Pernah membayangkan bagaimana kira-kira rasanya apabila tubuhmu terbelah-belah?
Aku tidak pernah, sampai akhirnya aku melihat sendiri bagaimana tanganku berubah menjadi kristalan rapuh di balik punggungmu.
Ah, ternyata tidak sakit, pikirku. Rasanya hampir sama seperti apa yang sering aku lakukan kepada orang lain: membekukan. Benar, rasanya seperti dibuat beku perlahan dari ujung jari-jemari, lalu merambat hingga akhirnya kau sadar sendiri bahwa kau sudah menjadi sebuah patung yang rapuh.
Tepat ketika aku menutup kelopak mataku dan menyerah pada nasib, saat itu juga aku berpikir bahwa karma itu ternyata nyata adanya.
Aku yang selalu membekukan orang lain, saat ini merasakan sendiri bagaimana rasanya tubuhku mematung beku. Aku yang selalu membakar hangus segalanya, saat ini merasakan sendiri bagaimana diriku hangus dan hancur lebur menjadi serpihan yang tak berarti.
Jadi, kupikir seharusnya kau tidak perlu sesedih itu. Ini hanya karma sederhana yang berhak kudapatkan sejak awal, dan sekarang hanya kebetulan disalurkan olehmu.
Jadi, ini bukan salahmu. Dari awal memang seperti itu, bukan?
Mengenai ayahmu yang melarikan diri dari dunia penjahat, itu bukan salahmu. Mengenai kedua orang tuamu yang ditahan, itu bukan salahmu. Bahkan mengenai segala kesalahan-kesalahanmu sebagai buronan kota, itu bukan salahmu.
Sungguh, itu bukan salahmu.
Bukan salahmu orang tuaku mati. Bahkan ketika kau sendiri yang menancapkan pisau di jantung mereka, menurutku itu bukan salahmu.
Kematianku juga bukan salahmu.
Ah, seharusnya itu yang kukatakan padamu sebelum rahangku mengkristal kaku.
Yah, setidaknya aku sudah mengatakan hal yang lain: bahwa aku ingin kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Saat itu, akan kukatakan kalau semuanya bukan salahmu. Tidak ada kesalahan berarti yang telah kau lakukan di kehidupanmu. Kau berhak untuk selamanya bebas, merasa bahagia.
Di kala mataku terbuka dan bangkit kembali dari kegelapan ini, aku akan mencarimu dan menggenggam tanganmu. Akan kupastikan tak ada lagi yang bisa melepaskannya, memisahkan dirimu dan aku.
Ketika aku membuka mataku lagi, aku akan mengatakan semuanya padamu.
Tentang keinginan-keinginan egoisku.
"Shouto, bangun!"
"Bangun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...