#16

3.1K 485 265
                                    

Buku dipegangan Pak Aizawa ditutup. Beliau menoleh, menatap matamu.

"Aku mengaku, deh, kalau aku memang dibantu." ucapmu begitu bersitatap dengan Pak Aizawa dan merasa begitu terintimidasi. "Tapi, aku memeriksanya lagi, kok. Bapak bisa lihat kertas bekas coretan yang terselip, kan?"

Pak Aizawa mengangguk. Tangannya menyodorkan kembali buku fisikamu. "Ya. Kerja bagus."

Kau menerima buku itu kikuk. Pikiranmu penasaran hingga akhirnya memutuskan bertanya. "Gak dimasukin ke daftar nilai, Pak?"

"Tentu saja tidak," Pak Aizawa mencetak cengiran. Sesekali disesapnya kopi susu pada genggamannya. "Itu hanya hukuman. Nah, sana kembali ke kelasmu."

Niat protes terurungkan karena hasil pasti nihil. Kau tersenyum miring, mengucap permisi dan melangkah keluar dari kantor guru.

"Y/n-san?"

Kepalamu cepat menoleh, mendapati Midoriya pada samping kanan. "Oh, Midoriya~"

"Apa yang kau lakukan di ruang guru?" Kepala Midoriya miring sedikit, tidak lupa dengan sudut bibir tertarik lebar.

"Aku mengumpulkan tugas, uh." Kau memasang wajah lesu dan membuat Midoriya tergelak geli, ingat jelas dengan hukuman Pak Aizawa yang jatuh ke tanganmu kemarin. "Lalu, kenapa kau disini?"

Midoriya menggaruk pipi. "Aku mau menemui All Might, apa beliau ada di dalam?"

Alismu terangkat. Ujung sepatumu yang mematut lantai berhenti mengayun. "Kenapa kau mencari beliau?"

"Ah? E-erm.." Gelagat Midoriya berubah gugup. Mau tidak mau kau terkekeh pelan. Yang begitu terlihat menarik dari segi pandangmu.

"Ah, ya, Midoriya nge-fans banget ya, sama All Might." Kau terkekeh memperlihatkan deretan gigi yang rapi, sementara disetujui oleh anggukan cepat Midoriya dan tawa canggungnya. "Oke, aku balik dulu, ya. Atau mau kutunggu?"

"Ah, tidak usah!" Midoriya mengebaskan tangan, menepis angin dan menandakan penolakan. Bibirnya tersenyum. "Tapi, terima kasih!"

Kau balas mengulum senyum. Hingga akhirnya berbalik, mulai melangkah menuju kelas.
---------

"Oh, y/n-chan. Darimana-gero?" Kepala Tsuyu menoleh begitu suara pintu geser 1-A berderik membuka oleh tanganmu.

"Hm?" Kau mengangkat dagu, baru sadar jika disapa. "Aah, mengumpulkan hukuman yang kemarin, itu, lho."

"Begitu, ya." Tsuyu berpaling, berjalan pada bangkunya. Membuat dahimu berkerut, kenapa Tsuyu bersikap seperti itu?

Kau duduk pada bangku, menghempaskan punggung pada sandaran kursi. Kepalamu terdongak menatap langit-langit sementara siku tanganmu bertumpu pada permukaan sandaran sehingga keduanya bergelantungan, mengayun.

"Todoroki belum datang, ya-"

"Mencari aku?"

Tiba-tiba kepala Todoroki menerobos jangkau pandang, berbayang pada lampu pada langit-langit. Tepat di atas kepalamu.

Tersentak, kau menarik tubuhmu menjadi duduk tegak. Tanpa sadar berakibat dengan kepala kalian berdua terbentur keras dan memberi rasa sakit pada keduanya.

"Sakit.." Tangan Todoroki terangkat, menyibak poni dan mengusap pelipisnya yang memerah.

"Maafkan aku, aduh-duh.." Kau meringis lirih. Sensasi nyeri nya tidak main-main.

Kau memegangi pelipismu sejenak, menutup mata. Baiklah, lakukan saja seperti biasanya.

Ibu.

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang