Kau mengerjap, mengusir gelap yang menyeluruhi pandangan dan mengucek sepasang mata.
"Uh, apa yang baru saja terjadi?"
Kau menatap sekitar, bingung. Ruangan putih kosong menjadi tempat kau duduk terkapar di lantainya sekarang. Apa ini, rumah sakit?
"Rumah sakit apa yang tidak punya ranjang?" dengusmu. Beranjak berdiri, menepuk-nepuk lutut dam bokong untuk menghapus debu.
"Eh?"
Kau terperanjat. Balutan di tubuhmu bukan lagi seragam sekolah, melainkan satu stel lengkap kostum pahlawanmu. Bahkan dengan sarung tangan hitammu pula.
Ah bukan, ini bukan kostum pahlawan. Kau berdecak, mengingat kembali kalau kau jelas-jelas adalah villain yang diburu sejak dulu.
"Kenapa pula aku mengenakan baju ini?" bisikmu lirih. Kau tidak pernah suka baju yang tentunya sudah terlumuri banyak dosa ini. Dikemanakan seragam sekolahmu?
Matamu memicing, tiba-tiba menangkap suatu objek yang awalnya tidak berada disitu. Sebuah pintu kayu.
"Oke, ini aneh sekali." gumammu pelan. Sudahlah ruangan ini lengang kosong, tiba-tiba ada pintu misterius?
Tanganmu langsung meraih kenop tersebut, memutarnya membuka tanpa ragu.
Napasmu tertahan. Kau reflek setengah menjerit dan berjengit mundur sedikit begitu mendapati apa yang berdiri di balik pintu tersebut.
"Todoroki-!"
Sosok surai merah putih itu muncul di hadapanmu. Lengkap dengan seragam pahlawannya, kepala tertunduk dan beberapa daun serta ranting menyangkut di rambutnya.
Kau membuang napas. Lega itu Todoroki, namun juga bingung kenapa rambutnya jadi berantakan begitu.
Tanganmu terulur, menepuk kedua bahu Todoroki. "Hoi, ada apa, nih?"
Todoroki diam saja meski kau sudah mengguncang-guncangkan tubuhnya.
Kau cemberut. Kesal karena diabaikan. Tanganmu ganti bergerak menata rambut Todoroki, menyingkirkan daun dan ranting kayu yang menyangkut.
"Kau ini habis main di hutan atau apa, sih?" gerutumu. Setelah kau rasa selesai, kau melipat tangan di depan dada dan mendengus. "Tuh, sudah rapi dan bersih. Sekarang jelaskan, kenapa kita ada disini-"
Ucapanmu benar-benar berhenti tepat ketika dagu Todoroki terangkat, menegakkan kepalanya.
Matamu membola, dadamu sesak.
Wajah Todoroki terlihat memar sana-sini. Serta sorot pandangnya padamu menghujam tajam. Terkesan terlalu tidak ramah dan bengis.
"T-Todoroki?" Kau meneguk liur, berusaha tersenyum meski getir. "Kenapa wajahmu seperti it-"
"Kenapa kau melakukan itu?" Nada Todoroki terdengar tegas.
Hanya satu kalimat itu, mampu membuat jiwamu bergetar. Keberanianmu seutuhnya hilang menguap, diganti rasa ngeri berlebih melihat wajah marah pemuda di depanmu ini.
Kau melangkah mundur gemetaran. Merasa mengerti, namun juga tidak. "T-Todoro-"
"Kenapa kau lakukan itu, Y/N?!" Nada bicara Todoroki meninggi. Ia bergerak maju, mendekatimu dengan wajahnya yang semakin tampak menggariskan amarah.
Kau memekik, terjatuh karena hilang keseimbangan ketika berusaha melangkah mundur. Badanmu seutuhnya gemetar, namun juga tidak bisa mengalihkan pandangan dari cowok ini.
Seakan dipaksa terkunci, dipaksa menelan artinya.
"A-aku--" Napasmu tersendat. Seakan dikendalikan pula, kepalamu mendadak menoleh melirik tangan kananmu yang menggenggam batu ungu besar. Juga tangan kirimu yang menggenggam sebilah pisau.
Belum lagi baju kostum yang kau kenakan sekarang mendadam berlumur darah.
Pandanganmu kembali pada sepasang mata heterokom bengis Todoki. Baru kali ini, sepasang mata itu terlihat sama sekali tidak indah.
"M-maafkan aku!" teriakmu parau. "Ini semua bukan-"
"Aku benci padamu."
Jantungmu untuk sesaat benar-benar berhenti berdegup. Napasmu hilang. Kalimat yang benar-benar terlontar dari mulut Todoroki di depanmu ini, sukses mengambil jiwamu.
Todoroki terlihat menahan napas, lalu membalikkan badannya dan hendak berjalan masuk kembali ke arah pintu tadi.
"Tunggu!" Tubuhmu reflek kembali memompa cepat jantung ketika melihat sosok itu menjauh. Langkahmu mengejar cepat, pisau dan batu ungu di genggamanmu itu terjatuh begitu saja. "Todoroki, tolong jangan-"
Todoroki seutuhnya melangkah masuk, sempat melirik tajam.
"meninggalkanku-"
Todoroki menutup pintu. Kepala y/n mendadak terbentur karenanya dan pintu terkunci ketika y/n berusaha memutar-mutar kenopnya.
"TODOROKI, DENGARKAN AKU!" Tanganmu mengepal, menggedor pintu keras. Tangismu terurai jatuh tak terhitung, suaramu lirih arti derita. "INI BUKAN-"
Mendadak ruangan putih itu gelap. Hitam semuanya, seakan ada yang iseng mematikan lampu dan segala penerangan di dalamnya.
Kau menoleh-nolehkan kepalamu, mencari setidaknya apapun tapi nyatanya tidak ada. Pintunya hilang begitu saja, menyisakan dirimu sendiri dalam kegelapan senyap.
Kau memekik. Tanganmu terangkat memegangi kepalamu. Lututmu lemas, jatuh terduduk.
Napasmu sesak memburu dengan irama berantakan. Tangismu terdengar histeris memekakkan telingamu sendiri di dalam ruang itu."INI BUKAN SALAHKU!"
Teriakanmu lantang.
"TODOROKI! TODOROKI!"
Tiba-tiba sebuah pembayangan sosok melintas di kepalamu. Membuatmu makin tidak waras.
"BUKAN! BUKAN TODOROKI ENJI! BUKAN TODOROKI REI! BUKAN!"
Ini mimpi buruk.
"MAAFKAN AKU, TODOROKI SHOUTO!"
Lalu cahaya silau itu datang.
-------------*Se yang nulis tapi Se yang merinding bacanya*
Itu mimpi kok ya serem amat:)Yak, dobel up yaa wkwk SYUKURLAH
ITU KENAPA YA MIMPINYA BEGITU HAYO:(
Terima kasih sudah menunggu dan membaca,
Tunggu terus kelanjutannya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...