"Sudah sampai, semuanya turun!"
Kau menuruni bis, terhuyung sana sini. Menabrak beberapa teman. "Ugh, dunia berputar."
"Apa kau masih merasa pusing?" Tsuyu mendekat kearahmu yang tengah berjalan menuju barisan. "Kau tak usah olahraga saja."
Kau terkekeh pilu. "Ngomong, apa, sih. Segini doang mah gampang."
"Oh ya?" Tiba tiba suara Todoroki bangkit, mengagetkan Tsuyu dan kau. "Aku tak mau membopongmu jika kau pingsan atau semacamnya."
Kau melotot, menjulurkan lidah. "Aku juga gak sudi."
Tsuyu menyimak.
"Lebih cepat lebih baik," tutur Iida kemudian. "Temui pasangan kalian dan segeralah berbaris!"
Kau bersandingan dengan Todoroki, saling membuang wajah. Todoroki berwajah dingin, menatap arah lain. Kau sibuk memasang wajah mengejek ke arah Todoroki. Sebenarnya kau sendiri bingung, kenapa kau jadi bertengkar dengan Todoroki.
"Kau sendiri yang bilang aku menyebalkan, jangan salahkan aku atas ketidakacuhan ini." Tiba tiba Todoroki menolehkan kepalanya kearahmu. Menatap tajam. Membuatmu meneguk liur. Pria ini mengerikan kalo ngambek.
Kau masih diam saja. Yang tadinya kesal jadi agak merasa takut. "Eh-em-a-aku.. minta maaf. Aku yang menyebalka-"
"Tidak. Aku memang menyebalkan. Aku tadi sudah bilang. Jangan plin-plan seenak jidat menarik ucapanmu." sinis Todoroki. Mulai berlaku aneh. "Tapi memang kau sendiri juga menyebalkan, sih."
Perasaan jengkel mulai menghantuimu, kau menginjak kaki Todoroki. Todoroki memekik, membekukan kakimu. Gantian kau yang memekik ngilu.
"Iida, aku tidak punya pasangan."
"EH KAU DASAR LEPASKAN AKU DARI BONGKAHAN ES INI SIALAN-" Kau meronta-ronta. Bahkan sempat meminta Midoriya memukul es itu tapi kau lupa kalau pukulannya itu pukulan maut yang mungkin akan ikut menghancurkan lantai dan kakimu selain menghancurkan esnya.
"Kalian bertengkar atau bagaimana, sih?" Iida mengernyit. Menatap kau yang meronta dari jauh. "Kau lepaskan dulu kakinya y/n-kun, Todoroki-kun."
"Ck, tidak usah. Biarkan dia membeku lalu membusuk disitu. Kalau perlu aku bekukan organ dan sel nya satu-satu-"
"Todoroki-kun." Iida memotong tegas.
"Baik." Todoroki berbalik, hendak mencairkan bongkahan es nya. Tapi kau malah mengagetkannya dengan berdiri tepat di belakangnya.
Kau mendengus. "Tidak usah. Sori ya, memangnya aku selemah apa?"
Todoroki melongo. Bagaimana bisa? Apa kekuatan y/n adalah melelehkan selain telepati?
Sayangnya pemikiran itu harus dihentikan, Iida sudah mengomando semuanya menuju pelatihan.
-O-"Aku buruk dalam lompat tali."
"Wah, pas kecil aku jago lompat tali nih!"
"Apaan, hanya memecahkan balon."
"Tolong jangan tertawa kalau aku bilang bahwa aku takut balon."
"Aku tidak suka berlari kalau kakiku harus diikat bersama perempuan ini."
"Hei, kenapa kakiku harus terjebak bersamanya?!"
Semua anak menghela nafas. Beberapa menepuk kening tidak tahan. Iida bahkan sudah berapa kali mengelus dada.
Kau dan Todoroki hanya berpendapat sama dalam babak "Lari Bersamaan". Saat "Lompat Tali" dan "Memecahkan Balon", kalian sangat berisik dan berselisih mengenai rasa keberatan kalian dalam berkompetisi. Seperti Todoroki yang tidak bisa main lompat tali, atau kau yang takut balon.
"Pasangan nomor empat ini berisik dan banyak protes sekali ya-" Yaoyorozu nyengir jengkel.
"Makanya, jangan ikat kakiku dan Todoroki secara bersamaan, nih!" Kau nyolot. Langsung mendapat tamparan pelan dari Yaoyorozu, main-main. Kau membalasnya. Yaoyorozu mengalah. Kau terlalu brutal untuk dilawan.
"Kalian hanya harus berlari memutari lapangan ini sekali berbarengan. Apa susahnya? Sudahlah, lebih cepat kalian mulai lebih cepat kalian selesai. Sana cepat!" lanjut Yaoyorozu.
Kau baru saja ingin protes lagi, tapi Todoroki menarik kakinya. Membuatmu jatuh terseret. Kau bangkit dan berteriak teriak di kuping Todoroki.
"HEI APA-APAAN--"
"Berisik, mari cepat selesaikan seperti apa yang dikatakan Yaoyorozu." balas Todoroki pendek.
Kau mendengus, lalu mulai berlari seiras dengan langkah Todoroki. Normal normal saja. Sudah setengah lapangan kalian lalui.
Sampai akhirnya kau merasa kepalamu berputar dan akhirnya jatuh menghantam lapangan bebatuan.
"Y/N!"
-O-Hei, gadis kecil.
Sekarang kau kebingungan, kan?
Aku ada sebuah penawaran.
Mari kita buat perjanjian.
-O-
"Ah!" Suaramu membuatmu membuka mata. Teriakan yang terbawa dari alam mimpi itu membuatmu bangkit terduduk. Kepalamu menoleh noleh panik. Lalu menyadari bahwa itu hanya ilusi bawah sadar.
Kenapa aku jadi sering memimpikan hal hal seperti ini semenjak aku masuk Yuuei?
"Kau sudah bangun."
Ada orang yang duduk di sebelahmu. Membuatmu mengerutkan dahi, antara kesal dan bingung. "Todoroki." bisikmu kesal.
Todoroki diam saja. "Tadi kan aku sudah bilang saat turun dari bis. Jangan salahkan aku kalau kau jatuh pingsan karena mual mu yang belum terlalu sembuh."
"Ya ya ya, aku tahu. Aku juga tidak menyalahkanmu." dengus mu. "Lalu siapa yang membawa ku kesini? Aku ingin berterima kasi-"
"-aku."
Hening.
Rasanya macam ada batu besar menyumbat kerongkonganmu. "K-kau bilang kau tak mau menggedongku?"
Todoroki diam saja, membuang tatapannya pada lantai keramik.
"Mana bisa aku setega itu."
Jawaban Todoroki membuat jantungmu melorot, napasmu tertahan. Kau mengepal tangan, menggigit bawah bibir.
"Mengapa semua orang tega melakukan semua itu padaku?"
Kau meremas selimut.
Hening lagi.
"Bilang makasih boleh, kok."
Kau mengangkat kepalamu, mendapati Todoroki yang menatapmu lurus.
Kau hanya tersenyum tipis.
"Ya, makasih."
-O-
Haloo
Maaf ya baru update seasrang soalnya asrama baru libur sekarang jadinya aku ngejer juga buat FF nya.Terima kasih sudah membaca, tunggu kelanjutannya!:)
Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...