"Ayah, Ibu, kenapa quirk-ku belum muncul seperti anak-anak lainnya?"
Saat itu, kau berumur lima tahun. Satu-satunya anak tanpa quirk di kelas. Penasaran, hari itu kau menanyakan pasal itu pada orang tuamu.
Ibu-mu terdiam. Gerakan tangannya yang mencuci piring bahkan terhenti. Kepalanya menolehimu patah-patah, kemudian tersenyum kaku. "Y/n, ini sudah malam. Sebaiknya kau masuk ke kamarmu."
Kau merengut. "Gak! Beritahu aku dulu, dong!"
"Y/n, turuti Ibumu." Suara berat menimpali. Itu Ayahmu, tengah duduk di sofa dengan ponsel di tangan.
"Tapi kemarin kita sudah ke rumah sakit, kan?! Aku sudah diperiksa, dan aku tidak memiliki keanehan apapun! Ruas jariku normal, aku anak yang seharusnya memiliki quirk!" serumu lagi, keras. Kakimu menghentak-hentak lantai.
Ibu menggigit bibir. Ayah berdiri dari sofa.
"Y/n." panggil Ayah.
Kau menggembungkan pipi. Ayah kemudian berjalan mendekatimu dan jongkok berlutut, memegangi kedua pundakmu. Menatap matamu dalam, membuka mulut.
"Kau mempunyainya." kata Ayah. "Kau punya quirk."
Matamu melebar terang, sementara Ibu tergopoh berbalik badan dan menatap Ayah dengan cemas.
"Suamiku-!"
"Tapi-" Ayah meneruskan omongannya, membuatmu kaget. "Kau tidak boleh menggunakannya."
Binar di matamu hilang, berganti kabut kecewa. Kekesalanmu kembali naik mendengar omongan konyol Ayah.
"Kenapa?"
"Y/n, sayang, kau harus tidur." bujuk Ibu.
"Kenapa aku tidak boleh menggunakannya?"
"Sayang, beri dia susu hangat. Setelah itu, antar dia ke kamarnya." Ayah mengabaikanmu, berdiri kembali dan berjalan menuju kamarnya.
Kau hendak menjerit lagi, tapi senyum lelah Ibu melunturkan niatmu. Kau membungkam mulut dengan dahi terlipat, menuruti apa yang diperintahkan Ibu dan segera menutup mata ketika Ibu menyelimutimu.
Itu yang seharusnya terjadi.
Kau bangkit, menyibak selimut. Kau melangkah mengendap membuka pintu kamar. Kemudian, melangkah menuju ruang perpustakaan kecil yang ada di rumahmu.
Seharusnya dokumen hasil rumah sakit milikmu kemarin ada di sana.
Kau menyalakan lampu baca yang redup, membawanya di genggamanmu. Satu persatu laci bertingkat kau buka untuk menemukan dokumen rumah sakit itu.
Tidak sulit.
"Fuuhh!" Kau membuang napas puas ketika dokumen itu terambil di tanganmu. Senyummu mengembang. Akhirnya! Kau bisa menggunakan bakat spesial milikmu, sama seperti yang orang lain lakukan!
"Nah, coba kita lihat-" Kau bergumam, menyibak tiap lembar setiap matamu selesai mengeja deretan huruf yang ada.
Ada identitasmu, hasil x-ray kakimu, diagram silsilah keluarga dan istilah-istilah serta nomor yang tidak kau pahami.
Hingga akhirnya kau membaca tabel yang ada di halaman terakhir.
Kau mengangkat alis, mematung.
Hasil perhitungan menurut gen dan silsilah: 98,76% akurat.
Quirk hasil: Bad Fate;mengeluarkan jiwa dan quirk orang lain untuk diserap dan digunakan di raga sendiri ((INFORMASI UMUM)).
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...