"Jadi, rumus untuk persoalan yang ini-"
Penjelasan Pak Aizawa didepan entah kenapa tidak masuk pada pikiranmu. Kau menunduk, mencoret-coret bagian belakang buku tulismu dengan pensil.
Aku yakin sekali ada orang di balik kamar mandi itu.
Tidak tidak, cukuplah bocah dispenser itu yang sudah mengetahui tentang sedikit dari kekuatanmu.
Jika banyak orang tahu,
pada akhirnya kau akan mengulang terlalu banyak dosa."Aah!" Kau mengacak rambutmu pelan, frustasi.
Tanpa kau sadari, Pak Aizawa menoleh dan melihat padamu. Pandangannya menyipit. "Y/n."
Kau tersentak, gelagapan berdiri. "YA PAK?"
"Jawab soal pada halaman dua puluh tujuh."
Percuma. Meski kau sudah menyibak tiap lembar pada buku fisikamu dan menemukan halamannya, yang kau lihat hanyalah angka dan huruf tidak kau mengerti apa maksudnya.
"Sudahlah," Pak Aizawa membuang napas. "kau bahkan tidak memerhatikan pelajaran, kan."
"Ahahah, maafkan aku Pak." Kau menggaruk tengkuk, merasa aneh.
"Maaf diterima, tapi setumpuk peer untukmu."
"Eeehh?!"
Semuanya tertawa. Kau ber-'yah' kencang dan menurunkan bahu lemas. Setelah diperintahi, kau kembali duduk dengan wajah kusut. Beberapa berbisik menyemangati.
Todoroki menopang dagunya, memerhatikanmu dalam diam.
-----"Yang bener aja, Pak!" protesmu ketika Pak Aizawa terus menandai halaman mana saja yang harus kau kerjakan pada buku lembar kerjamu. Rasanya tiap halaman berganti, Pak Aizawa menandainya.
"Ini hanya tiga belas lembar dan kau mengeluh?"
"NYEBUT PAK."
Pak Aizawa menyerahkan buku itu padamu. Kau menerimanya gemetar, membayangkan bagaimana stressnya kau malam ini nantinya.
Oh ya, aku gunakan kalkulator saja! Sip, aku jenius!
"Jangan coba-coba untuk menghitung dengan kalkutor. Sertakan juga kertas coret-coretmu tiap nomor, untuk pembuktian nantinya."
Kau menganga, merasa gurumu gila.
"Sudahlah, kerjakan yang baik, ya. Kalian yang piket, selamat bekerja." Pak Aizawa berjalan menuju pintu, menggesernya membuka.
Kau membuang napas. Haish, sudahlah. Toh, Pelajaran Fisika masih seminggu lagi.
"Oh ya, besok pagi kumpulkan padaku, y/n."
"ASTAGA PAK SUMPAH DEMI APA-"
Pintu ditutup, Pak Aizawa keluar.
"Gila." Kau menggerutu, menatap jijik buku LKS yang kau gulung dalam genggamanmu.
"Ahaha, sabar, y/n!" Ashido yang tengah bertugas piket merapikan bangku. Ia tertawa pelan. "Sayang sekali, aku bego fisika kalau kau mau meminta tolong padaku~"
"Tidak apa, aku mau manggil guru privat saja." Kau kembali berjalan menuju bangkumu, hendak memasukkan buku LKS mu ke dalam tas yang tergeletak di atas meja.
Sampai rasanya ada yang mencegah tanganmu untuk memasukkannya ke dalam tas.
Kau mengerjap, melihat tanganmu yang tiba-tiba digenggam dari arah samping. "Siapa-"
Matamu membesar. Melihat sosok tinggi yang memegang tanganmu. Sorot matanya menatapmu teduh.
"Todoroki..-kun?" Kau memiringkan kepalamu bingung.
Entah kenapa, rasanya kau enggan untuk menggerakkan tanganmu bahkan untuk satu jari saja.
Mata Todoroki masih terpaku padamu. Ia menarik napas. "Mau aku bantu?
"Hah?"
"Tapi aku tidak memaksa." lanjut Todoroki cepat.
Kau menganga sejenak sampai akhirnya melempar sahutan. "M-mau! Waah, terima kasih, aku sangat terbantu!"
Todoroki menarik tangannya, genggaman itu terbuyar. "Sebentar, aku ambil fisika punyaku." ucapnya lalu menuju tas yang digantung pada samping bangkunya.
Kau menatap Todoroki yang membuka risleting tas nya, lalu mengalihkan pandangan pada tangan kirimu.
Kau merasa wajahmu panas dan irama detak jantungmu berantakan.
Hangat.
"Y/n, pipimu merona!"
"BERISIK! SORE INI PANAS TAU!"
------
Eyy
Aku rajin kann:))
Duh y/n yang tangannya dipegang, aku yang meleleh:(Terimakasih sudah membaca yaa, ditunggu kelanjutannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanficKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...