#54

1.6K 273 7
                                    

Matamu berkedip. Kemudian menyipit karena berusaha menyesuaikan dengan banyak cahaya yang tiba-tiba menerobos masuk setelah gelap yang tadinya menyeluruhi pandanganmu.

Kau meregangkan tubuhmu dengan maksimal sebelum bangkit duduk di atas ranjang. Tanganmu menyibak selimut tebal.

"Berisik banget di luar.." gumammu pelan, menggaruk kepala yang gatal. Baru sadar kalau kucirmu hilang dan sekarang rambutmu berantakan. Sepertinya kau banyak gerak saat tidur.

Sembari mencari tali pita di kasur,  jam besar di dinding kau lirik. Matamu membesar.

"Oh iya, jam makan siang!" pekikmu. Namun saat hendak meniatkan kakimu untuk memijak lantai, terdengar pintu ruang UKS berderik terbuka.

"Ah," Midoriya berdiri disana, dengan nampan di tangan. "Y/n-san, kau sudah bangun!"

Kau melongo. Berkedip. "Midoriya?"

"Aku bawakan makan siang!" senyum Midoriya.

"Tidak, tidak." Kau terkekeh bingung. "Aku mau ke kafetaria, kok!"

Midoriya memiringkan kepalanya. "Eh? Tapi kafetaria sudah sepi, lho."

"Hah? Kok bisa?" Alismu terangkat.

"Hahah, y/n-san." Midoriya tergelak sembari menggelengkan kepala. Langkahnya berjalan mendekatimu. "Ini sudah akhir jam istirahat makan siang."

"AIH!" teriakmu. Kepalamu memegangi kepala dan menggosok rambutmu seperti mengucek pakaian kotor. Makin berantakan tiap helai dan penataannya. Bibirmu mengerucut. "Padahal aku ingin keluar sebentar dari ruangan ini!"

Midoriya tersenyum dengan alisnya yang melengkung. Kau memerhatikan senyum itu.

Entah kenapa, terlihat begitu sedih.

"Midoriya, ada apa?" tanyamu pelan. "Kok lesu?"

Midoriya tersentak. Masih dengan senyumnya, hanya saja diperlebar paksa. "Ah, tidak! Tidak ada apa-apa kok, y/n-san!"

"Bohoong," godamu. "Ayo cerita!"

Midoriya meneguk liur. Merasa tidak enak, tapi ujung-ujungnya mengangguk sambil bilang oke. "Tapi, kau harus makan ini, lho, ya! Dihabiskan!"

"Iya, siaap." jawabmu menerima nampan dari Midoriya. Midoriya sendiri menyeret kursi yang kakinya beroda milik Recovery Girl kemudian duduk di hadapanmu.

"Tadi di kelas aku sempat bicara dengan Todoroki-kun." ucap Midoriya langsung. Membuatmu sempat berhenti menyendoki buburmu. "Aku bilang padanya untuk membahagiakanmu, tetapi jangan sampai lebih dari seorang teman."

Kau tertegun. Menyuapi dirimu sendiri.

"Maaf, y/n-san, kalau aku terkesan mengaturmu!" ucap Midoriya panik. Kepalanya tertunduk dalam dengan matanya yang memejam. "Kalau kau tidak setuju, kau boleh bilang ke Todoroki-kun kalau aku hanya bicara omong kosong padanya!"

Kau masih diam, memerhatikan orang berambut hijau di depanmu ini.

"Tapi, aku berkata begitu, supaya kalau.." Suara Midoriya semakin serak. "Kalau nantinya kau harus membunuh Todoroki-"

"Aku tidak akan merasa terlalu terbebani." potongmu. Kau meletakkan sendok ke dalam mangkuk.

Midoriya diam. Mengangguk kecil dalam tundukannya.

Kau membuang napas. Tanganmu kau ulurkan kemudian meletakkannya di atas kepala Midoriya. "Kau benar, kok."

Midoriya mengangkat dagu, menatapmu.

"Terima kasih, Midoriya!" Kau tertawa, tersiksa. Pandanganmu teduh. "Yang kau lakukan sudah benar."

Midoriya menggigit bibir. "Berarti, masalah membunuh Todoroki.."

Kau tersenyum miris. Paling tidak suka dengan topik sensitif ini. "Kau tahu, tadi dia menyuruhku memanggilnya dengan nama depannya."

"Eh?!"

"Tapi, aku tidak mau."

"Lho, kenapa?"

"Alasannya sama." Kau menggosok rambut Midoriya, terkekeh. "Kalau aku memanggil nama depannya, seberapa dalam lagi kira-kira perasaanku ini akan semakin jatuh, Midoriya?"

Midoriya tertegun. Mengerti.

Kalau sudah seperti itu, maka kau akan sulit keluar dari lubang perasaanmu sendiri.

Semakin jatuh pada Todoroki.

"Perasaanku akhir-akhir ini juga tidak enak." Kau menarik tanganmu. Menatap langit-langit. "Kayaknya Shigaraki bakal melakukan sesuatu lagi."

Midoriya manggut-manggut. "Omong-omong, rambutmu tidak diikat seperti biasanya?"

"Tadi bangun tidur sudah begini." Kau menarik beberapa helai, memerhatikannya. "Tuh, kucirannya di dekat bantal."

"S-sini aku ikatkan!" tawar Midoriya. "Model kuciran y/n-san unik sekali."

"Gampang, ah. Jangan lupa sisakan beberapa helai di depan telinga supaya tidak terlihat tembam." Kau mengambil dua tali pita ungu di dekat bantal kemudian menyerahkannya pada Midoriya.

"Iya, ya. Pipi y/n-san tembam." canda Midoriya. Tangannya mulai menarik tali itu dan melingkarkannya di telingamu.

Kau tertawa, memerhatikan wajah Midoriya yang--seperti biasa--selalu terlihat gelisah. Kau mengulum senyum tipis. "Midoriya."

Midoriya menaikkan alis.

"Jangan repot-repot mengurusi hidupku terus. Kau juga urusilah juga hidupmu sendiri." ucapmu. Mengedipkan sebelah mata. "Oke?"

Midoriya tersenyum masam. Meski rasanya pasti susah untuk abai pada masalah yang bersangkut paut dengan nyawa dan villain ini. "Baik."

"Urusi percintaanmu dengan Uraraka, misalnya. Kau, tuh, bergerak dong!"

"E-Eeeh?!"
---------

YHA SYUKURLAH BISA PRODUKTIF AAHHHHHHH HAHAHAHAH
----PHEW

Jadi Se emang nargetin tamat bulan Desember ini, gais.

Ku tak mau menunda nunda ff kesayanganku ini lagi :") Kalian juga capek digantungin kan yega yegak

Eheee

Terima kasih sudah membaca,
Tunggu terus kelanjutannya, ya!

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang