#30

2.3K 360 31
                                    

Kau mengerjap. Lingkungan sekitarmu sudah berbeda. Berganti oleh suasana perumahan yang sepi dan remang dengan cahaya lampu jalan.

Kepalamu tertoleh ke kanan dan mendapati sisi trotoar yang dipagari sepanjang jalan. Dibalik pagar tersebut terhamparlah sebuah pantai. Desiran ombaknya pelan dan anginnya terasa begitu semilir.

Kau akhirnya mampu tersenyum lebar. Pantai memang selalu jadi kesukaanmu.

Kakimu menuruni tangga hingga akhirnya ganti menginjak pasir pantai. Rasanya jadi agak sulit melangkah.

Kau berhenti ketika merasa air ombak sudah mencapai dan menggelitiki jemari kakimu. Kau bergidik, merasa dingin. Tanganmu menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga.

Tanganmu mengeluarkan batu ungu dari kantung belanjaan. Matamu berkedut, tidak suka atas semua kejadian tadi.

"BAKUGOU SIALAAN!" teriakmu lantang bersamaan dengan tanganmu yang melakukan gerakan melempar. Batu ungu pada genggamanmu lepas, terlempar jauh dan menghanyut di laut.

Napasmu memburu dan sesekali menelan ludah. Kau menghentak-hentakkan kakimu sebal, membuat pasir berterbangan.  

"Y/n-san!"

Kau menoleh gesit terbawa emosi. Raut wajahmu mengendur begitu melihat siapa yang baru saja meneriaki namamu dan berlari mendekat dari sisi lain pantai.

"Ah, sudah kuduga kau y/n-san!" Midoriya berhenti berlari ketika tiba di hadapanmu. Sejenak ia memegangi lutut sembari mengendalikan napasnya.

"Midoriya? Apa yang kau lakukan malam-malam disini?" tanyamu dengan mata membulat.

"Aku sudah biasa olahraga disini, mengitari pantai." jawab Midoriya di sela napasnya yang terengah dengan senyum memperlihatkan gigi. "Y/n-san sendiri? Hah, jangan bilang ada misi disini?!"

"Ah, tidak, kok!" Kau menggeleng cepat sembari mengibas udara dengan kedua tanganmu. "Aku baru saja teleportasi kesini. Aku sering kesini, kok!"

"Eh? Kok aku tidak pernah lihat?"

"Yah, biasanya aku kesini jika selesai mengerjakan misi, sih. Ketika jam sudah lewat tengah malam, ahaha!"

"Tapi pagi di sekolah kau terlihat biasa saja?"

"Kebiasaan." jawabmu dengan nada suara rendah, tersenyum pahit.

Midoriya tertegun. Rautnya menatap kasihan. "Berarti kau sudah lama sekali melakukannya, ya.."

Kau menggedikkan bahu, tertawa. Mau tak mau yang dikatakan Midoriya benar. Kau terlalu lama berkompromi dengan kesesatan.

"Ah, tadi sore y/n-san menelponku, kan? Maaf, aku sedang di kamar mandi waktu ponselku berdering." celetuk Midoriya. Ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada, merasa bersalah.

Dahimu berkerut, mengingat-ingat kapan kau menelpon Midoriya. Alismu terangkat begitu berhasil ingat. "Ah, iya juga, ya. Aku lupa, hehe."

Midoriya ikut tertawa renyah. "Ada apa sesuatu? Oh ya, tadi sore kau juga pulang duluan, kan?"

Tawamu berhenti sementara wajahmu meredup. Mengingat alasan kenapa kau hendak menghubungi Midoriya rasa-rasanya membuat perasaan tidak enak itu muncul kembali.

"Shigaraki tadi memberiku perintah baru." Kau menarik napas, masih tersenyum.

Wajah Midoriya menegang, terkejut dengan nama yang disebut. "Kau pulang lebih awal untuk menemuinya, ya.."

"Hei, Midoriya, menurutmu.." Suaramu terputus serak sementara seluruhmu gemetaran. Kau berusaha mempertahankan senyum untuk berlanjut ke kalimat selanjutnya. ".. apa aku bisa, ya, membunuh Todoroki?"

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang