#41

1.9K 330 33
                                    

Todoroki's POV

"Berarti kau enggak sedekat itu denganku, dong?"

Benar-benar tidak bisa dipercaya kalau aku mendengar kalimat itu meluncur lancar dari mulutnya. Ucapannya itu sukses membuatku abai dengan artikel berita di ponsel dan beralih menatapnya.

Tidak sedekat itu, katanya?

"Berarti, Kirishima yang sudah tahu kalau kau pintar gambar bisa dikatakan sebagai teman dekatmu juga, begitu?" Aku mulai merasa gerah. Ini bukan hal yang baik.

Bodohnya, dia malah merespon dengan bingung. Sebelum aku kembali mengangkat suaraku untuk mendapat jawaban yang kuinginkan, Midoriya tiba-tiba malah mendekat dan aku mendengar hal yang terdengar sangat janggal bagi sistem pendengaranku.

"Kau tahu, tadi pagi Bibiku memanggang kue bolu! Nanti malam aku bawa, ya?"

Aku yakin sekali sepasang telingaku yang sehat dan bersih ini mendengar dua kata aneh tersebut terloncat dari mulut y/n.

Nanti malam? Apa maksudnya? Mereka sering bertemu kalau malam?

Aku menggeram. Tenanglah Shouto, kau sudah pernah berbicara tentang hal ini sebelumnya. Kau tidak berhak untuk tahu segalanya tentang kehidupan y/n.

Lalu sekarang Midoriya membisikkan sesuatu pada y/n.

Saat itu juga mendadak rasionalitas hilang dari akalku dan memerintahkan sarafku untuk bergerak.

Mendadak lupa tentang segala hal tentang hak y/n tadi.

Aku bahkan terkejut bahwa aku sudah mendorong Midoriya dan mematahkan jarak dekat di antara mereka.

Oh, terserahlah. Kepalaku terlanjur panas dan lidahku mulai berbelit sendiri mengatakan apa yang persis ada di dalam pikiranku.

Pada akhirnya aku merasa bahwa diriku sendiri mulai menjengkelkan dan memutuskan untuk keluar dari percakapan tersebut. Duduk kembali di bangku dan mendengarkan musik mungkin bisa membuat kepalaku dingin.

"Kau ini kenapa lagi, sih?!"

Adalah kalimat terakhir y/n yang kudengar sebelum aku menyumpal headsetku lebih dalam ke telingaku dan mulai memutar lagu secara acak dari pada ponselku.

Aku tidak tahu lagi. Deru napasku bahkan tidak mereda. Sial, apa perlu aku membekukan kepalaku sendiri?

Tiba-tiba aku merasakan kehangatan asing menjalar merasuki tubuhku. Aku tidak bisa melanjutkan kegiatan ponselku. Kenyataan bahwa y/n sekarang menggenggam jemariku membuat pikiranku kosong dan menekan tombol pause pada pemutar musik.

Ada apa? Kenapa tiba-tiba tanganku digenggamnya?

"Kau percaya padaku, kan?"

"Tetapi kenapa tidak memberitahuku?"

"Aku hanya belum memberitahumu, Todoroki. Maaf."

Oh, dia sepertinya benar-benar meminta maaf. Lagi dan lagi. Kebiasaan sekali untuk meminta maaf tanpa persis tahu kesalahannya.

Aku tersenyum samar. Toh aku juga tidak mungkin sanggup menjauhinya untuk waktu lama.

"Iya." Aku mengangguk. "Kalau begitu, bisa lepaskan tanganmu?"

Y/n terlonjak dan spontan mengucap maaf lagi. Aku perhatikan tangannya yang sudah mulai menggambar. Huh, kapan-kapan mungkin aku harus melihat buku gambarnya.

Aku menatap tanganku. Berlebihan atau apalah, aku masih bisa merasakan bagaimana ketika tangannya memberikan kehangatan pada diriku.

Aku mendesah, memutuskan melihat internet di ponsel.

Apa boleh aku berharap kalau dia tahu aku sedang cemburu?
-------------

UUH GEMES LIAT Y/N SAMA TODOROKI TUUUUUU

INI SALSUK APA GA SIH SEBENERNYA AELAH YANG JELAS DONG

//lu yang ngarang, bego.

Terima kasih sudah menunggu dan membaca,
Tunggu kelanjutannya ya!

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang