"Terima kasih untuk makanannya!" Kau menata sumpit secara vertikal pada samping mangkuk. Menyesap es jerukmu hingga habis, lalu mendesah puas.
"Terima kasih untuk makanannya." Todoroki mengucap dan melakukan hal yang sama. Hanya saja, es jeruk miliknya sudah habis duluan sebelum zaru sobanya.
Tatapannya beralih ke arahmu. "Terima kasih, y/n."
"Jangan gitu, dong! Ini kan bukan apa-apa kalau dibandingkan sama kebaikan yang sudah kamu lakukan padaku!" jawabmu memberengut tidak sreg. Setelahnya kau mengulum senyum tipis. "Todoroki, aku ke toilet dulu, ya?"
Todoroki mengangguk pelan, membiarkanmu pergi dan bersabar ditinggal sendiri.
Kau memerhatikan segala titik sudut restoran tersebut sebelum masuk ke toilet. Tentu saja, ini kali pertama kau datang. Sekadar sok-sokan berkata pada Todoroki kalau ini adalah restoran soba enak, padahal internet yang beraksi mencari tempat ini.
Denah dan struktur tempatnya gampang dihapali. Kau tersenyum miring. Persentase keramaian juga sudah kau perhitungkan. Baguslah, semua sibuk masing-masing.
Kau tersenyum girang sembari membasuh tangan di wastafel. Kalau begini, akan aman sekali jadinya untuk melakukan teleportasi saat pulang!
Drrt
"Hm?" Kau tengah mengeringkan tangan pada mesin blower ketika sensasi getar memenuhi saku rokmu. Tanganmu menggapai sumbernya dan mulai mengecek.
Dahimu mengerut. Nama Todoroki memenuhi layar ponsel.
"Hei, ada apa?" Kau berbicara tepat setelah menekan ikon accept. Ponselmu dijepit antara telinga dan bahu kanan sementara kedua tanganmu yang basah masih berusaha dikeringkan.
"Sudah sore."
"Ya ampun, kau menelpon hanya untuk bilang itu?!" Tanganmu mengibas udara, memastikannya kering.
"Sebaiknya kita segera pulang."
Kau memutar bola matamu, mengulum bibir. "Iya, bawel!"
Nada pendek terdengar beruntun, tanda panggilan berakhir. Diputus secara sepihak oleh yang disebrang dan diiringi decihan kesal dari bibirmu lalu kemudian membuang napas gusar.
"Kenapa, sih, buru-buru begitu?" Ponselmu kembali dijejalkan di dalam saku.
Setelah keluar dari toilet, kau melangkah pada meja pembayaran. Menyebutkan nomor meja yang kau tempati dan bersiap mengeluarkan dompet dari saku.
"Terima kasih, ya!" ucap petugas kasir ramah begitu pembayaran selesai. Kau membalas dengan senyum singkat, lalu menerima kembalian dan merapikan isi dompet.
Matamu menerawangi isi dalam dompet. Hanya tersisa beberapa yen lagi untuk uang saku minggu ini.
Kau membuang napas panjang seraya menjejalkan dompet ke saku. Sebenarnya, bisa saja kau menjadi jutawan kalau tidak menolak pengupahan dari Shigaraki.
Tapi uang haram dari sampah busuk begitu, mana ada yang mau menerima.
"Lama." adalah kata singkat yang langsung dilontarkan padamu ketika baru datang dan bergerak duduk pada kursi.
"Sekalian bayar, tahu!" Kau memajukan bibir sebal, tetapi segera kau hilangkan dan mengubah halu topik. "Eh, kau tahu?"
Todoroki mengerutkan dahi.
"Kita teleportasi saja setelah ini!" ucapmu semangat. "Aku sudah memperkirakan cara yang pas untuk pulang dengan cara itu!"
"Dilarang menggunakan quirk di tempat umum."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
أدب الهواةKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...