Kau menenggelamkan wajah pada permukaan meja. Tanganmu teregang lurus ke depan, menggelantung di depan meja. Ujung sepatumu mematut lantai, menunggu sesuatu.
"Kenapa? Kau sakit?"
Suara seseorang membuatmu terperanjat. Kau reflek mengangkat kepala dan menoleh dengan pipi yang masih bersandar pada meja.
Todoroki baru saja datang dan menggantung tasnya pada samping meja, dengan sorot mata yang tengah menatapmu.
Kau baru saja ingin menyahuti Todoroki jika Kirishima tidak mengucap sesuatu.
"Oh, Bakugou! Selamat pagi!"
Begitu telingamu menangkap suara Kirishima yang baru saja mendikte sebuah nama, mendadak kakimu menegak dan kau bangkit dari bangkumu.
Wajahmu garang mengarah pada pintu kelas dan mendapati Bakugou menatapmu dengan tatapan yang sama. Itu dia, lelaki sialan yang tengah kau tunggu itu.
Todoroki terkejut begitu kau berjalan menghentak mendekati Bakugou dan kalian berdua mulai saling berteriak.
"Dasar payah! Kau ini mengadu ke Deku!"
"Gara-gara kau, telur titipan Bibiku-!"
"Aku sudah tahu, bego! Peduli setan Deku mau ngomong apapun!"
"Kau yang setan!"
Bakugou berdecih sementara tangannya mengeluarkan sesuatu dari saku dan melemparnya begitu saja ke hadapanmu.
Kau gelagapan menangkapnya. Itu selembar uang 1000 yen.
Kau tersenyum sinis. "Ho? Siapa sangka landak satu ini bisa bertanggung jawab?"
"Jangan bilang aku landak, dasar pencuri quirk!"
"APA KATAMU?!"
"KAU MAU BERTENGKAR DISINI, SIALAN?!"
"Kalian berdua, hentikan!"
Berkat kau dan Bakugou, kelas 1-A pada pagi hari ini benar-benar berisik dan membuat orang-orang pening. Iida sudah mati-matian melerai kalian, tetapi kau malah mulai meninju Bakugou begitu Midoriya datang dan berkata kalau uang 1000 yen itu dipalak oleh Bakugou dari dompetnya. Perselisihan yang terus berlanjut hingga bel berdentang diiringi kedatangan Pak Aizawa saat kalian berdua tengah memegangi kerah satu sama lain dan hendak saling tinju.
"Lain kali kubunuh kau!" bentak Bakugou dari bangkunya.
"Oh, coba saja!" balasmu garang seraya merapikan letak dasimu. Bakugou melotot dan kembali menolehkan kepalanya ke arah papan tulis depan.
Kau mendengus. Kau memegangi pipimu dan mulai mengaktifkan salah satu quirk yang ada di tubuhmu. Rasa ngilu di rahangmu karena hantaman Bakugou perlahan berkurang, dan luka bakar kecil karena ledakannya juga mulai terasa reda.
"Quirk penyembuhanmu, ya."
Tubuhmu mendadak mematung begitu sebuah tangan menyentuh kepalamu pelan.
Kau tergagap menoleh ke kanan. Todoroki tengah mengangkat kedua lengan miliknya dan memegangi kepalamu. "T-Todoroki?"
"Rambutmu berantakan. Biar aku betulkan lagi letak pitamu." Todoroki menjawab pendek sembari tangannya terus berkutat pada helai-helai rambutmu. "Lain kali jangan cari masalah pada orang yang tidak punya otak."
Kau meneguk liur, membuang wajah dari tatapan sepasang mata heterokom Todoroki. "A-ah, iya."
Alis Todoroki terangkat. "Kenapa? Tumben sekali bertingkah kalem begitu."
Kau tertawa gugup. "M-Masa, sih? Ahahaha,"
Todoroki mengangguk pelan dan tangannya mengeratkan kuciran pita di belakang kepalamu, membuat jarak wajahnya mendekat.
Napasmu tertahan. Astaga, apa pria ini tidak tahu yang namanya jarak-
"Selesai." Todoroki membuang napas dan bergerak mundur. Mata heterokomnya bergerak memerhatikanmu. "Sudah kuduga."
Dahimu mengerut.
"Kau lebih cantik begitu." lanjut Todoroki sembari tersenyum tipis. Kau bertaruh sekilas jantungmu meloncat keluar dan sekarang meneruskan debarannya dengan cepat tidak beraturan.
Wajahmu memanas dan kau menggelengkan kepalamu cepat. Buang jauh-jauh, y/n!
"Jadi, apa yang terjadi padamu dengan Bakugou?" Sebelah siku Todoroki bertumpu di meja dan menyangga kepalanya yang miring menatapmu.
"Semalam aku pergi ke supermarket, lalu Bakugou itu menendangku sampai tersungkur di aspal trotoar! Belanjaanku terkapar berantakan dan satu set telur pecah semua," Kau melipat tangan dan mengangkat dagumu sok dramatis. "Jadi, aku terpaksa pakai uang jajanku untuk ganti telurnya."
Todoroki mengangguk pelan. "Jadi, kau tidak bisa jajan malam itu?"
Kau menggeleng. "Yak!"
"Memangnya mau beli apa?"
"Todoroki juga pasti tahu, kan?! Toko es krim yang ada di perempatan utara sana," Suaramu meninggi dan menatap Todoroki antusias. "Ah, campuran es krim raspberry dan vanilla milik mereka enak sekali-"
Todoroki bergumam paham.
"-tapi gara-gara Bakugou sialan itu sekarang es krim cuma jadi mimpi." lanjutmu mendengus.
"Tapi tadi dia mengganti uangmu, kan?"
"Mana bisa kuterima! Uang itu dia rampas dari Midoriya!"
Sementara kau sibuk bergumam mengucap sumpah serapah keji untuk Bakugou, iris matamu menangkap gerakan Todoroki.
Todoroki awalnya terlihat menahan senyum, hingga akhirnya sepenuhnya ia lukiskan dengan bahagia pada wajahnya karena melihat tingkahmu.
Wajahmu memerah dan tubuhmu terasa lemas. Melihat lelaki itu tersenyum seperti itu menanggapimu, merasa bahagia seperti itu,
rasanya juga sudah cukup untuk membuatmu berdebar karena senang.
Kau ikut tersenyum, menatap Todoroki masih dengan rona pada kedua pipimu.
Ya, seperti ini sudah cukup.
Setidaknya, biarkan aku melihatnya bahagia..
-----------------Ye bisa update alhamdulillah:)
Gimana nih lebaran hari ketiga wkwkSyukurlah Todoroki bisa muncul di chapter kali ini yak
Terima kasih sudah membaca
Tunggu kelanjutannya, ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]
FanfictionKau hanya siswi yang menyimpan dosa besar mengenai kecurangan yang menjadi rahasia bakat yang selalu menghantui kehidupan normal mu. Dan dia hanya siswa bersurai merah putih pendiam penyimpan dendam karena kejadian masa lalu yang sudah membuat hati...