#49

1.7K 299 30
                                    

Todoroki's POV

Tanganku sudah sungguhan bersiap menangkap tubuh y/n saat itu juga ketika keseimbangannya kurasa tidak beres.

Tapi saat itulah, saat aku hendak mengulurkan tanganku itulah, Kaminari mendahuluiku.

Kaminari mendekap y/n yang lemas, tidak lagi berkutik apa-apa. Wajah Kaminari panik. "Oi, y/n?! Kenapa kau ini?!"

Y/n tentunya tidak menjawab. Kepucatannya bisa diukur dari tiada lagi warna pada bibirnya.

Hatiku berdesir. Napasku mendadak tersengal.

"Bawa y/n ke ruang kesehatan, Kaminari-kun!" titah Iida, tangannya membukakan pintu kelas.

Kaminari mengangguk mantap. Ia sudah bersiap mengangkat y/n dengan kedua lengan di depan dadanya.

"Tidak."

Semuanya menolehiku. Termasuk Kaminari yang masih memegangi y/n. Suara yang kulantunkan barusan terkesan tegas.

"Biar aku yang membawa y/n." lanjutku, menunduk.

"Hah?" Kaminari mengernyit. "Hanya membawa, lho! Biar aku saja, aku juga bisa-"

Gigiku bergemeletuk, mengangkat dagu. Tatap bengis kutujukan pada Kaminari. Aku menarik napas, sekali lagi hendak berkata. "Biar aku."

Kaminari meneguk liur. Bukan hanya dia, seisi kelas sekarang terlihat tegang.

Aku menaikkan y/n ke balik punggungku, lalu mulai melangkah menyusuri koridor tanpa acuh melewati teman-teman yang dinaungi atmosfer canggung itu.

Aku benar-benar tidak suka.

Melihat Kaminari yang merebut peranku untuk menangkap y/n, begitu menyebalkan. Memikirkan ia membaringkan tubuh ringkuh itu di atas kasur ruang kesehatan membuat melodi jantungku berantakan dan dadaku sesak.

Aku merasa tidak terima.

Langkahku dipercepat, terus menggendong y/n mengarah pada ruang kesehatan.
--------

"Apa-apaan, deh, Todoroki itu?" tanya Kaminari. Dahinya mengerut seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung totalitas. "Menolong pun sampai berebut segala."

"Kau tidak mengerti." Jirou membuang napas. "Seandainya aku Todoroki tadi, kurasa aku akan langsung memukulmu setidaknya satu kali."

"Eh?" Alis Kaminari terangkat.

"Pada dasarnya kau memang bodoh, sih." Kirishima memegangi bahu Kaminari. Kepalanya menggeleng-geleng, tersenyum salut. "Todoroki memang lelaki sejati!"

Kaminari melotot. Enak saja dirinya dibilang bodoh. "Paling Todoroki juga ada perlu di UKS, ya. Biar sekalian mengantar, gitu?" gumam Kaminari.

Jirou memutar mata. Kirishima membuang napas panjang. Memang susah berbicara dengan orang bodoh. Tidak peka pula.

"Ada apa dengan y/n-chan, kira-kira?" Wajah Tsuyu menggariskan khawatir. Ia baru saja menghabiskan kue cokelat jatahnya.

"Tadi pagi padahal dia terlihat sehat-sehat saja." timpal Kaminari. "Ya kan, Kirishima?"

"Jangan-jangan dia sakit karena kau menepuk pundaknya terlalu keras tadi pagi?" sahut Kirishima. Tentu saja bercanda. Mana bisa gara-gara hal seperti itu saja, y/n jadi pingsan.

Tapi Kaminari mendadak mematung. Ekspresinya membeku. "Beneran?"

Kirishima berdecak, lupa kalau Kaminari bodoh.

Midoriya mau tak mau juga merasa khawatir. Y/n sendiri punya quirk penyembuhan, kenapa dia bisa sampai pingsan begitu?

"Eh, tapi," Midoriya menggigit kue cokelat y/n. "Y/n-san juga pernah pingsan sebelum ini kan?"

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang