#15

3.1K 507 148
                                    

Suara air mengucur terdengar di lantai satu ditambahi bising televisi yang menyala. Karena tata letak dapur dan ruang tamu tidak dibatasi, Bibi merasa senang karena ia jadi bisa mencuci piring pada wastafel dapur seraya menikmati siaran televisi yang entah menayangkan apa.

Piring terakhir disusun pada rak. Tangan Bibi meraih handuk, menyerap sisa basah dari tangan. Dimatikannya keran wastafel dan berjalan mendekati sofa. Fokus pada televisi.

"Rasanya kriminalitas semakin parah saja," gumam Bibi. Jemarinya menekan tombol remote acak. Berharap ada tayangan lebih menarik selain berita.

Namun tiba-tiba suara gaduh terdengar, lebih menarik di telinga Bibi dibanding televisi.

Mata Bibi menyipit, menatapmu yang terburu keluar kamar dan sekarang tengah mengenakan sandal."Y/n? Mau kemana malam-malam begini?"

"Ah-" Tidak sepatah kata apapun. Kau terlanjur melangkah keluar dan menutup pintu.

Dahi Bibi berkerut. Tidak mendapat jawaban atas pertanyaan sederhananya.

Ada teman di luar!

Suara telapatimu melintas di pikiran Bibi, agak membuat kaget. Tapi setidaknya cukup untuk membuat Bibi ber-oh pelan dan merasa lega.
-----

"Cepat sekali?"

Todoroki mengangkat dagu, menunjuk arah belakang. Ada sepeda di belakang punggungnya.

"Ohh," Kau manggut-manggut. "Nah, mana bukunya?"

Tangan Todoroki meraih saku, dimana buku fisikamu digulung dan dijejalkan disana. Ia menyodorkan buku itu padamu. "Maaf ya, aku gulung."

"Haah? Yang begini ya sama sekali bukan masalah, kali. Terima kasih banyak, ya, Todoroki!" Kau mengambil buku fisika itu dari tangan Todoroki, menerbitkan senyum lebar.

Todoroki mengangguk dan kalau kau tidak salah lihat, ia balas tersenyum tipis. "Sudah ya. Kau masuklah ke dalam, angin malam gak baik untuk kesehatan."

Kau mengangkat tangan, membuat pose hormat. "Siap."

Todoroki bergeming, kepalanya tertunduk. Membuat senyummu agak pudar.

"Todoroki, ada apa?"

Todoroki mengangkat kepalanya. Berdeham. "Tidak. Tidak ada apa-apa." Lalu ia mendekati sepedanya dan siap untuk mengayuh kembali. "Kalau begitu, sampai jumpa besok."

"Ya, hati-hati! Tidak usah ngebut, lho." Kau melambaikan tangan. Todoroki mengangguk, mulai maju dan menjauh pergi di jalanan.

Kau membuang napas.

Ganteng banget sih, duh.
-----
Todoroki's POV

Jalanan malam ini sepi. Maaf sekali, y/n, meski kau tidak bilang untuk ngebut, jika jalanan sepi seperti ini maka harusnya dimanfaatkan dengan baik.

Angin malam ini cukup dingin. Ya, bukan apa-apa sih dengan adanya quirk-ku.

Aku terus mengayuh pedal, sementara otakku memutar banyak hal dan mencoba mengondisikan hati.

Y/n mengangkat tangan, membuat sikap hormat. "Siap."

Senyum nya itu, benar-benar..

Ah, aku ini memikirkan, apa, sih. Lantas aku menunduk, berusaha menormalkan pikiran.

"Ada apa, Todoroki?"

Suaranya memanggilku. Aku mengangkat kepala, dan bersitatap dengan wajahnya yang menatap khawatir.

Aku membuang wajah. "Tidak,

tidak ada apa-apa."

"Huft," Aku membuang napas. Percakapan bersama y/n daritadi terbayang terus menerus.

Aku tidak mengerti. Entah kenapa aku ingin memeluknya.

Jangan salahkan aku. Aku juga bingung. Pasalnya berawal dari dia yang tadi sore tiba-tiba sepintas memelukku. Dan sepintas pula, aku menemukan nyaman di dalamnya.

Aneh. Kenapa, sih, diriku ini?

"Ah." Rem sepeda kutekan mendadak. Tanganku merogoh saku dimana ponselku tengah berdering. Panggilan masuk.

"Halo." Aku menempelkan ponsel pada telinga, menatap langit. Menghembus napas.

"Hei, Todoroki! Kau apakan, nih, buku fisika ku?!"

"Hah?"

"Kenapa tugas-tugasnya sudah ada jawabannya semua?! Tiga belas lembar, semuanya tuntas!"

"Entahlah. Aku tidak tahu."

"Kau ini, seriusan? Astaga,"

"Kenapa?" Aku tidak bisa tahan untuk tidak tersenyum. Namun dari seberang sana hanya ada hening. "Y/n, kau disana?"

"..Makasih."

Suara pelannya itu membuatku tertegun. Sempat lengang hingga akhirnya aku menjawab. "Sudah, ya."

Panggilan kuputus. Ponsel kembali kujejalkan ke dalam saku dan kembali mengayuh. Melintasi tiap jengkal jalanan, menuju pulang.
-----

Gila gila gila panjang banget ini edan
Enggak ding, ga panjang ya ahahah

Baik banget ga sih uhh peer tiga belas lembar dikerjain sama gebetan, fisika lagi UHH :(((

Aku sempet bilang updatenya kemaren yak, tapi ternyata jadinya hari ini gapapa ya, maaf sudah nunggu

Terima kasih karena sudah membaca, tunggu kelanjutannya, ya >:) !

When Frozen Melts [todoroki shouto X reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang