#70

1.6K 262 99
                                    

Midoriya membuang napas.

Cerita masa lalumu sudah selesai.

"Mustahil." Uraraka menutup mulutnya debgan sebelah tangan, kemudian menyeka matanya yang basah dengan jemari. "Tega sekali..!"

"Shigaraki sialan!" teriak Kirishima. Matanya juga berkaca-kaca, tapi ia bilang itu air mata kejantanan.

Bukan hanya mereka berdua, yang lain juga begitu. Mata yang basah, juga rasa iba ataupun kesal yang berkecamuk karena sudah mendengar cerita sepilu itu.

Tidak luput Todoroki.

Matanya membola, mulutnya terbuka karena syok.

"Berarti, pembunuh berantai yang sering digosipkan itu y/n-chan?" Ekspresi Tsuyu mengendur, suaranya rendah.

Midoriya mengangguk. "Ya. Itu benar."

"Gak beres." Bakugou tiba-tiba mengangkat suara, menarik semua pandang perhatian. "Apa tujuan penjahat brengsek satu itu dengan segala batu jiwa pahlawan yang ia dapat dari y/n?"

Midoriya mengerjapkan matanya monoton. Kemudian menjepit dagunya dengan jemari tangan. "Be-benar juga. Lalu, kenapa pula Todoroki tiba-tiba jadi misi terakhirnya, ya..?"

"Itu berarti ada sesuatu yang sudah dipenuhi. Sepertinya cewek bego satu itu hanya dimanfaatkan untuk suatu pencapaian." lanjut Bakugou lagi. Ia menaikkan kedua kakinya ke sofa. Santai sekali, padahal omongannya itu cukup mengejutkan dan membuat semua orang berpikir keras.

"Kenapa-"

Suara berat terdengar. Semua pemikiran yang tengah dalam proses terhenti oleh itu dan menolehinya sebagai tanggapan.

Todoroki berdiri dari tempat duduknya, dengan tangan mengepal di sisi badan.

"Kenapa y/n tidak membicarakannya padaku?" lirih Todoroki. Dahinya berlipat, matanya menyipit tajam.

"Hei, kau ini, ya!" bentak Kirishima tiba-tiba. "Masa y/n mau tiba-tiba saja bilang padamu: 'Hai, aku pembunuh orang tuamu, lho!'. Kau ngerti perasaannya, gak, sih?!"

"Kirishima, tenanglah-"

"Tapi dia bisa membicarakannya baik-baik kalau dia mengatakan alasan seperti hal tentang Shigaraki ini!" Todoroki balas berseru. Wajahnya menegang, membuat situasi makin mencekam dengan sorot matanya. Kemudian, ia menatap Midoriya. "Dia malah bercerita padamu, hah?"

Midoriya menggigit bibir, geram. Sekarang raut wajahnya berubah. Ia terlihat marah.

"Apa ini berarti dia memang tidak pernah menganggapku teman dekatnya?" lanjut Todoroki. Kali ini tersenyum miring penuh sarkasme.

"Benar!" jawab Midoriya cepat dengan nada suara yang tinggi. "Kau pikir kenapa dia tidak memilih untuk menjelaskan baik-baik semua hal ini padamu?"

Midoriya melangkah maju, meraih kerah kemeja Todoroki dengan kedua tangannya. Membuat beberapa teman panik dan hendak memisahkan keduanya.

"Kau pikir kenapa, Todoroki-kun?"

Todoroki menarik napas, baru saja ingin mengatakan sesuatu-

"Karena dia mencintaimu!"

-namun napas yang baru diambil itu malah tersangkut di dadanya.

Wajah Todoroki mengendur. Matanya membelalak dengan segala saraf dan pergerakan tubuh yang mendadak mati.

"Dia tidak pernah menganggapmu teman dekatnya, Todoroki-kun." lanjut Midoriya. Suaranya serak, matanya basah. Sementara itu hatinya merasakan lega karena mengatakan hal yang selama ini mati-matian ia tahan. "Dia mencintaimu..! Menganggapmu sebagai orang yang seharusnya tidak ia cintai karena merasa tidak pantas atas segala kelakuannya itu-"

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang