#51

1.8K 304 40
                                    

Todoroki tengah memeras kompres di wastafel ketika ia mendengar suara lenguhan kecil.

Kepala Todoroki menoleh, melirikmu yang terbaring di tempat tidur. Dahinya mengerut mendapati kepalamu yang bergerak-gerak tidak nyaman.

Ia menyelesaikan urusan kompresnya dan membawanya ke arah tempat tidurmu. "Y/n, kau sudah bangun?"

Kau hanya mengeluh pelan dengan mata masih terpejam, terus bergerak sana-sini. Todoroki membuang napas, paham kalau kau sedang mengigau.

Todoroki mendudukkan diri dan hendak memegang tanganmu.

"Todoroki-"

Niatan Todoroki terhenti. Pandangannya mengalih padamu dan terdiam. Jelas-jelas tidak salah dengar kalau kau baru saja menyebut namanya, kan?

"Todoroki-"

Kau mengulangi namanya. Todoroki meneguk liur, antara cemas dan merasa sedikit senang. "Ada apa, y/n?"

"Todoroki Enji."

Todoroki dibuat mematung oleh nama yang dilantun olehmu.

Kemudian Todoroki menggaruk tengkuknya. Rasanya seperti orang bodoh saja sudah berharap kalau kau menyebut namanya. Tentu saja Todoroki tidak hanya satu di dunia ini, duh.

Tapi, kenapa kau menyebut nama ayahnya?

"Todoroki Rei-"

Kali ini benar-benar tidak dianggap sepele lagi oleh telinga seorang Todoroki Shouto. Ini membingungkan, kenapa kau mengigaukan nama ayahnya dan ibunya?

Todoroki menarik napas. Ah, tentu saja bisa. Toh orang tuanya merupakan figur yang sempat terkenal di zaman lalu. Ditambah, orang mengigau memang selalu tidak jelas.

Tapi, tetap saja.

Todoroki melipat tangan, merengut.

Kenapa bukan namanya yang disebut?

Tiba-tiba kau bangkit duduk, berteriak kencang. Hampir saja Todoroki terjungkal ke belakang karena hal itu, untung dia gesit mengendalikan diri.

"Hah.. Hah.." Napasmu membalap berantakan. Pusing mendadak menyerang kepalamu kembali, membuatmu mengerut dahi dan berteriak lagi.

"Y/n, ada apa?" Todoroki melompat ke arahmu, menyingkirkan telapak tangan yang menutupi wajahmu.

Kau terkesiap. Menatap wajah Todoroki secara dekat.

"Aku benci padamu-"

Sekelebat mimpi buruk itu otomatis terlintas. Pandanganmu mengabur oleh air mata, makin merasa takut. 

Todoroki di depanmu ini memang tengah menatap khawatir, tetapi bayangan wajahnya yang menatap bengis di mimpi burukmu tidak bisa hilang.

Kau tidak mau,
kalau suatu hari nanti Todoroki akan berwajah seperti itu-

"Ah-" Dahimu mengerut, pusing kembali menyerang. Mendadak kau ingat kalau kau tengah demam. Kau reflek memegangi dahimu.

"Berbaringlah lagi. Lagipula memang bodoh sekali, tiba-tiba bangkit duduk seperti itu dalam keadaan sama sekali tidak sehat." Todoroki mendorong bahumu paksa. Kau menurut saja begitu kepalamu menyentuh bantal kembali, rasanya mendingan. "Tenangkan dirimu."

Pandanganmu terkunci pada Todoroki. Cowok itu tengah memeras kain lap basah dari baskom dan mendekatimu.

"Permisi, ya." ucapnya pelan, mengompres dahimu.

Matamu malah menggenang air.

Todoroki terperanjat melihat air matamu menetes. Alisnya tertaut. "Kau ini kenapa, sih?"

"Gak apa." jawabmu tersendat, berusaha tersenyum. "Hanya saja, kau baik sekali.."

Tidak terbayang kalau nantinya kau akan berwajah bengis padaku.

Todoroki diam saja. Kemudian ia bergerak duduk kembali, melipat tangannya. "Kau punya kekuatan penyembuh, kan?"

Kau berkedip. "Quirk Painkiller milikku menghilangkan rasa sakit dengan menghilangkan penyebabnya dengan cara disentuh. Jika demam atau flu, dimana aku meletakkan tanganku untuk menyembuhkannya?"

Todoroki mengangguk. "Intinya, kelelahan dan virus tidak bisa kau sentuh."

"Benar." Kau terkekeh pelan, tetapi malah jadi terbatuk. "Kenapa kau ada disini?"

"Apalagi? Menjagamu."

Berani bertaruh kalau sekarang wajahmu semakin terasa panas. Kau berdeham. "Ah, kau tahu, aku baru kepikiran sesuatu."

Todoroki menoleh.

"Lebih baik kau letakkan saja tangan kananmu di dahiku? Itu bakal efektif banget dibanding kompres ini." ujarmu tertawa pelan dengan napas berat. Kau hanya bercanda, tentu saja.

"Kalau begitu."

Matamu membulat.

"Permisi." Todoroki benar-benar menarik kursinya mendekat, lalu meletakkan tangan kanannya di keningmu.

Kau mendadak kikuk. Rasa sejuk menyeluruhi dahimu, tetapi rasanya juga malah gerah atas tindakan Todoroki. Tidak tega untuk bilang kalau kau hanya bercanda.

Akhirnya kalian hanya diam satu sama lain. Todoroki juga hanya menatapmu sembari mengompresmu, kau yang malah sibuk ingin menghindari kontak mata.

"Kau tadi mimpi buruk, ya." gumam Todoroki pelan.

Kau diam sebentar sebelum mengambil gerakan anggukan. Setelahnya kau tertawa pelan. "Tapi, tidak apa! Toh, itu hanya mimpi.."

Kau tersenyum miring, kecut.

Mimpi yang tentunya suatu hari akan jadi nyata.

Sementara Todoroki, di dalam hatinya ia masih merasa gelisah. Gelisah yang menyesakkan, membuatnya bingung.

Sejak y/n bangun dan menangis, ia ingin menanyakan permintaannya. Tapi waktu yang seperti itu tentu saja tidak terlalu tepat.

Tapi bagaimana kalau sekarang?

"Y/n." panggil Todoroki.

Kau menatap balik Todoroki, mengerjap menanggapi.

Todoroki menarik napas, siap meminta.
"Mulai sekarang-"

Karena rasanya kesal sekali sudah mengira kau mengigaukan namaku di mimpimu, padahal yang kau maksud ayah dan ibuku.

Dan aku tidak mau, diberi harapan tidak pasti seperti itu lagi.

"-tolong panggil aku Shouto."
--------------

Y SHOTOOOO HNGGG:((

Wahah ini Se nge update sebelum berangkat kegiatan OSIS wkwk

Selamat Hari Raya Idul Adha 1439H!

Tunggu Se hari jumat ya:"

Terima kasih sudah menunggu dan membaca,
Tunggu terus kelanjutannya!

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang