"Akhir-akhir ini kau jadi sering ke pantai, y/n-san."
"Ya, habisnya, karena tidak ada pekerjaan malam lagi aku jadi gabut. Keberetan aku menemanimu?"
"Enggak, kok." jawab Midoriya pelan. "Jadi, apa yang terjadi setelah aku pergi?"
Kau membuka kunci minuman kaleng, membuat suara desis. Pandanganmu teralih pada Midoriya. "Yaah, ke internet cafe?"
Midoriya tertawa kecewa. "Ya, kalo itu aku juga tahu. Maksudku, tidak ada yang lain?"
Wajahmu mendadak terasa panas. Kau buru-buru membuang wajah ke arah lain dan meneguk jus jeruk kalenganmu. "S-sudah, ah."
"Sudah apanya?"
"Keponya!" sahutmu cepat, menghabiskan minuman kalengmu dan meleburkannya. Menjadi debu, menghujani pasir pantai tempatmu dan Midoriya sekarang berpijak.
"Berarti terjadi sesuatu, ya!" ucap Midoriya tersenyum senang, menyodorkan botol minumnya yang kosong padamu. Midoriya terlihat antusias. "Kalau aku boleh jujur, sekarang wajah y/n-san benar-benar merah, lho."
Kau mengambil botol kosong Midoriya untuk meleburkannya. Kau mengembungkan pipimu, antara kesal dan malu. "Todoroki membelikanku es krim."
"Wah, serius?!" tanggap Midoriya ekspresif. Kau tidak habis pikir kenapa Midoriya bisa sesenang ini.
"Berarti keinginanmu untuk makan es krim saat Kacchan menjahilimu sudah terpenuhi, ya." tambah Midoriya. Ia bergerak duduk meluruskan kakinya di hamparan pasir pantai.
Kau yang duduk disampingnya membuang napas diberatkan. "Midoriya, aku waktu itu sudah bilang, kan, kalau aku tidak boleh menyukai Todoroki?"
Midoriya mengangguk. "Ah, alasannya karena perintah baru Shigaraki, ya?"
Bukan.
"Salah satunya itu, sih." balasmu pendek. "Tapi yang ingin kutanyakan, kenapa kau malah berusaha mendekatkan aku dengannya?!"
Midoriya terkekeh gugup. "Kau keberatan?"
Kau mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke Midoriya. Terserah deh, kau tidak mengerti lagi jalan pikir Midoriya.
Midoriya sibuk antara mengusap matanya dan terbatuk lirih. "Y-y/n-san--"
"Uh, maaf, deh." Kau mendekat dan memegang wajah Midoriya dengan tanganmu. Sekejap Midoriya berhenti merasa menderita namun kau masih merengut menatapnya.
Midoriya berkedip. "Eh? Tadi kau baru saja-"
"Menyembuhkanmu, iya. Itu salah satu quirk di tubuhku dan itu tidak penting. Aku tadi sedang bertanya padamu, jawab!"
Midoriya memainkan jemarinya dengan mempertemukan sepasang telunjuk dan mengetuk-ngetukannnya, terlihat gugup. "Aku hanya ingin melihatmu sempat bahagia bersama Todoroki, y/n-san. Itu saja."
Kau tidak menjawab.
"Agar kau tidak begitu menyesal nantinya ketika Todoroki sudah tidak ada bersamamu, hehe." lanjut Midoriya dengan senyum kikuknya. Astaga, cowok satu ini sekarang benar-benar membuatmu terharu.
"Ukh, kau baik sekali, Midoriya!" Kau memegangi dadamu, pura-pura sesak tanda haru. Midoriya menanggapi dengan tawanya yang hangat.
"Tapi, y/n-san, apa kau tidak merasa aneh?" tanya Midoriya tiba-tiba. Kau berhenti berakting. Gantinya, kau menaikkan alis bingung sebagai kode umum agar Midoriya melanjutkan ucapannya.
"Ensiklopedia di perpustakaan tadi-"
Oksigen di sekitarmu hilang.
"-masa semuanya memiliki kerusakan pada titik bahas yang sama?" Midoriya mendongak menatap langit dengan kerutan pada dahi. Terlihat begitu terganggu dengan kejadian yang disebutkannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...