara apa yang terdengar. Apalagi bersumber di kamarmu.
"Y/n, kau sudah pulang?"
"Sudah, baru saja!" jawabmu lantang dari dalam kamar. Kau tengah melepas jaketmu dan meggantungnya di gantungan belakang pintu.
"Akhir-akhir ini kau pergi kemana, sih?" Bibi berjalan menuju sofa dan mendudukkan diri. Tangannya mencari-cari remote televisi di sekitar situ. "Mentang-mentang Bibi meminjamkan quirk Bibi, kau jadi dengan gampang keluyuran dengan teleportasi."
Pintu kamarku terbuka dan dirimu muncul dengan tampang cengengesan. Bibi hanya geleng-geleng menatapmu dengan sudah mendapat remote di tangannya.
"Bibi meminta aku mengembalikan quirk Bibi?" Kau mendekati Bibi dan duduk disampingnya.
"Enggak, kok." jawab Bibi memandang televisi. "Bibi yang punya quirk Triple T saja jarang menggunakannya."
"Nah, itu kesalahan Bibi!" Kau menatap Bini antusias dengan jari menjentik. Kau tersenyum penuh keyakinan. "Harusnya quirk keren seperti ini dipakai terus!"
"Kau tahu sendiri kan, kepala Bibi bakal sakit kalau menggunakannya terus-terudan." jawab Bibi. Kali inini memencet tombol remote dan mengganti saluran televisi. "Yah, tapi karena keturunan keluarga sempurna dari ayahmu, kau jadi tidak mendapat konsukuensi apapun dari penggunaan quirk, kan."
Kau tertawa sebagai jawaban. Bibimu benar.
"Quirk apa saja yang ada di tubuhmu?" tanya Bibi lagi. Pandangannya beralih pada sepasang matamu.
"Triple T punya Bibi,
Control punya Ayah, dan
Painkiller punya Ibu." jawabmu enteng. Kau tidak berbohong. Kau hanya tidak menyebutkan quirk milik Shigaraki dan Midnight saja.Untuk quirk Midnight, kau sudah lama memilikinya. Itu adalah perintah Shigaraki sendiri untuk mencurinya sejak kau balita dulu. Itu karena kau khawatir bagaimana kau bisa melaksanakan misi sementara kau tinggal bersama Bibimu.
Karena itulah, kegunaannya hanya untuk bisa menidurkan Bibi sebelum kau pergi melaksanakan misi tiap malam. Mau jatuh tertidur dimanapun, nantinya kau akan memindahkan Bibimu ke kamarnya dengan telekinesis dan mengatakan di pagi harinya bahwa Bibi hanya ketiduran karena lelah.
Miris memang. Sejak kecil sudah menipu Bibimu sendiri.
Bibi mengernyit. "Beneran?"
"Astaga, Bibi tidak percaya padaku?!"
Bibi membuang napas dan kembali menatap televisi yang menampilkan acara audisi pencarian bakat. Bibi sangat suka acara mingguan ini. "Oke, ya sudah sana kembali ke kamarmu. Atau kau mau nonton disini bersama Bibi?"
Kau tertawa renyah. "Enggak mau, deh." Lalu kau melangkah kembali masuk ke dalam kamar.
Kau berdiri menyandari pintu dan melipat tangan di belakang. Kau membuang napas diberatkan, menatap nanar lantai.
Benar, semua orang sudah menganggap orang tuamu meninggal. Tersesat ke arah hutan dan masuk ke jurang curam, kata mereka. Itulah juga alasan kenapa mayat orang tuamu tidak bisa ditemukan.
Kau tersenyum pahit. Pasalnya, kau sendiri yang mengarang kejadian itu pada orang-orang. Yah, meski tengah di tangan penjahat nyatanya orang tuamu masih bernapas dengan 'setengah-selamat'.
Jika seandainya kau berhasil membuat orang tuamu hidup kembali, maka tidak sulit mencari-cari alasan untuk kebingungan semua orang nantinya.
"Ternyata selama ini mereka bertahan di jurang dan hutan itu!" Tinggal ucapkan begitu saja, kan.
"Haha.." Lututmu lemas. Kau perlahan jatuh terduduk dan memeluk lututmu gemetaran.
Kau sendiri yang membuat mereka dalam kondisi seperti itu.
Rasanya begitu berdosa untuk terus hidup dengan jiwa dan quirk kedua orang tuamu di tubuhmu.
Kau sangat menyesal karena menyerap batu jiwa mereka saat itu.
Saat itu memang salah dirimu sendiri. Dirimu yang protes karena quirkmu tidak kunjung muncul saat masa taman kanak-kanakmu. Dirimu yang memutuskan untuk mengambil diam-diam map yang selalu disembunyikan ayah.
Kenapa? Kenapa kau harus dapat quirk mematikan seperti ini?
Legenda apanya. Ini quirk terkutuk yang membahayakan semua orang.
Tiba-tiba sekelompok irama membuatmu kaget. Nada dering dari ponselmu berbunyi dan bergetar, menandakan panggilan masuk.
Kau berdecak. Kakimu bangkit berdiri dan mengambil ponselmu yang tadi masih ada di saku jaket.
"Lagi badmood malah dapet telepon, gak pas banget, ah!" Kau membaca nama pemanggil dengan penuh rasa malas.
Mendadak matamu membulat. Kau segera menjawabnya. Oke, badmood musnah.
"Todoroki, ada apa?"
"Maaf menganggumu malam-malam begini."
"Gak apa, kok! Ada apa, nih?"
"Maaf, tapi kemana kau menelportasikan tugasku tadi? Aku tidak menemukannya di kamarku."
Kau mengangkat alis. "A-aah, ada di atas meja makanmu!"
"...Masa? Sebentar-"
Kau menggigiti kuku tanganmu. Gugup.
"Ah, iya. Kau benar, ada di atas sini. Terima kasih, y/n."
"Ah, aku juga terima kasih atas es krimmu!"
"Uh, sudah kubilang tadinya itu untukku sendiri. Tapi sudahlah. Oke, selamat malam."
Belum sempat menyahut tetapi panggilan keburu diputus dari pihak sana. Kau menggeram jengkel. "Wah, dasar cowok ini!"
Tapi di sisi lain, kau merasa lega karena tugas Todoroki berhasil ditemukan.
Habisnya kan, kau hanya pernah masuk ke ruang tamunya rumah Todoroki waktu itu.
--------------
HAI YEY SYUKURLAH BISA APDET YAK HARI INI WOWKWOWKO
BESOK SE LOMBA UHHH GUTLAK ME MAKASIH YAA YANG SUDAH DOAIN, SEMOGA SE GAK BIKIN KECEWA YAK SIP HEHE
Hmm memangnya y/n pernah ke rumah Todoroki ya selama 39 chapter ini🤔
#WAYOLO_HAYOOO
Yak biar kepo dikit hahaTerima kasih sudah menunggu dan membaca,
Tunggu terus kelanjutannya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...