Pensilmu terus bergerak menggores hamparan putih kertas dan membentuk garis serta pola. Sesekali kau mengambil penghapus dan menghilangkan kesalahan yang dibuat.
"Wah, y/n pintar gambar, juga, ya!"
Karena kaget, pensilmu tercoret keluar jalur dan merusak gambarmu. Reflek kau menutup buku gambarmu dan pensilmu keburu menggelinding jatuh ke bawah meja.
Kau tertawa lantang, salah tingkah. Matamu menatap Kirishima yang baru saja memuji gambarmu. "Gambar apa yang kau maksud, eh? Tidak ada gambar tuh disini?"
"Y/n aktingnya buruk, ah. Aku udah keburu lihat lho tadi!"
Kau tersenyum hambar. "Lalu menurutmu itu bagus?"
Kirishima mengedip sekali, lalu mengangguk ekspresif. "Tentu saja! Itu seperti yang ada di komik-komik!"
Kau memukul-mukul punggung Kirishima keras, lagi-lagi salah tingkah. Tawamu juga melengking tidak kalah keras karena malu. "KIRISHIMA PINTAR SEKALI BERMAIN KATA YA-"
"Aku serius!" Kirishima hanya tersenyum lebar dengan bingung. Yah, pukulanmu sama sekali tidak sakit karena kehadiran quirk hardening miliknya.
"Sana pergi jauh-jauh!" usirmu gamblang seraya mengayun-ayunkan tangan. Kirishima protes, tapi pada akhirnya ia pergi sambil tertawa iseng ke arah Kaminari.
"Aku baru tahu kalau kau suka menggambar." Suara lelaki di sampingmu membuat bahumu terlonjak. Kau meliriknya segan. Todoroki memainkan ponselnya tanpa menatapmu sama sekali.
"Berarti kau enggak sedekat itu denganku, dong." jawabmu. Kau memundurkan kursi dan membungkuk untuk mengambil pensil yang terjatuh.
Todoroki langsung menatapmu sengit. Dahinya mengerut tidak suka. "Berarti, Kirishima yang sudah tahu kalau kau pintar gambar bisa dikatakan sebagai teman dekatmu juga, begitu?"
Kau mengangkat kepalamu bingung. "He?"
Todoroki baru saja menarik napas hendak menyahut kalau saja sebuah suara tidak menyela niatnya.
"Y/n-san." Midoriya berjalan mendekatimu dan berhenti tepat di depan mejamu.
"Ah, Midoriya!" Kau membetulkan letak duduk dan memajukan lagi jarak antara meja dan kursimu. "Kau tahu, Bibiku tadi pagi memanggang kue bolu! Nanti malam aku bawa, ya?"
"Eh, benarkah? Wah, pasti enak!" jawab Midoriya tersenyum.
"Iya dong, pasti!" Kau mengacungkan jempol, ikut tertawa. "Lalu kenapa kau menghampiriku?"
Midoriya menarik napas. "Begini, kau punya quirk yang disebut control, kan? Yang milik seseor-"
"SSSH!" selamu cepat dan menempelkan telunjuk di depan mulut Midoriya.
Ada Todoroki, bego!
Midoriya meneguk liur dan mengangguk-angguk paham begitu telepatimu sampai di kepalanya. Kau membuang napas, menarik jarimu.
Tangan Midoriya terayun, meminta sebelah telingamu untuk berbisik. "Itu quirk yang bisa mengendalikan quirk orang lain, kan? Entah menghilangkannya, mengurangi daya serangnya, atau mengalihkan serangannya ke arah apapun."
"Hm-hm." Kau mengangguk.
Benar, control milik ayahmu berfungsi seperti itu. Kau sempat menggunakannya kepada villain di depan supermarket yang hendak menghajarmu dengan tangan berduri miliknya, tetapi kau mengayunkan tanganmu untuk membelokkan arah serangnya.
"Nah, lalu-" Midoriya hendak meneruskan bisikannya, tetapi mendadak tubuhnya bergerak mundur menjauh darimu. Kau maupun Midoriya sama-sama terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...