"Pokoknya, benar-benar jangan kasih tau siapa-siapa, ya, Yoyorozu." Kau merapikan kardigan di bahumu. Melirik Yaoyorozu yang meraih tas bahunya.
"Iya. Aku paham. Siapapun." sahut Yaoyorozu tersenyum yakin. "Midoriya-san pun hanya tahu quirk mu pada dasarnya, dan aku tidak boleh memberitahu kelebihan spesialnya."
Kau terkekeh. "Sekarang, aku mau kau simpan buku perpustakaan itu. Jangan kau kembalikan kesana."
Yaoyorozu mengangkat alis. Kemudian, setelahnya air wajahnya mengendur karena paham. Ia tersenyum tipis. Mengangguk. "Bisa kuatur, y/n-san."
Kemudian kalian berjalan beriringan menuju luar toko. Yaoyorozu melambaikan tangan ramah, kau membalasnya sembari melangkah menjauh.
"Bukannya aku merasa tinggi, tapi kau sendiri yang bilang kalau aku ini pintar, y/n-san."
Percakapanmu dengan Yaoyorozu terngiang kembali di kepala.
"Berarti, seluruh korban pembunuh misterius selama ini, yang mati maupun tergeletak koma di rumah sakit sampai sekarang,"
"Disebabkan olehmu, kan?" Yaoyorozu meneguk liur.
Awalnya bergeming, namun kau tetap mengangguk mengiyakan.
"Batu jiwa mereka kau kemanakan, y/n-san?"
Kau mencengkram pahamu, menunduk dalam. Mati-matian menahan pedih di hati dan menggigit bibir geram.
Kau mengambil jalan belok. Toko vas yang Bibi maksud ada disana.
"Kau tidak perlu tahu dulu, Yaoyorozu. Hehe." Kau tersenyum lebar.
Dingin. Kau menghembus napas berat.
"Soalnya, nanti kau benci juga padaku."
Untung saja Yaoyorozu mau mengangguk paham. Tidak memaksakan hal itu lebih lanjut.
Beberapa orang pastinya penasaran apabila sudah dibilangi seperti itu.
Tapi kau sendiri juga tahu, beberapa orang yang penasaran pun, pasti ada yang memilih untuk tidak mengetahuinya.
Karena mereka takut apa yang kau katakan itu benar. Mereka takut kecewa, dan jadi benar-benar membencimu. Heh, ironis.
"Ah.." Kau berhenti. Menatap langit malam yang hampa.
Ternyata, malam ini pun, kau sama sekali tidak bisa bersantai.
Dan selanjutnya pun, untuk empat hari kedepannya dimana deadline untuk menghabisi Todoroki tiba,
sepertinya kata santai itu tidak ada..
Tanganmu terangkat, mengusap matamu. Menghapus sesuatu yang tidak seharusnya ada disana. Tidak di depan banyak orang.
Tapi, memang, rasanya sesak sekali.
Mempunyai nasib seperti ini.
"Aah.." keluhmu, bersuara serak. Bergegas mengambil ponsel di kantung dan menekan-nekan sesuai niatmu.
Nada sambung terdengar. Kau mulai bicara.
"Midoriya.
Malam ini kau olahraga?"
------------HAI YES BISA UP HEHEHEHE
UDAH YA SE BALIK ASRAMA DULU/LAHHH
IYA KAN INI MEPET" WKWKWK JADI MAAF YA PENDEEKKK BANGET :(((
SAYAAANGG KALIAN SEMUANYA!
TERIMA KASIH SUDAH MENUNGGU DAN MEMBACA :")))
TUNGGU TERUS KELANJUTANNYA YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...