Dua hari lagi.
Iida membetulkan letak kacamata, napasnya berantakan.
"Udah ceramahnya?" tanyamu malas, membuang napas menatap Iida yang baru saja melontar beribu kata. Kau tidak berniat mengingat semuanya, tapi intinya itu adalah ocehan labil antara menanyai dimana keberadaanmu kemarin, apa yang kau lakukan, dan alasan mengapa kau tidak seharusnya bolos sekolah.
"Bukan masalah 'udah', y/n-kun mengerti tidak, sih?" tambah Iida sewot. "Membolos itu tidak baik!"
"Kalau itu aku juga tahu-"
"LALU KENAPA KAU MASIH MELAKUKANNYA?!"
"AAAH SUDAH HENTIKAN!"
Iida melipat tangannya di depan dada dengan tegap, masih menatapmu jengkel. "Besok ada ujian sastra."
Kau mendengus, membentuk mulutmu menjadi huruf 'o'.
"Materinya bukan di buku paket, tapi materi yang baru di catatkan kemarin." lanjut Iida lagi dan tampaknya ia puas mendapatkan ekspresi syok yang sekarang tergaris di wajahmu.
"Serius?" tanyamu memastikan, meneguk liur. Sementara Iida di depanmu mengangguk cepat. Kemudian kau mengumpat, membuat Iida membentakmu lagi.
"Iida, baik, deh." rayumu.
"TIDAK MAU!"
"ASTAGA AKU BELOM BILANG APAPUN!" serumu kesal. Iida kenapa, sih, sewot banget dengan masalahmu bolos atau apalah! Tidak apa kan, kalau sekali-sekali?
"Iida-kun, ini masih pagi, lho." Uraraka yang duduk tidak jauh di tempat kalian berbincang tiba-tiba menimpali. Ia menggaruk punggung kepalanya, masih terlihat mengantuk. "Jangan marahi y/n-chan terlalu galak, dong."
"Tuh, kau dengar?" Kau menjulurkan lidah pada ketua kelas berkacamata di depanmu itu, membuatnya menggeram karena gemas.
Iida membuang napas pendek, kemudian kembali membuka mulutnya. "Pokoknya jangan diulangi!"
"Iya, iyaaa." sahutmu. "Jadi, aku boleh pinjam catatanmu, nih?"
Iida berbalik dan mengambil tas di mejanya. Sesaat kemudian kembali menghadapmu sembari menyodorkan sebuah buku catatan. Nama 'Iida Tenya' tertulis jelas di bagian depan.
"Wah, makasih! Kukembalikan pas istirahat, ya!"
"Sampai sepulang sekolah juga tidak apa." kata Iida, yang akhirnya tersenyum miring sedikit. Melihatnya membuatmu tersenyum lebar, terkekeh iseng.
Kau berjalan ke bangkumu, kemudian meletakkan tas dan mengeluarkan buku catatan milikmu untuk persiapan menyalin milik Iida. Benar sekali, kau tadi baru masuk ke kelas dan Iida langsung menyerbumu tanpa ampun.
"Aku juga diocehi."
Suara familiar terdengar, membuatmu menoleh dan menemukan Todoroki juga menolehimu.
"Bedanya, aku tidak membantah dan cuma berkata 'iya, iya, maafkan aku, aku dipaksa oleh y/n'. Jadi, dia membebaskan aku." lanjut Todoroki.
"Sialan!" umpatmu, memelototi Todoroki yang segera membuang wajah. "Kau sendirinya juga mau, kok!"
"Aku tidak pernah bilang setuju. Tahu-tahu saja sudah sampai di taman hiburan."
"Hiiih, nyebelin banget!" dengusmu ketus, memajukan bibirmu sebal dan beralih pada catatanmu.
Todoroki kembali melirikmu. "Kenapa semalam tidak bertanya ke teman kalau ada catatan atau tidak?"
"Lupa!" jawabmu ketus. Todoroki benar-benar bikin kesal pagi ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...