#45

1.9K 305 68
                                    

Segelas air diletakkan di atas meja secara terburu. Beberapa bulir memercik membasahi dan dengan gerakan gesit, tanganmu meraihnya dan menghabiskan isinya dalam tiga kali teguk.

"Kan sudah kubilang, jangan ngomong sambil makan!" Bibi membentak tegas, juga pelaku pemberian gelas.

Kau meletakkan kembali gelas di atas meja. Kau menatap Bibi cemberut. "Maaf."

Bibi membuang napas pendek, geleng-geleng sembari mengambil kembali gelas tersebut untuk dicuci.

Kau terbatuk serak dengan tangan memegangi leher. Berusaha kembali bicara. "Halo?"

"Y/n-san, kau tidak apa?!"

Kau memperbaiki posisi genggam pada ponsel. "Aku oke! Hanya tersedak karaage."

"Eh, aku menganggu makan malammu?"

"Ah, tidak! Santai saja, aku hanya menghabiskan lauk Bibiku. Bibiku memang tidak makan banyak." Tanganmu menjumput satu karaage, menjejalkannya ke mulut. Sementara Bibi menolehkan kepalanya sengit begitu disebut-sebut.

"Begitu." Suara Midorita di seberang terdengar lebih ringan. "Jadi seperti yang kubilang, y/n-san malam ini tidak usah datang, ya?"

Kali ini kau menelan dulu sebelum mengucap. "Tapi kenapa? Padahal aku sudah pakai jaket!"

"Soalnya--AH!"

Dahimu berlipat begitu yakin terdengar teriakan terputus dari Midoriya. "Ada apa, Midoriya?"

"Huh? Rupanya Deku menelponmu!"

Matamu membola. Perubahan jenis suara yang terjadi di sebrang sana sungguh drastis dan hampir membuatmu tersedak liur sendiri.

Tentu saja suara itu sangat familiar. Suara menyebalkan yang familiar, membuatmu langsung tahu alasan Midoriya tidak memperbolehkanmu datang ke pantai malam ini. "Bakagou?!"

"NAMAKU BAKUGOU, SIALAN!"

"Ngapain kau disana bersama Midoriya?!" Suaramu meninggi seiring dirimu menegakkan diri dari kursi dan berjalan pelan menuju pintu depan.

Kau menoleh pada Bibi. "Bi, aku pergi, ya!"

Setelah Bibi meneriakkan kata menyetujui, kau memindahkan ponsel ke bahu dan menjepitnya dengan kepala yang memiring. Kau duduk, memakai sepatu ketsmu.

"Bukan urusanmu! Ini pertarunganku dengan Deku payah ini! Jangan ganggu kami!"

"Kacchan, itu ponselku-"

"KAU DIAM SAJA, PECUNDANG!"

Setelah selesai merangkai simpul temali sepatumu, kau kembali menggenggam ponselmu dan berdiri. Sebelah tanganmu dikantungi di saku jaket, dan kau menyeringai lebar. "Bakugou."

"Apa lagi kau ini!"

Matamu terpejam dan tidak butuh satu menit bagimu untuk melihat kembali dunia dengan pemandangan berbeda. Hasil kerja memfokuskan pikiran membuatmu berhasil berteleportasi dan mendapati Bakugou tepat di depanmu dengan ponsel di telinganya.

Kau tersenyum iseng. "Selamat malam!"

Kepala Bakugou reflek tertoleh dengan cepat, ke arah samping kanan dimana kau berdiri. Namun entah karena kebiasaannya atau apa, dia melempar ponsel Midoriya begitu saja dan mengayunkan tangannya padamu.

Napas Midoriya tertahan. "Kacchan!"

Suara ledakan menggema di kesunyian hamparan laut. Bakugou berkeringat, tanpa sadar ia mengeluarkan ledakan begitu suara asing menyelusupi telinganya. Saraf reflek Bakugou memang disetel begitu, tanggap bahaya dengan membahayakan.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang