#76

1.4K 242 40
                                    

Semuanya mulai bersinar terang. Sangat menyilaukan, membuat sakit mata.

Todoroki mengerjap pelan, membiarkan cahaya menyelusup pandangannya. Lama kelamaan semua mulai terlihat berwarna, dan yang samar berganti jelas.

Midoriya menganga. Ia menjatuhkan ponsel di tangan.

"Todoroki-kun!" teriaknya, mendekat ke sisi ranjang. "Kau ... bangun? Kau sungguhan bangun?!"

"Tidak mungkin." gumam Yaoyorozu, sama-sama nampak kaget.

Todoroki memegangi kepalanya. Merasa agak pusing. Apa yang sudah terjadi? Dimana dirinya? Apa maksudnya bangun—

Kemudian ia ingat.

Mata Todoroki membuka seutuhnya, kemudian menolehi Midoriya. Bahkan sebelum Midoriya menyahutinya, Todoroki lebih dulu bersuara.

"Y/n menyerangku, kan?"

Midoriya mematung. Seluruh anak kelas 1-A yang ternyata berdiri di belakang punggungnya pun mengatup mulut, nampak cemas.

Tiba-tiba Uraraka menarik napas.

"B-benar." Sahutnya. "Saat perjalanan pulang, aku melihat sosoknya berdiri di atap rumah-rumah. Karena aku sendiri kaget, maka aku mengikutinya diam-diam tanpa membuat suara apapun. Lalu saat ia melompat ke salah satu gang, aku hanya bisa bersembunyi di balik temboknya karena aku sangat terkejut karena ia menyerangmu."

"Lalu aku mulai panik dan sudah hendak berlari menggapainya ketika ia mulai mengayunkan pisau dari jasnya. Namun, tiba-tiba, ia menjatuhkan pisau itu dari tangannya, dan mulai menangis. Kemudian dia mengatakan sesuatu, tetapi aku tidak terlalu bisa mendengarnya..

Dan dalam sekejap cahaya ungu menyelimutinya sementara ia membawa batu nyawamu. Meninggalkan pisaunya di jalanan bersama dengan tubuhmu." Jelas Uraraka.

Tangan Todoroki menggenggam kencang, meremas selimutnya.

Begitukah?

"Itulah kenapa kami terkejut karena kau bisa bangun!" seru Kirishima.

"Pisau itu sekarang sudah di tangan hero, dan mereka sudah daritadi melakukan pelacakan." Tambah Midoriya, kemudian mengerling cemas. "Todoroki-kun, bagaimana kau bisa bangun?"

Todoroki menunduk.

"Aku tidak tahu." bisiknya pelan, masih memegangi kepalanya. Matanya memejam, nampak mengingat sesuatu. "Rasanya tadi aku berada di sebuah bangunan kayu tua, lalu..."

Todoroki termenung.

"Aku melihat y/n. Bersama Shigaraki Tomura, lalu—"

Mata Todoroki membelalak. Ingatan dari visual mimpi itu semakin pekat di pikirannya sekarang, membuat napasnya tertahan.

Bersamaan dengan suara ledakan dahsyat dan sebersit cahaya silau melintas dari luar jendela.

"Apa-apaan itu?!" teriak Bakugou. Ia menggertakkan gigi, berpegangan pada tembok ruangan karena gempa besar yang sekarang juga ikut menggetarkan bumi.

Todoroki tergesa menyingkap selimut, kemudian menggeser kunci jendela dan membukanya lebar-lebar. Maka terlihatlah sinar cahaya lurus lampu sorot raksasa super terang yang diarahkan ke angkasa tanpa terlihat ujungnya, menyerupai sinar laser.

Sinar laser pekat berwarna ungu.

"Tidak mungkin," Bibir Yaoyorozu gemetar. Mimpi buruknya terhadap quirk-mu menjadi nyata. Wujud dari takdir buruk yang sesungguhnya.

"Tapi, batas waktunya besok!" teriak Midoriya, namun setelahnya ia terkesiap dan menatap Todoroki. Seakan baru teringat bahwa kau sudah menyerang pemuda itu hari ini, beberapa jam yang lalu.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang