"Shouto, bangun!"
Kau mengguncang-guncang tubuh Todoroki yang terpejam di pangkuanmu. Kenyataan bahwa kau menggenggamnya—merasakan suhu tubuhnya—membuat fakta kalau tadinya ia merupakan serpihan-serpihan beling terasa seperti sebuah mimpi belaka. Atau momen saat inilah yang sebenarnya hanya merupakan sebuah mimpi?
Segalanya berlalu begitu cepat untuk dipikirkan sehingga kau tidak peduli mengenai hal-hal itu lagi.
"Mmhm,"
Kau bisa merasakan jantungmu melompat turun ketika kau bisa mendengar pemuda itu menggeram dengan dahi yang berkerut. Tanganmu tak bisa berhenti gemetar, membelai pelan pipi Todoroki .
Oh, Tuhan.
Sepasang mata heterokomia di hadapanmu akhirnya berkedip, menampilkan sepasang warnanya yang terlihat amat begitu indah di bawah sinar rembulan.
Apakah kau benar-benar mendapat akhir yang bahagia kali ini?
"Y/n...?"
Yang bisa kau lakukan hanyalah memecahkan tangismu dan bergantung pada harapan di dalam hati.
Seiring dengan itu, Todoroki yang merasa linglung perlahan dibawa menuju kenyataan ketika ia bisa merasakan sensasi basah air matamu yang tumpah di wajahnya. Ingatannya merambat kembali, membuatnya seakan baru saja bangun dari sebuah tidur yang nyenyak.
Todoroki bersuara lirih. "Ini mimpi, ya?"
Kau menggeleng, entahlah. Apabila ini benar mimpi, maka kau berharap untuk selamanya tak bangun lagi.
"Kalau begitu, surga?"
Kau menggeleng lagi, mengangkat sebelah tangan Todoroki dan membawanya ke sebelah sisi wajahmu.
"Lalu apa?" Todoroki menggerakkan tangan, merasakan betapa nyata sensasi lembut dan hangat pipi yang tengah disentuhnya. "Seharusnya aku sudah mati, kan?"
"Apa maksudmu?!" Kau menghentikan sejenak sesi tangismu, membuat Todoroki melebarkan matanya kaget begitu kau membentaknya sembari bercucuran air mata. "Jadi kau benar-benar bermaksud meninggalkanku sendirian begitu saja? Kau pikir aku senang dengan tindakan sok pahlawanmu itu? Hah? Dasar bodoh!"
"Bukan begitu maksudku..."
Tanpa menyahut Todoroki, kau menghambur ke dalam pelukannya dan kembali terisak, mengingat sebaris kalimat yang terngiang dari masa lalu.
"Seperti sentuhan sulap yang penuh keajaiban!"
"Keajaiban datang, Shouto."
Todoroki terdiam, tertegun mendengar bisikanmu yang terkesan penuh rasa syukur.
"Jadi keajaiban benar-benar ada, ya."
Todoroki membalas pelukanmu, sepenuhnya merasakan bagaimana segalanya kali ini terasa hangat dan menenangkan baginya. Pelukan kali ini tidak terasa menakutkan. Pelukan yang ini tidak memerlukan pengorbanan. Pelukan yang kali ini tidak akan membuatnya harus berpisah denganmu lagi.
Beriringan dengan isak tangismu, Todoroki menumpahkan air matanya.
"Semua ini bukan salahmu."
Mendengar kata-kata itu terucap dari mulut seseorang—akhirnya, setelah bertahun-tahun—membuatmu merasa bahwa sekarang kau dapat bernapas dengan lega di kehidupanmu.
"Jadi, jangan menanggung segala penderitaan yang tidak berarti lagi."
Todoroki melepas pelukannya, menatap lurus sepasang manikmu yang berjarak beberapa inci dari wajahnya.
"Aku ingin selalu berada di sisimu."
Kau termenung, berdebar-debar membalas tatapannya.
"Aku ingin melihat senyummu, mengusap tangismu, dan berbahagia bersamamu." Mendapati bahwa kini segalanya telah berakhir, Todoroki mengutarakan segala keinginan egoisnya. Rautnya tulus, tersenyum manis dengan air mata yang menitik di sebelah pipi.
"Kau tidak keberatan, kan?"
Matamu membulat, berkilauan oleh air.
Untuk pertama kalinya, kau merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kebahagiaan yang murni, tanpa dihantui oleh mimpi buruk yang mengutuk setiap langkah dalam hidupmu. Tidak ada lagi tekanan, kekhawatiran, ataupun rasa berdosa yang merantai sesak kebebasanmu pada setiap napas.
Untuk pertama kalinya, kau merasa benar-benar hidup.
Berkat seorang pemuda yang bernama Todoroki Shouto.
Mulai saat ini, tidak ada lagi yang harus sengsara.
Mulai saat ini, tidak ada lagi rahasia.
Mulai saat ini, aku dan kamu akan menautkan tangan bersama.
Dengan air mata yang masih mengalir, kau memulas senyum terbahagia yang pernah ada di dunia dan tertawa.
"Tentu!"
Berdua, selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...